Jurnal Institut Pemerintahan Dalam Negeri
Not a member yet
1424 research outputs found
Sort by
Child-Friendly City Model Based on Collaborative Governance in Depok City, Indonesia
Despite the adverse impacts of Jakarta's rapid development as the national capital, Depok City must ensure a safe and supportive environment for particularly vulnerable children in need of protection. As a fundamental asset to the city's future, children play a critical role in its long-term development.This study explores a collaborative governance model on a Depok Child-Friendly City model. The paper employs a qualitative research approach; data were collected through field observations, in-depth interviews with key stakeholders, and analysis of secondary sources, including policy documents, regulations, and prior research. The findings reveal that, despite the constraints posed by rapid urbanization, implementing the Child-Friendly City program in Depok continues to progress. The initiatives primarily attributed to fulfilling critical collaboration prerequisites, including the active involvement of multi-level government actors, the private sector, community organizations, and academic institutions. These stakeholders contribute through contextual understanding, shared commitment, and aligning responsibilities and visions based on their respective capacities and authorities. The study concludes that such a multi-stakeholder collaboration model is instrumental in promoting an urban environment conducive to children's growth and development.Meskipun menerima dampak buruk dari pembangunan Jakarta yang pesat sebagai ibu kota negara, Kota Depok harus memastikan lingkungan yang aman dan mendukung bagi pertumbuhan anak-anak yang rentan dan membutuhkan perlindungan. Anak-anak adalah aset penting dan memiliki peran penting dalam pembangunan jangka panjang. Penelitian ini berupaya mengungkap model kolaborasi untuk mewujudkan Kota Layak Anak di Kota Depok. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif; Data diperoleh melalui observasi, wawancara dengan pemangku kepentingan, dan data sekunder berupa kebijakan, peraturan, dan penelitian terdahulu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun tekanan urbanisasi menghambat sebagian besar program Kota Layak Anak di Depok, namun program ini masih berjalan sesuai rencana karena pemenuhan persyaratan kolaborasi sudah ditetapkan: keterlibatan berbagai aktor: pemerintah dari tingkat kota hingga tingkat administrasi paling bawah, dunia usaha, lembaga kemasyarakatan, perguruan tinggi untuk menciptakan konteks, komitmen, berbagi masalah, visi, tugas sesuai kewenangan dan kapasitas, menjadikan Kota Depok kota yang layak untuk tumbuh kembang anak
Politik Identitas Budaya Pada Pemerintahan Daerah:: Peran Pendidikan Berbasis Marga Suku Batak Dalam Membangun Ketahanan Politik Dan Budaya
The cultural identity of the Batak people can be clearly seen in their clan names, but those related to the distinctive Batak people's personal names are starting to fade, replaced by modern names. The declining existence of local identity also has an impact on the declining resilience of national politics and culture. This article aims to analyze the integral relationship between education and local culture as a national identity. Efforts to achieve this goal can be done through the formulation of a naming policy for the Batak people in local government education in North Sumatra Province. This research is important to be carried out in order to build political and cultural resilience, because based on the findings, it shows that local cultural identity is still relevant to the development of government politics to be integrated through local education. The research method uses a qualitative approach with a descriptive explanation. The data collection technique in this study was carried out using the purposive sampling technique. Data collection was carried out primarily through in-depth interviews, and supplemented with secondary data from scientific journals, books, and online news, including from the General Election Commission page which provides data on the names of North Sumatrans. The results of this study indicate that the conservation of the Batak people's personal names can be done by integrating local content education policies, namely through regional language lessons. This research can be said as something new, by uniting political and cultural approaches through an integrated education system. This research is expected to be of concern to academics, other researchers, and the government in reviewing education policies to integrate local wisdom as an effort to preserve national identity.Identitas budaya masyarakat suku Batak yang dapat dilihat jelas pada nama marganya, namun yang berhubungan dengan nama diri masyarakat Batak yang khas mulai memudar tergantikan dengan nama-nama modern. Eksistensi identitas lokal yang menurun juga berdampak kepada ketahanan politik dan budaya nasional yang menurun. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis hubungan integral antara pendidikan dan kebudayaan lokal sebagai identitas nasional. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut dapat dilakukan melalui perumusan kebijakan penamaan masyarakat suku batak dalam pendidikan pemerintahan lokal di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian ini penting untuk dilaksanakan dalam rangka membangun ketahanan politik dan budaya, karena berdasarkan temuan menunjukkan bahwa identitas budaya lokal masih relevan dengan perkembangan politik pemerintah untuk diintergrasikan melalui pendidikan lokal. Metode penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan penjelasan secara deskriptif. Teknik pegumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan Teknik purposive sampling. Pengambilan data dilakukan secara primer melalui wawancara mendalam, serta dilengkapi data sekunder dari jurnal ilmiah, buku, dan berita online, termasuk juga dari laman Komisi Pemilihan Umum yang menyediakan data nama orang Sumatera Utara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konservasi penamaan diri masyarakat suku Batak dapat dilakukan dengan mengintegrasikan kebijakan pendidikan muatan lokal, yaitu melalui pelajaran bahasa daerah. Penelitian ini dapat dikatakan sebagai sesuatu yang baru, dengan menyatukan pendekatan politik dan kebudayaan melalui sistem pendidikan yang terintegrasi. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi perhatian bagi akademisi, peneliti lainnya, maupun pemerintah dalam mengkaji kebijakan pendidikan untuk mengintegrasikan kearifan lokal sebagai upaya melestarikan identitas nasional
Integrity Content in the Selection of High-Level Leadership Positions (JPT) as a Determinant of Success in Providing the Best Service to the Public (Public Sector Human Resources Practices)
This study discusses the importance of integrity in the selection of High-Level Leadership Positions (Jabatan Pimpinan Tinggi – JPT) in Indonesia and the challenges faced in implementing a merit-based selection system. The selection system for officials has evolved from the colonial era to the Reform Era, where the government now applies an open selection process to ensure transparency and accountability. However, various issues such as political interference, collusion, and nepotism remain obstacles to producing officials with high integrity. This research employs a qualitative approach using a case study method to analyze the implementation of the JPT selection process in Indonesia. Data was obtained through interviews with civil servants, members of the State Civil Apparatus Commission (Komisi Aparatur Sipil Negara – KASN), academics, and direct observations of the selection process. The findings reveal that, despite the implementation of open selection policies, there are still weaknesses in enforcing transparency principles, monitoring the selection process, and applying integrity values in the recruitment system. As a recommendation, this study emphasizes the need for improvements in the selection system by strengthening integrity standards, enhancing the independence of selection committees, conducting thorough background checks on candidates, and increasing public oversight. The implementation of talent management is also proposed as a strategic solution to ensure the sustainability of high-quality leadership. Thus, enhancing integrity in JPT selection can contribute to improving public service quality and strengthening public trust in the governmentThis study discusses the importance of integrity in the selection of High-Level Leadership Positions (Jabatan Pimpinan Tinggi – JPT) in Indonesia and the challenges faced in implementing a merit-based selection system. The selection system for officials has evolved from the colonial era to the Reform Era, where the government now applies an open selection process to ensure transparency and accountability. However, various issues such as political interference, collusion, and nepotism remain obstacles to producing officials with high integrity. This research employs a qualitative approach using a case study method to analyze the implementation of the JPT selection process in Indonesia. Data was obtained through interviews with civil servants, members of the State Civil Apparatus Commission (Komisi Aparatur Sipil Negara – KASN), academics, and direct observations of the selection process. The findings reveal that, despite the implementation of open selection policies, there are still weaknesses in enforcing transparency principles, monitoring the selection process, and applying integrity values in the recruitment system. As a recommendation, this study emphasizes the need for improvements in the selection system by strengthening integrity standards, enhancing the independence of selection committees, conducting thorough background checks on candidates, and increasing public oversight. The implementation of talent management is also proposed as a strategic solution to ensure the sustainability of high-quality leadership. Thus, enhancing integrity in JPT selection can contribute to improving public service quality and strengthening public trust in the governmen
PERAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENGELOLAAN SAMPAH BERKELANJUTAN: : ANALISIS KEBIJAKAN DAN IMPLEMENTASI HUKUM LINGKUNGAN MELALUI DATA DATA SISTEM INFORMASI PENGELOLAAN SAMPAH NASIONAL (SIPSN) PROVINSI JAWA BARAT
Waste is the residue of daily human activities and/or natural processes in solid form. Waste can be a burden and can also be a resource that needs to be processed to support environmental waste management. This study aims to analyze the role of local governments in sustainable waste management by evaluating the alignment of regional policies, the effectiveness of legal implementation, and institutional strengthening strategies and multi-stakeholder collaboration. The method used is qualitative descriptive-analytical with a case study approach in several regions, supplemented by document analysis (Regional Regulation, RPJMD, Law No. 18/2008 and No. 32/2009) and SIPSN data for 2024. The results of the study indicate that although regional policies such as Regional Regulation No. 12/2010 in West Java have adopted sustainable principles (3R, producer responsibility), their implementation still faces obstacles such as lack of regulatory harmonization, limited institutional capacity, and low public awareness. Strategic recommendations include strengthening recycling infrastructure, increasing multi-stakeholder collaboration, and locally-based education to achieve sustainable waste management.Sampah merupakan sisa dari aktivitas sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah dapat menjad beban dan dapat pula menjadi sumberdaya yang perlu diolah untuk mendukung pengelolahan limbah lingkungan. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran pemerintah daerah dalam pengelolaan sampah berkelanjutan dengan mengevaluasi keselarasan kebijakan daerah, efektivitas implementasi hukum, serta strategi penguatan kelembagaan dan kolaborasi multistakeholder. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif-analitis dengan pendekatan studi kasus di beberapa daerah, dilengkapi analisis dokumen (Perda, RPJMD, UU No. 18/2008 dan No. 32/2009) serta data SIPSN tahun 2024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meski kebijakan daerah seperti Perda No. 12/2010 di Jawa Barat telah mengadopsi prinsip berkelanjutan (3R, tanggung jawab produsen), implementasinya masih menghadapi kendala seperti kurangnya harmonisasi regulasi, kapasitas kelembagaan terbatas, dan rendahnya kesadaran masyarakat. Rekomendasi strategis mencakup penguatan infrastruktur daur ulang, peningkatan kolaborasi multistakeholder, dan edukasi berbasis lokal untuk mencapai pengelolaan sampah yang berkelanjutan
Pemanfaatan Website Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Medan dalam Mewujudkan Keterbukaan Informasi Publik
This study aims to analyze the utilization of the Medan City Communication and Informatics Office website in providing public information. The research method used is descriptive qualitative, with data collection techniques that include observation, interviews, and documentation. Data processing was done using NVivo software to identify key themes in the qualitative data. The findings indicate that although the Diskominfo Medan website presents updated news, it lacks interactive menus, public service features, and community engagement. Therefore, content structure optimization, human resource development, and integration of two-way communication features are essential to achieving the goal of public information transparency.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemanfaatan website Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kota Medan dalam memberikan informasi publik. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan menggunakan perangkat lunak NVivo untuk mengidentifikasi tema-tema utama dalam data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun website Diskominfo Kota Medan telah menampilkan berita terkini, masih banyak kekurangan dalam penyajian menu interaktif, fitur layanan publik, dan minimnya partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, perlu dilakukan optimalisasi struktur konten, peningkatan kualitas sumber daya pengelola, serta integrasi fitur komunikasi dua arah agar tujuan keterbukaan informasi publik dapat tercapai secara maksimal
PENGEMBANGAN SDM DALAM PENGELOLAAN DESA WISATA MELALUI SERTIFIKASI KOMPETENSI KEPEMANDUAN OUTBOND DI DESA WISATA JAKA GARONG
Human Resource Development (HRD) through outbound guide competency certification in Tourism Villages has a crucial role in improving service quality, competitiveness, and sustainability in village economic development. Outbound guide certification plays an important role in improving the professionalism of guides and building tourist trust in tourist destinations. The purpose of this study was to understand and analyze the outbound guide competency certification program and how to evaluate the follow-up of the outbound guide competency certification program. This study was conducted using a descriptive qualitative method, using observation, interviews, and documentation as the main tools in collecting data. The results obtained indicate that the outbound guide certification program in Jaka Garong Tourism Village has succeeded in significantly developing the potential of human resources (HR). This program not only improves the discipline and technical skills of the guides, but also strengthens teamwork, work enthusiasm, and visitor satisfaction. Indicators of the success of this program can be seen from the decrease in accident rates, efficiency of resource use, and improvement in the quality of services provided. However, to maintain the sustainability of the program, it is recommended to adjust the learning method to be more practice-based. In addition, managers can expand the scope of training by including materials related to advanced risk management, outbound activity innovation, and interpersonal skills development. With this approach, Jaka Garong Tourism Village can continue to develop into a safe, attractive, and highly competitive tourist destination.Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) melalui sertifikasi kompetensi kepemanduan outbound di Desa Wisata memiliki peran krusial dalam peningkatan mutu layanan, daya saing, dan keberlanjutan dalam pengembangan ekonomi desa. Sertifikasi kepemanduan outbound berperan penting dalam meningkatkan profesionalisme pemandu serta membangun kepercayaan wisatawan terhadap destinasi wisata. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan menganalisa tentang program sertifiksi kompetensi kepemanduan outbond dan bagaimana evaluasi tindak lanjut dari program sertifikasi kompetensi kepemanduan outbond. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode kualitatif deskriptif, menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi sebagai alat utama dalam menghimpun data. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa program sertifikasi kepemanduan outbound di Desa Wisata Jaka Garong telah berhasil secara signifikan Mengembangkan potensi sumber daya manusia (SDM). Program ini tidak hanya meningkatkan kedisiplinan dan keterampilan teknis para pemandu, tetapi juga memperkuat kerja sama tim, semangat kerja, dan kepuasan pengunjung. Indikator keberhasilan program ini terlihat dari penurunan tingkat kecelakaan, efisiensi penggunaan sumber daya, serta peningkatan kualitas layanan yang diberikan. Namun Untuk menjaga keberlanjutan program, disarankan penyesuaian metode pembelajaran yang lebih berbasis praktik. Selain itu, pengelola dapat memperluas cakupan pelatihan dengan memasukkan materi terkait manajemen risiko lanjutan, inovasi aktivitas outbound, dan pengembangan keterampilan interpersonal. Dengan pendekatan ini, Desa Wisata Jaka Garong dapat terus berkembang menjadi destinasi wisata yang aman, menarik, dan memiliki daya saing tinggi
Pemanfaatan Big Data untuk Meningkatkan Perencanaan Strategis di Pemerintahan Daerah Kota Cirebon : Pendekatan Studi Eksploratif
This study aims to analyze the adoption level of big data technology in local governments and its contribution to strategic decision-making. Using a descriptive-exploratory approach with mixed methods, data were collected through surveys involving relevant work units and local respondents, totaling 15 respondents, in Cirebon City's local government using a stratified random sampling technique based on the level of information technology utilization, supplemented by in-depth interviews with 10 key informants. The results revealed an increase in significant data adoption from 20% in 2018 to 65% in 2022, positively impacting decision-making efficiency and accuracy. However, limited technological literacy and digital infrastructure remain significant challenges. The novelty of this study lies in its focus on integrating local dimensions into significant data adoption, particularly within Cirebon City’s regional government, an area rarely explored in the existing literature. This study also provides a unique contribution by identifying specific challenges in developing countries, such as infrastructure gaps and organizational cultural barriers, and offering context-specific recommendations. Practically, this study recommends enhancing technological capacity, fostering collaboration with academic institutions, and developing regulations to ensure ethical and transparent data use. The study opens opportunities for further research on cross-country analysis and the long-term impacts of significant data adoption.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat adopsi teknologi big data di pemerintahan
daerah dan kontribusinya terhadap pengambilan keputusan strategis. Dengan pendekatan deskriptif-
eksploratif berbasis metode campuran, Data dikumpulkan melalui survei kepada unit kerja terkait
dan responden lokal dengan jumlah sebanyak 15 responden. terhadap pemerintah daerah Kota
Cirebon dengan teknik stratified random sampling berdasarkan tingkat penggunaan teknologi
informasi, ditambah wawancara mendalam dengan 10 informan kunci. Hasil menunjukkan
peningkatan adopsi big data dari 20% pada 2018 menjadi 65% pada 2022, dengan dampak positif
terhadap efisiensi dan akurasi pengambilan keputusan. Namun, keterbatasan literasi teknologi dan
infrastruktur digital tetap menjadi tantangan utama. Kebaruan penelitian ini terletak pada fokusnya
untuk mengintegrasikan dimensi lokal dalam adopsi big data, khususnya di pemerintahan daerah
Kota Cirebon, yang sebelumnya jarang dieksplorasi dalam literatur. Studi ini juga memberikan
kontribusi unik dengan mengidentifikasi tantangan spesifik di negara berkembang seperti
kesenjangan infrastruktur dan hambatan budaya organisasi, serta menawarkan rekomendasi
berbasis konteks lokal. Secara praktis, penelitian ini merekomendasikan peningkatan kapasitas
teknologi, kolaborasi dengan institusi akademik, dan pengembangan regulasi untuk memastikan
penggunaan data yang etis dan transparan. Studi ini membuka peluang penelitian lebih lanjut
terkait analisis lintas negara dan dampak jangka panjang adopsi big data
Dinamika Permasalahan Masyarakat Perbatasan Indonesia – Timor Leste: Menyikapi Lintas Batas Negara
The border area between Indonesia and Timor Leste in East Nusa Tenggara exhibits complex social, economic, and cultural dynamics that rely heavily on cross-border activities facilitated by the Border Pass (PLB) and Border Crossing Identification Card (KILB). The COVID-19 pandemic temporarily halted these activities, disrupting trade, social relations, and the economic well-being of border communities. This study aims to examine the role of PLB and KILB in the lives of people living along the Indonesia–Timor Leste border. The research adopts a qualitative approach using a literature review method presented descriptively. The findings indicate that the restriction of cross-border mobility led to limited access in maintaining family ties, practicing cultural traditions, and engaging in economic activities. Communities experienced a sense of loss in their daily social interactions. Within the framework of cultural constructivism, social interactions and legal frameworks shape a culture that influences identity and cross-border relationships. Therefore, restoring mobility and the functions of PLB/KILB is essential for post-pandemic cultural reconstruction and for strengthening the social ties and identity of border communities.Wilayah perbatasan Indonesia dan Timor Leste di Nusa Tenggara Timur memiliki dinamika sosial, ekonomi, dan budaya yang bergantung pada aktivitas lintas batas melalui PLB dan KILB. Pandemi COVID-19 menghentikan sementara aktivitas tersebut, mengganggu perdagangan, hubungan sosial, dan kesejahteraan masyarakat perbatasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran PLB dan KILB dalam kehidupan masyarakat perbatasan Indonesia–Timor Leste. Metode yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kepustakaan yang disajikan secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelarangan mobilitas lintas batas mengakibatkan keterbatasan akses dalam mempertahankan hubungan kekeluargaan, pelaksanaan tradisi budaya, dan aktivitas ekonomi. Masyarakat merasa kehilangan makna dalam interaksi sosial sehari-hari. Dalam kerangka konstruksivisme budaya, interaksi sosial dan ketentuan hukum berperan dalam membentuk budaya yang memengaruhi identitas serta hubungan lintas batas. Oleh karena itu, pemulihan mobilitas dan fungsi PLB/KILB menjadi sangat penting untuk merekonstruksi budaya pasca-pandemi serta memperkuat kembali ikatan sosial dan identitas masyarakat perbatasan
Model Pengembangan Kompetensi ASN dalam Transformasi Layanan Pajak Digital: : Studi Kasus Aplikasi ePonti di Kota Pontianak
Digital transformation in the public service sector requires readiness and capacity building of State Civil Apparatus (ASN) in managing technology-based services effectively. This study aims to develop a relevant and applicable ASN competency development model to support the implementation of the ePonti application at the Pontianak City Regional Revenue Agency (Bapenda). This application is a digital innovation designed to facilitate online regional tax services. This study uses a qualitative descriptive approach with data collection techniques through in-depth interviews, direct observation, and documentation. Informants consisted of Bapenda employees and community service users. The results of the study showed a gap in employee competency in three main dimensions: technical competency, digital communication skills, and training effectiveness. Around 70% of employees have mastered basic features such as tax data input and validation, but only 30% understand advanced features such as analytical dashboards and automatic reporting. As many as 50% of employees have not been able to deliver technical education effectively to the public. The training provided is still general in nature, not based on job needs analysis, and has not reached all employees evenly. This study presents a competency development model based on technical integration, digital public communication, and adaptive training. This model also recommends a peer-assisted learning approach to enhance collaboration between employees and support the ongoing digital transformation of public services.Transformasi digital dalam sektor pelayanan publik menuntut kesiapan dan penguatan kapasitas Aparatur Sipil Negara (ASN) dalam mengelola layanan berbasis teknologi secara efektif. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pengembangan kompetensi ASN yang relevan dan aplikatif dalam mendukung implementasi aplikasi ePonti di Badan Pendapatan Daerah (Bapenda) Kota Pontianak. Aplikasi ini merupakan inovasi digital yang dirancang untuk mempermudah pelayanan pajak daerah secara daring. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan dokumentasi. Informan terdiri dari pegawai Bapenda dan masyarakat pengguna layanan. Hasil penelitian menunjukkan adanya kesenjangan kompetensi pegawai dalam tiga dimensi utama: kompetensi teknis, kemampuan komunikasi digital, dan efektivitas pelatihan. Sekitar 70% pegawai telah menguasai fitur dasar seperti input dan validasi data pajak, namun hanya 30% yang memahami fitur lanjutan seperti dashboard analitik dan pelaporan otomatis. Sebanyak 50% pegawai belum mampu menyampaikan edukasi teknis secara efektif kepada masyarakat. Pelatihan yang dilakukan masih bersifat umum, belum berbasis analisis kebutuhan jabatan, serta belum menjangkau seluruh pegawai secara merata. Penelitian ini mengemukakan model pengembangan kompetensi berbasis integrasi teknis, komunikasi publik digital, dan pelatihan adaptif. Model ini juga merekomendasikan pendekatan peer-assisted learning untuk meningkatkan kolaborasi antarpegawai dan mendukung transformasi digital pelayanan publik secara berkelanjutan
Tren Penelitian Transformasi Digital: Sebuah Analisis Bibliometrik dan Masa Depan Transformasi Digital di Indonesia
Digital transformation has become an increasingly prominent trend in the public sector, particularly within the context of government reform. In Indonesia, while the growth of e-government initiatives reflects a strong commitment to digital development, it has also resulted in the proliferation of tens of thousands of applications across government institutions—many of which are overlapping, redundant, and fragmented. This fragmentation poses significant challenges to organizational performance and the efficiency of public service delivery. A growing public service sector in this digital era is intellectual property services, particularly trademark registration. Despite the increasing demand, trademark services receive the highest volume of negative user feedback. Key issues include a lack of transparency in the application process, prolonged processing times, and insufficient explanation for application rejections, leading to widespread user confusion and dissatisfaction. This study aims to analyze the research trends on digital transformation in the delivery of public services, with a specific focus on intellectual property services. A bibliometric analysis method is employed to map the evolution and scholarly focus on this subject. Findings suggest that Indonesia’s digital transformation remains in the digitization phase—an early stage focused on shifting from analog to digital formats. For digital development to be impactful, it must evolve toward a meaningful digital transformation, which includes three strategic goals: building an inclusive, empowering, and trusted digital ecosystem. Achieving this requires stronger synergy and collaboration among all stakeholders, including government bodies, private sectors, academia, and civil society organizations.Transformasi digital telah menjadi tren yang semakin menonjol di sektor publik, terutama dalam konteks reformasi pemerintahan. Di Indonesia, meskipun pertumbuhan inisiatif e-government mencerminkan komitmen yang kuat terhadap pengembangan digital, hal ini juga mengakibatkan proliferasi puluhan ribu aplikasi di seluruh lembaga pemerintah—banyak di antaranya tumpang tindih, redundan, dan terfragmentasi. Fragmentasi ini menimbulkan tantangan signifikan bagi kinerja organisasi dan efisiensi penyediaan layanan publik. Sektor layanan publik yang berkembang di era digital ini adalah layanan kekayaan intelektual, khususnya pendaftaran merek dagang. Meskipun permintaan meningkat, layanan merek dagang menerima umpan balik negatif dari pengguna dalam jumlah terbesar. Isu-isu utama meliputi kurangnya transparansi dalam proses aplikasi, waktu pemrosesan yang lama, dan penjelasan yang tidak memadai atas penolakan aplikasi, yang menyebabkan kebingungan dan ketidakpuasan pengguna yang meluas. Studi ini bertujuan untuk menganalisis tren penelitian tentang transformasi digital dalam penyediaan layanan publik, dengan fokus khusus pada layanan kekayaan intelektual. Metode analisis bibliometrik digunakan untuk memetakan evolusi dan fokus ilmiah pada subjek ini. Temuan menunjukkan bahwa transformasi digital Indonesia masih dalam fase digitalisasi—tahap awal yang berfokus pada peralihan dari format analog ke digital. Agar pembangunan digital berdampak, ia harus berevolusi menuju transformasi digital yang bermakna, yang mencakup tiga tujuan strategis: membangun ekosistem digital yang inklusif, memberdayakan, dan tepercaya. Untuk mencapai hal ini, diperlukan sinergi dan kolaborasi yang lebih kuat di antara semua pemangku kepentingan, termasuk lembaga pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan organisasi masyarakat sipil