Share : Social Work Journal
Not a member yet
    168 research outputs found

    DINAMIKA INTERAKSI SOSIAL REMAJA DI ERA DIGITAL DAN PERAN PEKERJA SOSIAL

    Get PDF
    Perkembangan teknologi digital yang pesat memberikan dampak signifikan terhadap dinamika interaksi sosial, terutama di kalangan remaja. Dinamika ini mencakup perubahan pola komunikasi, pengaruh media sosial terhadap pembentukan identitas, hingga pergeseran fokus pada hubungan interpersonal. Interaksi sosial secara virtual kini menjadi bagian integral dari kehidupan remaja, yang mana memungkinkan perluasan jejaring sosial secara global, namun juga menghadirkan tantangan seperti isolasi sosial, kecanduan teknologi, cyberbullying, dan miskomunikasi. Artikel ini mengkaji dinamika tersebut dengan menggunakan metode studi literatur melalui analisis berbagai jurnal dan artikel ilmiah relevan. Hasil studi menunjukkan bahwa meskipun media teknologi digital menawarkan peluang untuk konektivitas yang lebih luas, risiko yang ditimbulkan tidak dapat diabaikan. Dalam konteks ini, pekerja sosial memiliki peranan penting untuk membantu remaja menghadapi tantangan yang muncul, termasuk bertindak sebagai fasilitator dalam interaksi yang sehat, konselor dalam menangani masalah emosional dan psikososial, serta agen perubahan untuk mendorong adaptasi positif terhadap transformasi digital. Melalui pendekatan Person in Environment dan kolaborasi dengan berbagai pihak, pekerja sosial dapat merancang intervensi yang holistik dan efektif guna mendukung kesejahteraan sosial remaja di era modern ini.  The rapid development of digital technology has significantly impacted the dynamics of social interaction, particularly among adolescents. These dynamics include shifts in communication patterns, the influence of social media on identity formation, and changes in how relationships are built and maintained. Virtual social interactions have become an integral part of adolescents' lives, enabling the global expansion of social networks while also introducing challenges such as social isolation, technology addiction, cyberbullying, and miscommunication. This article examines these dynamics using a literature review method by analyzing various relevant journals and scientific articles. The findings indicate that while digital technology provides opportunities for broader connectivity, the associated risks cannot be overlooked. In this context, social workers play a crucial role in supporting adolescents in addressing these challenges, including acting as facilitators for healthy interactions, counselors in managing emotional and psychosocial issues, and agents of change to foster positive adaptation to digital transformation. Through the Person in Environment approach and multi-stakeholder collaboration, social workers can design holistic and effective interventions to support the social well-being of adolescents in the modern era.

    EFEKTIVITAS PROGRAM SISTEM ADUAN LANSIA TERLANTAR (Si AduLT) PADA PANTI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA SUDAGARAN BANYUMAS

    Get PDF
    Sistem Aduan Lansia Terlantar (Si AduLT) merupakan inovasi dari pelayanan kesejahteraan sosial lansia terlantar pada Panti Pelayanan Sosial Lanjut Usia Sudagaran Banyumas Dinas Sosial Provinsi Jawa Tengah. Si AduLT menyediakan layanan aduan berbasis teknologi informasi dan penjangkauan terhadap kasus lansia terlantar di Jawa Tengah, khususnya di Banyumas, Purbalingga, dan Banjarnegara. Sejak diluncurkan pada tahun 2022 hingga tanggal 31 Agustus 2024, Si AduLT telah menangani 153 aduan kasus lansia terlantar. Dalam perjalanannya, Si AduLT menemui keberhasilan dan juga kendala di lapangan. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efektivitas program Si AduLT menggunakan pendekatan service effectiveness. Penelitian menggunakan metode kualitatif. Pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam dan studi dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis tematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perubahan pada aspek kondisi Penerima Manfaat Si AduLT ke arah peningkatan keberfungsian. Aspek kualitas layanan mengindikasikan bahwa para petugas Si AduLT telah melaksanakan program secara optimal. Pada aspek kepuasan Penerima Manfaat, diketahui bahwa persepsi Penerima Manfaat terhadap Si AduLT sangat baik. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan program Si AduLT sudah efektif. Manfaatnya telah dirasakan secara luas oleh masyarakat. Namun, peningkatan efektivitas tetap perlu dilakukan khususnya pada aspek kualitas layanan dan kepuasan Penerima Manfaat

    PERSEPSI PERNIKAHAN PADA PEREMPUAN DEWASA MUDA SEBAGAI IMPLIKASI DARI FENOMENA FATHERLESS

    Get PDF
    Fatherless-ketiadaan ayah, merupakan sebuah fenomena ketidakhadiran sosok ayah yang berperan dalam pengasuhan anak, baik secara fisik maupun secara psikologis. Perempuan dewasa muda adalah ia yang berada pada rentang usia 20 - 30 tahun yang dalam perkembangan psikososialnya memiliki kecenderungan untuk membangun intimacy, khususnya dengan lawan jenis. Ketidakhadiran peran ayah dapat berpengaruh signifikan terhadap perkembangan sosial dan emosional anak perempuan yang kemudian memengaruhi persepsi mereka terhadap hubungan romantis dengan lawan jenis saat dewasa, salah satunya pernikahan. Tujuan penulisan artikel ini adalah untuk menggambarkan persepsi pernikahan pada perempuan dewasa muda sebagai implikasi dari fenomena fatherless. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan wawancara mendalam pada beberapa informan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persepsi terkait pernikahan pada perempuan dewasa muda cenderung negatif sebagai akibat dari fenomena fatherless. Sebagian perempuan yang mengalami fatherless cenderung mengasosiasikan pernikahan dengan konflik, ketidakstabilan, dan ketidakharmonisan, yang akhirnya memengaruhi keputusan mereka untuk menunda pernikahan atau menghindarinya. Ketidakharmonisan dalam pernikahan orang tua informan mengakibatkan terciptanya pandangan yang sangat selektif dalam memilih pasangan, serta cenderung memilih untuk tidak menikah jika tidak menemukan pasangan yang dianggap sesuai dengan harapan.  Fatherlessness is a phenomenon of the absence of a father figure who plays a role in raising children, both physically and psychologically. Young adult women are those who are in the age range of 20 - 30 years who, in their psychosocial development, tend to build intimacy, especially with the opposite sex. The absence of a father's role can have a significant effect on girls' social and emotional development, which then affects their perception of romantic relationships with the opposite sex as adults, one of which is marriage. This article aims to describe the perception of marriage in young adult women as an implication of the fatherless phenomenon. This research used a descriptive qualitative method with in-depth interviews with several informants. The study results show that the perception related to marriage in young adult women tends to be negative due to the fatherless phenomenon. Some women who experience fatherlessness tend to associate marriage with conflict, instability, and disharmony, which ultimately influences their decision to postpone marriage or avoid it. Disharmony in the marriage of informants' parents results in a very selective view in choosing a partner and tends to choose not to get married if they do not find a partner who is considered to be under expectations.

    PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN AMANAH FUND DI KAMPUNG DADAP DESA JATIMULYA, KECAMATAN KOSAMBI, KABUPATEN TANGERANG SELATAN, BANTEN

    Get PDF
    Bank keliling menjadi salah satu fenomena yang terjadi di Kampung Dadap, Kabupaten Tangerang. Masyarakat dengan perekonomian paling bawah dengan tingkat pendidikan yang rendah sering kali terjerat dengan penawaran pinjaman kredit dari “bank keliling”. Program Amanah Fund oleh Yayasan Bakrie Amanah hadir sebagai program pemberdayaan ekonomi yang memberikan pinjaman tanpa bunga. Dalam suatu program pemberdayaan, partisipasi masyarakat memiliki arti yang sangat penting. Dalam pelaksanaan program Amanah Fund di Kampung Dadap, kesadaran akan pentingnya partisipasi aktif dari penerima manfaat menjadi kunci utama. Program ini tidak dapat berjalan sendiri tanpa dukungan dan kontribusi masyarakat setempat. Partisipasi masyarakat menjadi fondasi kuat dalam menopang keberhasilan program ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tahapan partisipasi masyarakat pada program Amanah Fund oleh Yayasan Bakrie Amanah di Kampung Dadap, Kabupaten Tangerang. Penelitian ini menggunakan teori syarat partisipasi masyarakat Slamet (2003), yang terdiri dari syarat kesempatan, kemauan, kemampuan. Setelah partisipasi masyarakat memenuhi ketiga syarat tersebut, maka partisipasi diidentifikasi dalam 5 bentuk menurut Sastropoetro (1988). Bentuk partisipasi tersebut terdiri dari partisipasi pikiran, tenaga, keahlian, barang, dan uang. Metode yang diterapkan adalah kualitatif deskriptif dengan desain studi kasus, menggabungkan studi lapangan dan studi pustaka melalui observasi, wawancara, dan analisis dokumen. Informan dipilih secara purposive, dan keabsahan data diuji menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat dalam program Amanah Fund memenuhi seluruh syarat partisipasi dan meliputi seluruh bentuk partisipasi. The phenomenon of mobile banks has become prevalent in Kampung Dadap, Tangerang Regency. Individuals from the lowest economic strata, often with limited educational backgrounds, are frequently ensnared by credit offers from mobile banks. To address this issue, the Amanah Fund program, initiated by the Bakrie Amanah Foundation, was introduced as an economic empowerment initiative offering interest-free loans. In any empowerment program, community participation plays a pivotal role. Within the implementation of the Amanah Fund program in Kampung Dadap, awareness of the importance of active participation among beneficiaries is essential. This program cannot succeed without the support and contribution of the local community. Community participation serves as a strong foundation for the program's success. This study aims to examine the stages of community participation in the Amanah Fund program conducted by the Bakrie Amanah Foundation in Kampung Dadap, Tangerang Regency. The research employs Slamet's (2003) theory of participation prerequisites, which include opportunity, willingness, and ability. Once these prerequisites are fulfilled, participation is further analyzed through five forms as defined by Sastropoetro (1988): intellectual, physical, expertise, material, and financial contributions. The study adopts a qualitative descriptive method with a case study design, combining fieldwork and literature review through observation, interviews, and document analysis. Informants were selected purposively, and data validity was ensured using source triangulation. The findings reveal that community participation in the Amanah Fund program met all prerequisites of participation and encompassed all five forms of participation

    PERAN PENGASUH PANTI ASUHAN DALAM MENGEMBANGKAN KEMANDIRIAN ANAK (Studi Kasus Panti Asuhan Khoirul Walad Desa Duku Ilir, Kecamatan Curup Timur, Kabupaten Rejang Lebong, Provinsi Bengkulu)

    Get PDF
    Pengasuh memiliki peran yang penting dalam mengembangkan kemandirian anak di Lembaga sosial dalam kemandirian terutama emosional, tingkah laku dan nilai. Penelitian bertujuan mendeskripsikan dan menganalisis peran pengasuh dalam mengembangkan kemandirian anak. Adapun pendekatan penelitian deskriptif kualitatif dengan teknik purposive sampling meliputi 10 Informan terdiri dari ketua panti 1 orang, pengasuh 4 orang dan 5 anak panti asuhan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 6 peran dalam menjalankan perannya yaitu sebagai pendidik, pembimbing, pembina, motivator, teladan dan penasehat. Berdasarkan hal tersebut terdapat 3 peran yang dijalankan di Panti Asuhan Khoirul Walad Desa Duku Ilir yaitu sebagai pendidik, pembimbing serta motivator. Peran pendidik meliputi pemberian pengetahuan mengenai budi pekerti, kecintaan terhadap sesama dan ketaqwaan, Peran pembimbing dilakukan dalam menggali minat dan bakat serta menindak lanjuti bakat yang dimiliki anak, dan Peran motivator dilakukan sebagai cara untuk mengembangkan diri anak. Selain itu terdapat 3 aspek kemandirian yang terlihat meliputi aspek kemandirian emosional, aspek kemandirian tingkah laku dan aspek kemandirian nilai. Peran yang dilakukan pengasuh dalam mengembangkan kemandirian anak pada aspek kemandirian emosional yaitu pengasuh memberikan nasehat kepada anak agar anak dapat mengontrol emosi, pengasuh menasehati dalam menyelesaikan permasalahan anak dan berbagi pikiran/ pendapat, selanjutnya pada aspek kemandirian tingkah laku, Pengasuh berperan mengawasi dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan untuk peningkatan disiplin serta pemberian apresiasi. sedangkan pada aspek kemandirian nilai meberikan dampak kepada anak untuk dapat mengambil Keputusan dengan bijaksana dan tanggung jawab. Peran pengasuh dalam kemandirian anak masih belum optimal, Maka peneliti menilai perlu penguatan dalam Lembaga dalam mengembangkan kemandirian anak adalah pengasuh mendapatkan dorongan dan bantuan dari pengasuh (sharing discussion) atau (group discussion) agar tercapainya sebuah kecapaian yang diinginkan, anak. Caregivers have an important role in developing children's independence in social institutions in independence, especially emotional, behavioral, and values. The research aims to describe and analyze the role of caregivers in developing children's independence. The qualitative descriptive research approach with purposive sampling techniques includes 10 informants consisting of 1 orphanage head, 4 caregivers and 5 orphanage children. The data collection technique uses observation, interviews and documentation. The results of the study show that there are 6 roles in carrying out their roles, namely as educators, supervisors, coaches, motivators, role models and advisors. Based on this, there are 3 roles carried out at the Khoirul Walad Orphanage, Duku Ilir Village, namely as educators, supervisors and motivators. The role of educators includes providing knowledge about ethics, love for others and devotion, the role of the supervisor is carried out in exploring interests and talents and following up on the talents possessed by children, and the role of motivators is carried out as a way to develop children. In addition, there are 3 aspects of independence that can be seen including the aspect of emotional independence, the aspect of behavioral independence and the aspect of value independence. The role of caregivers in developing children's independence in the aspect of emotional independence is that caregivers give advice to children so that children can control their emotions, caregivers advise in solving children's problems and share thoughts/opinions, then in the aspect of behavioral independence, caregivers play a role in supervising and participating in every activity to improve discipline and give appreciation. while in the aspect of independence, the value gives an impact to children to be able to make decisions wisely and responsibly. The role of caregivers in children's independence is still not optimal, so the researcher considers that it is necessary to strengthen the institution in developing children's independence is that caregivers get encouragement and assistance from caregivers (sharing discussion) or (group discussion) in order to achieve a desired achievement, children

    PELAYANAN KESEJAHTERAAN BERBASIS FAITH-BASED ORGANIZATION: PELUANG DAN TANTANGAN BAGI PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL

    Get PDF
    Penelitian dengan mengusung topik pelayanan kesejahteraan berbasis faith-based organization sebagai peluang dan tantangan bagi praktik pekerjaan sosial telah memiliki jejak historis yang cukup panjang sekaligus menunjukkan dinamika kontributif serta determinan tersendiri dalam memberikan alternatif layanan kesejahteraan sosial bagi para penerima manfaat, yang faktanya tidak seluruhnya dapat dijangkau dan dipenuhi oleh organisasi-organisasi resmi pemberi pelayanan kesejahteraan sosial yang dikelola oleh pemerintah. Kajian ini melihat karakteristik layanan kesejahteraan sosial berbasis faith-based organization, pemangku kepentingan dalam faith-based organization, dan pekerjaan sosial dalam bidang faith-based organization dalam menjawab peluang dan tantangan global yang bersifat inklusif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dengan merujuk kepada berbagai sumber referensi seperti buku ataupun e-book, artikel, dan berbagai dokumen yang relevan dengan topik penelitian untuk melihat diskursus faith-based organization pada layanan kesejahteraan sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik faith-based organization ditunjukkan dalam bentuk branding organisasi, struktur organisasi, tujuan, dan penyedia layanan melalui skema pasif-aktif dan persuasif-eksklusif; faith-based organization menjadi model dalam menjalankan layanan kesejahteraan sosial yang inklusif dalam upaya menghindari dikotomi layanan kesejahteraan sosial antara organisasi sekuler vis a vis organisasi keagamaan; dalam pengelolaan dan menjalankan aktivitas organisasinya para pemangku kepentingan faith-based organization dapat sejalan dengan nilai-nilai dan kode etik perofesi pekerjaan sosial profesional

    MASYARAKAT SEBAGAI SYSTEM BLAME APPROACH PENGUATAN MENTAL PENYANDANG DISABILITAS DI KABUPATEN PATI

    Get PDF
    Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bentuk dukungan masyarakat sebagai system blame approach penguatan mental disabilitas di kabupaten Pati. Sebagaimana proses dukungan untuk disabilitas, secara umum lebih banyak melihat dari sisi personal, atau dukungan individu. Dalam penelitian ini, tim menemukan adanya temuan menarik bahwa keluarga, norma dan nilai-nilai masyarakat, serta dukungan pemangku kebijakan,(stage holder) mampu memberikan dukungan mental disabilitas yang cukup optimal. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengambilan data dengan menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Adapun analisis data menggunakan pola alur Seiddel. Temuan lapangan menunjukkan bahwa Strategi dukungan keluarga dalam pengembangan mental disabilitas berupa dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, dan dukungan penghargaan. Peran lingkungan masyarakat dalam penguatan mental disabilitas terlihat dari kuatnya hasil indikator dukungan keluarga dan indikator nilai-nilai dan norma masyarakat yang menjadi temuan positif dalam penelitian. This study aims to find a form of community support as a system blame approach to strengthen mental disabilities in Pati district. As with the support process for disabilities, in general, it looks more at the personal side, or individual support. In this study, the team found interesting findings that family, community norms and values, as well as stage holder support are able to provide quite optimal mental disability support. This research is a field research with a descriptive qualitative approach. Data collection using interviews, observations, and documentation. The data analysis uses the Seiddel flow pattern. Field findings show that family support strategies in the development of mental disabilities are in the form of emotional support, information support, instrumental support, and award support. The role of the community environment in strengthening mental disability can be seen from the strong results of family support indicators and indicators of community values and norms which are positive findings in the study

    STRES DAN STRATEGI EMOTION-FOCUSED COPING ANAK BERKONFLIK DENGAN HUKUM DI LPKA KELAS II BANDUNG

    Get PDF
    Fenomena keterlibatan anak dalam tindakan kejahatan membuat mereka berkonflik dengan hukum semakin banyak dijumpai. Anak yang terbukti melakukan tindakan kejahatan dapat dijatuhi hukuman pidana sehingga akan ditempatkan di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA). Kehidupan di Lembaga Pembinaan ternyata berpengaruh terhadap kondisi psikologis anak binaan. Terpisahnya anak binaan dengan keluarga dan lingkungan asalnya, terbatasnya interaksi anak dengan dunia dan masyarakat luar, adanya keterbatasan ruang dan waktu untuk melakukan berbagai aktivitas dapat menimbulkan stres bagi anak yang sedang menjalani masa pembinaannya. Untuk itu, diperlukan kemampuan strategi emotion focused coping yang baik untuk dapat mengatasi stresor bagi anak yang berkonflik dengan hukum. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Subjek dalam penelitian berjumlah 3 orang dan merupakan anak yang berkonflik dengan hukum berumur 16-20 tahun di LPKA Kelas II Bandung. Kondisi stres yang dialami oleh subjek dalam gejala fisik yaitu sulit tidur, gelisah, gugup, sulit untuk berkonsentrasi, merasa takut gagal, mudah lupa, sedih, mudah marah, kecewa, jenuh, menyesal, menarik diri dan tidak bisa rileks. Kemudian dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketiga subjek menggunakan kelima dimensi emotion focused coping yaitu distancing, escape avoidance, accepting responsibility, self control, dan positive reapraisal. The phenomenon of involvement of children in criminal acts making them conflict with the law is increasingly found. A child who is found to have committed a criminal offence can be sentenced to criminal punishment, so that he will be placed in a special child-building institution. (LPKA). Life at the Construction Institute turns out to have an influence on the psychological condition of the child. The separation of children from their families and their surroundings, the limited interaction of children with the outside world and society, the limitation of space and time for various activities can be stressful for children undergoing their construction. For that, a good emotion focused coping strategy is required to be able to cope with the stressor for children in conflict with the law. This research uses a qualitative approach with descriptive methods. Subjects in the study consisted of 3 people and were children in conflict with the law aged 16-20 years in LPKA Class II Bandung. Stressful conditions experienced by the subject in physical symptoms are difficulty sleeping, restlessness, nervousness, difficulty concentrating, fear of failure, forgetfulness, sadness, anger, frustration, saturation, regret, withdrawal and unable to relax. Later from this study it can be concluded that the three subjects use the five dimensions of emotion focused coping: distancing, escape avoidance, accepting responsibility, self control, and positive reapraisal

    TINJAUAN TUJUAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN (SDGS) DI AFRIKA: LITERATUR REVIEW

    Get PDF
    Studi ini bertujuan untuk mereview berbagai literatur mengenai topik Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) di Afrika melalui pendekatan Bibliometrik. Pencarian artikel dibatasi sejak 2020-2021 melalui database Scopus, dan ditemukan sejumlah 835 artikel yang membahas topik yang dimaksud, setelah dilakukan proses seleksi maka ditetapkan sebanyak 621 artikel yang dianggap relevan dalam studi ini. Berdasarkan pemetaan network dan density visualization terdapat 5 kluster yang terdiri dari 118 kata kunci atau konsep dan diketahui 6 topik dominan yang sering dikaji berhubungan dengan SDGs di Afrika yaitu 1) Sustainable Development Goals, 2) South Africa, 3) Africa, 4) Climate change, 5) Female, 6) Human. Hasil review menunjukkan bahwa kawasan ini masih menghadapi tantangan dalam pencapaian SDGs seperti upaya pencapaian SDGs 6. Kawasan Afrika menghadapi tantangan ketahanan air pada dengan target pasokan air dan sanitasi yang jauh di bawah tolok ukur global. Pada SDGs 7, banyak program yang gagal meningkatkan akses energi memasak untuk rumah tangga di Sub-Sahara Afrika. Kemudian pada SDGs 2, hanya sedikit kemajuan yang dicapai dalam mengurangi tingkat malnutrisi. Sehingga pelibatan pemangku kepentingan lokal, nasional, dan internasional dibutuhkan untuk mencapai SDGs 2030 di Afrika. This study aims to review various literature on Sustainable Development Goals (SDGs) in Africa through a Bibliometrics approach. The search for articles was limited from 2020 to 2021 through the Scopus database, where 835 articles were found discussing the topic. After the manuscript selection process was carried out, 621 articles were considered relevant in this study. Based on network mapping and density visualization, there are 5 clusters of 118 keywords or concepts and six dominant topics are often studied related SDGs in Africa, namely 1) Sustainable Development Goals, 2) South Africa, 3) Africa, 4) Climate change, 5) Female, and 6) Human. The review results show that this region still faces challenges in achieving SDGs, such as efforts to achieve SDG 6. The African region faces water security challenges with a water supply and sanitation targets far below global benchmarks. In SDGs 7, many programs fail to improve access to cooking energy for households in Sub-Saharan Africa, Then on SDGs 2, only slight progress was made in reducing malnutrition rates, so the involvement of local, national, and international stakeholders is needed to achieve the 2030 SDGs in Africa

    PERAN KELEMBAGAAN LOKAL DALAM MENGKOORDINASIKAN PENDAYAGUNAAN SUMBER DAYA PADA DESA WISATA

    No full text
    Beberapa tahun terakhir, pariwisata telah mendapat banyak perhatian sebagai wadah potensial untuk mencapai tujuan pembangunan. Sebagai salah satu negara dengan jumlah pulau yang sangat banyak, Indonesia memiliki peluang besar untuk memajukan ekonomi negara melalui bidang pariwisatanya. Melalui artikel ini, penulis akan membahas bagaimana kelembagaan lokal dapat menjadi sebuah awalan yang baik bagi suatu negara untuk mengembangkan perekonomiannya hingga menciptakan kesejahteraan sosial. Penulis menggunakan metodi studi literatur atau kajian pustaka sebagai metode penyusunan artikel. Penulis juga menggunakan 3 (tiga) teori: Community Development Theory, Community Based Tourism Theory, serta Social Capital Theory sebagai dasar elaborasi atas pemikiran-pemikiran yang akan dituliskan pada bagian pembahasan. Hasil dari kajian literatur yang penulis lakukan memperlihatkan bahwa kelembagaan lokal dalam sektor pariwisata memegang peranan yang besar. Kelembagaan lokal dapat meningkatkan partisipasi masyarakat di desa wisata, mengembangkan ekonomi lokal, serta membentuk sebuah pembangunan sosial yang berkelanjutan. Saran yang dapat diberikan oleh penulis yakni kelembagaan lokal dapat meningkatkan upayanya dengan bekerja sama dengan pemerintah untuk mengembangkan infrastruktur, mempromosikan praktik pariwisata ke kancah internasional, serta memperluas pendidikan pariwisata di sekolah menengah. Dengan itu, lembaga lokal dapat berkontribusi pada pengembangan ekonomi lokal dan menciptakan kesejahteraan sosial bagi masyarakat di desa wisata

    212

    full texts

    230

    metadata records
    Updated in last 30 days.
    Share : Social Work Journal
    Access Repository Dashboard
    Do you manage Share : Social Work Journal? Access insider analytics, issue reports and manage access to outputs from your repository in the CORE Repository Dashboard!