Jurnal Ilmu Perilaku
Not a member yet
    134 research outputs found

    Pelatihan Konselor Sebaya untuk Meningkatkan Pengetahuan Mengenai Keterampilan Dasar Konseling Agen Kesehatan Mental di Perguruan Tinggi

    Get PDF
    College students often encounter a range of emotional and academic challenges that can adversely affect their mental health. Peer counseling offers a promising approach to help students manage these difficulties and enhance their mental well-being. To maximize the effectiveness of peer counseling, it is crucial to develop and refine counseling microskill through targeted training. This study investigates the impact of peer counseling training on counseling the microskill of university students. Utilizing a quasi-experimental pretest-posttest design, the research involved 29 university students. Data were collected through both objective and subjective measures. Objective measures included cognitive test scores on counseling material, while subjective measures assessed participants' self-perceptions of their microskill. Results indicated a significant improvement in counseling microskill post-training, with objective and subjective measurements showing increased scores. The subjective analysis yielded a significance value of .000 (p<0.05) with a negative t-value of -12.345, while the objective analysis also showed significance at .000 (p<0.05) with a negative t-value of -10.822. These findings suggest that peer counseling training effectively enhances counseling microskill among university students.Mahasiswa sering menghadapi berbagai masalah emosional dan akademik yang dapat berdampak negatif pada kesehatan mental mereka. Konseling sebaya menawarkan pendekatan yang menjanjikan untuk membantu mahasiswa mengatasi tantangan ini dan meningkatkan kesejahteraan mental mereka. Untuk memaksimalkan efektivitas konseling sebaya, penting untuk mengembangkan dan memperbaiki keterampilan konseling melalui pelatihan yang terfokus. Penelitian ini melihat pengaruh pelatihan konseling sebaya terhadap pengetahuan mengenai keterampilan konseling mahasiswa universitas. Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan desain eksperimen: quasi-eksperimental pretest- posttest satu kelompok. Penelitian ini melibatkan 29 mahasiswa universitas di kota Padang, Sumatera Barat. Data dikumpulkan melalui kaidah eksperimen, dengan menggunakan dua jenis pengukuran, yaitu pengukuran objektif dan subjektif, yang saling melengkapi dalam menilai hasil pelatihan. Pengukuran objektif meliputi skor tes prestasi belajar tentang materi konseling, sedangkan pengukuran subjektif menilai persepsi peserta tentang keterampilan mereka. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan signifikan dalam meningkatkan pengetahuan mengenai keterampilan konseling setelah pelatihan, dengan ukuran objektif dan subjektif menunjukkan skor yang meningkat. Analisis subjektif menghasilkan nilai signifikansi .000 (p<0,05) dengan nilai t negatif -12,345, sementara analisis objektif juga menunjukkan signifikansi pada .000 (p<0,05) dengan nilai t negatif - 10,822. Temuan ini menunjukkan bahwa pelatihan konseling sebaya secara efektif meningkatkan pengetahuan mengenai keterampilan konseling di kalangan mahasiswa

    Fear and Obedience: Mengungkap Kekerasan Seksual Terhadap Istri melalui Photovoice

    Get PDF
    Despite three years of implementing the Law on Sexual Violence Crimes (UU TPKS) in Indonesia, the number of sexual violence cases remains high, leading this study to focus on wives experiencing domestic sexual violence who choose not to pursue legal action. Employing the empowering photovoice method, which allows participants to share their experiences through photos and narratives, this research reveals the types of sexual violence experienced and their reasons for remaining in abusive relationships. The findings reveal four categories of sexual violence: physical/non-physical sexual harassment, sexual torture, and marital rape. Wives choose to stay due to fears concerning their children's future and the belief in the "obedient wife" ideal. This study highlights the prevalence of domestic sexual violence despite the enactment of the UU TPKS.Meskipun telah tiga tahun implementasi Undang-Undang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (UU TPKS), angka kasus kekerasan seksual masih tinggi, sehingga penelitian ini berfokus pada istri yang mendapatkan kekerasan seksual dalam rumah tangga dan memilih untuk tidak membawanya ke ranah hukum. Dengan menggunakan metode photovoice yang memberdayakan partisipan untuk berbagi pengalaman melalui foto dan narasi, penelitian ini mengungkap jenis kekerasan seksual yang dialami dan alasan mereka bertahan. Temuan penelitian menunjukkan empat kategori kekerasan seksual, yaitu pelecehan seksual fisik/non-fisik, penyiksaan seksual, dan pemerkosaan dalam pernikahan. Istri memilih bertahan karena ketakutan akan masa depan anak-anak mereka dan adanya keyakinan tentang "istri yang baik adalah istri yang patuh". Penelitian ini menyoroti maraknya kekerasan seksual dalam ranah domestik meskipun UU TPKS telah disahkan

    PENDEKATAN COLLABOTARIVE/ITERATIVE DALAM PROSES PENTERJEMAHAN SKALA SCRUPULOSITY

    Get PDF
    Indonesian researchers often use translation of a scale before conducting further studies. The process is mainly conducted by back-translation procedures. However, the procedure also has limitations to validate the result; hence, the present study aims try to do an alternative approach to translate the scale, i.e., collaborative/ iterative. By utilizing data from two studies (study 1, 99 respondents; study 2, 124 respondents) on Indonesian students studying outside Indonesia and in Indonesia, the present study uses a T-Test Independent sample to analyze it. The scale is revised of Penn Inventory of Scrupulosity (PIOS-R), which is used to recognize Obsessive-compulsive disorder symptoms with a religius theme. As expected, the results show that the scale's translation is not different from the original version; specifically, the PIOS-R score between the two versions of the scale, English and Indonesia, has no statistical difference. The translation process supports the arguments that explain the collaborative/iterative approach is able to provide a good translation.Proses penterjemahan skala berbahasa Inggris seringkali harus dilakukan oleh peneliti di Indonesia sebelum melakukan kajian lebih lanjut. Hal ini biasanya dilakukan dengan menggunakan metode terjemah balik (back-translation). Namun demikian metode ini juga memiliki kelemahan dalam proses validasinya sehingga kajian ini menguji metode alternatif untuk menterjemahkan skala, yaitu collaborative/ iterative. Dengan menggunakan data dari dua studi (studi 1, 99 responden; studi 2, 124 responden) pada mahasiswa Indonesia yang kuliah diluar Indonesia dan di Indonesia, penelitian ini melakukan analisa T-Test independent sample. Skala yang digunakan adalah Penn Inventory of Scrupulosity versi revisi (PIOS-R), yang merupakan skala untuk mengenali simptom gangguan Obsessive-Compulsive Disorder dengan tema agama. Hasilnya, sesuai harapan, terjemahan dari skala ini sama dengan versi asli yang berbahasa Inggris, yaitu tidak ada beda skor PIOS-R secara statistik antara skala versi Bahasa Inggris dengan Bahasa Indonesia (t=0.973; p=0.333). Proses dari penterjemahan ini mendukung argumentasi bahwa penggunaan pendekatan collaborative/ iterative mampu memberikan hasil terjemahan skala yang lebih baik

    Reviewers

    Get PDF

    Hubungan Tingkat Penalaran Moral dengan Kecurangan Akademik pada Mahasiswa Universitas Andalas

    Get PDF
    Kecurangan akademik meruapakan tantangan yang sulit diatasi di lembaga pendidikan. Studi ini meneliti hubungan antara penalaran moral dan kecurangan akademis. Studi dengan partisipan 393 mahasiswa menunjukkan hasil berupa korelasi negatif penalaran moral dengan kecurangan akademis. Hasil lain juga menunjukkan. bahwa pengetahuan tentang kecurangan akademik mahasiswa tidak menunjukkan rendahnya keterlibatan mahasiswa melakukan kecurangan akademik, terlebih ketika berkaitan dengan prestasi akademik mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang terlibat dalam kecurangan akademik mungkin menggunakan kerangka etika yang berbeda dari penalaran moral.Kecurangan akademik meruapakan tantangan yang sulit diatasi di lembaga pendidikan. Studi ini meneliti hubungan antara penalaran moral dan kecurangan akademis. Studi dengan partisipan 393 mahasiswa menunjukkan hasil berupa korelasi negatif penalaran moral dengan kecurangan akademis. Hasil lain juga menunjukkan. bahwa pengetahuan tentang kecurangan akademik mahasiswa tidak menunjukkan rendahnya keterlibatan mahasiswa melakukan kecurangan akademik, terlebih ketika berkaitan dengan prestasi akademik mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa yang terlibat dalam kecurangan akademik mungkin menggunakan kerangka etika yang berbeda dari penalaran moral

    Reviewers

    Get PDF

    The transition from junior high school (SMP) to senior high school (SMA) is a challenge for tenth-grade students who must adjust to a new learning environment. Academic adjustment is influenced by family function, with academic self-efficacy serving as a mediating variable between the two. This study also explores the role of socioeconomic status, as students from lower economic backgrounds often face difficulties in academic adjustment. The purpose of this study was to examine the role of academic self-efficacy in mediating the relationship between family function and academic adjustment in high school students from low socioeconomic backgrounds in Jatinangor. The participants of this study were 245 tenth-grade students (138 female, 107 male, aged 14-17 years). Data were collected using the Family Assessment Device, the Academic Adjustment Scale, and the Motivated Strategies for Learning Subscale Self- Efficacy, which were adapted into Indonesian. Simple mediation analysis was conducted using Hayes' Process Macro SPSS 24. The results indicate that academic self-efficacy acted as a partial mediator in the relationship between family function and academic adjustment. These findings highlight the importance of the family's role in academic self-efficacy, which in turn enhances students' academic adjustment at school. The implications of this study emphasize the importance of involving families and strengthening academic self-efficacy to improve academic adjustment and achievement in high school students.

    Get PDF
    Transisi SMP ke SMA adalah tantangan bagi siswa kelas X yang harus menyesuaikan diri dengan lingkungan belajar yang baru. Penyesuaian akademik dipengaruhi oleh keberfungsian keluarga, dengan efikasi diri akademik sebagai variabel mediator antara keduanya. Penelitian ini juga mengkaji peran status ekonomi, di mana siswa dengan latar belakang ekonomi rendah sering mengalami kesulitan dalam penyesuaian akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran efikasi diri akademik dalam memediasi hubungan antara keberfungsian keluarga dan penyesuaian akademik pada siswa SMA dengan status sosio-ekonomi rendah di Jatinangor. Partisipan penelitian ini adalah 245 siswa kelas X (P=138, L=107, usia 14-17 tahun). Data dikumpulkan menggunakan kuesioner Family Assessment Device, Academic Adjustment Scale, dan Motivated Strategies for Learning Subscale Self-Efficacy yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Analisis data mediasi sederhana dilakukan menggunakan aplikasi Hayess Process Macro SPSS 24. Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri akademik berperan sebagai mediator parsial dalam hubungan antara keberfungsian keluarga dan penyesuaian akademik. Temuan ini menyoroti pentingnya peran keluarga dalam membentuk efikasi diri akademik, yang pada gilirannya meningkatkan penyesuaian akademik siswa di sekolah. Implikasi dari penelitian ini adalah pentingnya melibatkan keluarga dan memperkuat efikasi diri akademik untuk meningkatkan penyesuaian akademik dan prestasi siswa di SMA. Kata kunci: Penyesuaian Akademik, Efikasi Diri Akademik, Family Function, Mediasi Parsial, Sosio-Ekonomi Rendah

    Emotional Well-Being Matters Most: How Job Flourishing Reduces Quiet Quitting Among Generation Z In Indonesia

    Get PDF
    The post-pandemic work culture has undergone significant changes, particularly in work arrangements, with Generation Z being the most affected as they enter the workforce. Amidst the shift, a new phenomenon called Quiet Quitting emerges, threatening the workforce’s productivity through its detrimental effects. This study examined the relationship between job flourishing and quiet quitting tendency among Generation Z employees in Indonesia. Grounded in Social Exchange Theory, the research argues that higher levels of job flourishing are associated with a lower tendency to engage in quiet quitting. A quantitative approach was employed, using purposive sampling and online questionnaires. This study collected 166 respondents from Gen Z employees across Indonesia. The results revealed a significant negative association between job flourishing and quiet quitting. Among the dimensions of job flourishing, emotional well-being was found to have the strongest effect on reducing the quiet quitting tendency. These findings offer valuable insights for organisations and policymakers in developing strategies to foster job flourishing as a means to mitigate quiet quitting and enhance workforce productivity

    Foreword

    Get PDF

    Foreword

    Get PDF

    117

    full texts

    134

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Jurnal Ilmu Perilaku
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Open Research Online? Become a CORE Member to access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard! 👇