Online Journal :: Agricultural State Polytechnic of Payakumbuh
Not a member yet
265 research outputs found
Sort by
Analisis Karakteristik Stakeholder Terhadap Pengembangan Digitalisasi Komunitas Pertanian Terpadu Menggunakan Konsep SMART Goals
Sektor pertanian di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk keterbatasan akses pasar, rendahnya transparansi rantai pasok, serta minimnya adopsi teknologi digital yang dapat meningkatkan efisiensi usaha tani. Digitalisasi komunitas pertanian terpadu menjadi solusi potensial untuk mengatasi tantangan ini melalui integrasi pasar, edukasi, dan kolaborasi antar-stakeholder. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik stakeholder utama, yakni pelaku usaha tani, masyarakat konsumen, serta akademisi/praktisi pertanian, serta merancang konsep pengembangan komunitas digital yang sesuai dengan preferensi mereka menggunakan pendekatan SMART Goals. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui survei hybrid (online dan offline) kepada 60 responden di berbagai wilayah. Data dianalisis dengan reduksi (seleksi data relevan), visualisasi dengan mengelompokkan setiap komponen pertanyaan diinterpretasikan dalam bentuk persentase, penarikan kesimpulan menyatakan faktor yang dominan dan implikasi yang dapat diterapkan kedalam bentuk Konsep SMART Goals. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas stakeholder memiliki kesiapan tinggi dalam adopsi teknologi digital, dengan kebutuhan utama pada akses pasar (33,3%), peningkatan kapasitas petani (20%), dan keberlanjutan lingkungan (18,3%). Konsep SMART Goals yang dihasilkan memberikan strategi implikasi berbasis tujuan spesifik: komunitas digital ini harus berfokus pada peningkatan akses pasar, kapasitas petani, dan keberlanjutan lingkungan (18,3%), terukur: tingkat kepercayaan dan keterlibatan saat ini masih memerlukan peningkatan melalui edukasi dan sosialisasi dengan dukungan kolaborasi multi-pihak serta penguatan infrastruktur digital, relevan: regulasi dan dukungan pemerintah menjadi faktor utama dalam mendukung keberlanjutan dengan berbatas waktu yang tahapan pengembangan sebaiknya dilakukan dalam 6 bulan pertama untuk uji coba skala kecil, diikuti dengan implementasi penuh setelah lebih dari 6 bulan dengan evaluasi berkelanjutan
Strategi Pemasaran Media Sosial Keripik Tempe Krispi Usaha Rumah Tempe di Pontianak
Rumah Tempe dipilih sebagai objek penelitian karena merupakan UMKM di Pontianak yang memproduksi keripik tempe dengan kemasan berkualitas serta memiliki legalitas seperti PIRT dan sertifikasi Halal. Rumah Tempe beroperasi setiap hari dan mendistribusikan produknya ke berbagai wilayah di Kalimantan, seperti Sintang, Sekadau, dan Singkawang. Penjualan online dilakukan melalui WhatsApp, Facebook, Instagram, dan e-commerce seperti Shopee, tetapi efektivitasnya masih rendah. Faktor utama yang menyebabkan rendahnya efektivitas pemasaran digital adalah minimnya interaksi di media sosial dan kurangnya strategi promosi yang menarik. Penelitian ini menganalisis strategi pemasaran digital untuk meningkatkan volume penjualan menggunakan metode SWOT dan QSPM, dengan 12 responden. Hasil SWOT menunjukkan bahwa Rumah Tempe memiliki peluang pasar yang besar, tetapi masih perlu memperkuat kepercayaan konsumen dan efektivitas pemasaran digital. Strategi utama yang dihasilkan meliputi edukasi pasar melalui testimoni pelanggan, peningkatan kualitas dan kebersihan produk, serta diversifikasi produk. Promosi aktif di media sosial dan optimalisasi strategi penjualan online juga menjadi langkah penting. Berdasarkan hasil QSPM, strategi prioritas adalah meningkatkan interaksi dan engagement di media sosial serta memperluas jangkauan pasar melalui platform digital. Implementasi strategi ini mencakup pembuatan konten interaktif, penggunaan influencer lokal, serta iklan berbayar untuk meningkatkan visibilitas produk. Kesimpulannya, optimalisasi pemasaran digital dapat meningkatkan daya saing dan volume penjualan Rumah Tempe, tetapi perlu penguatan promosi, kualitas produk, dan inovasi pemasaran agar hasil lebih optimal
Analisis Pengaruh Prinsip 5C Terhadap Keputusan dan Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi Sektor Agribisnis di BRI KC Purwokerto
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh prinsip 5C terhadap keputusan dan efektivitas penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor agribisnis di BRI KC Purwokerto. Prinsip peminjaman 5C adalah Karakter, Kapasitas, Permodalan, Kondisi Perekonomian, Agunan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-Juli 2024 di BRI KC Purwokerto. Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara terhadap penggagas Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang mempunyai nasabah di bidang agribisnis dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder diperoleh dari dokumentasi data tertulis oleh BRI KC Purwokerto. Metode pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling atau pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang pemrakarsa kredit di BRI KC Purwokerto. Metode statistik yang digunakan adalah analisis Structural Equation Modeling (SEM) dan pengukuran menggunakan skala Likert untuk menganalisis pengaruh prinsip 5C terhadap keputusan dan efektivitas penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor agribisnis di BRI KC Purwokerto. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Karakter mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap keputusan penyaluran KUR sektor agribisnis dan terhadap efektivitas penyaluran KUR sektor agribisnis; dan variabel Kapasitas mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap efektivitas penyaluran KUR sektor agribisnis. Sedangkan variabel independen lainnya tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen
Karakteristik Sosial Ekonomi dan Peta Risiko Produksi Usaha Hidroponik di Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota
Usaha hidroponik di wilayah Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki permasalahan terhadap minimnya pengelolaan risiko dapat berdampak signifikan terhadap keberlanjutan usaha hidroponik, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi petani hidroponik serta menyusun peta risiko produksi dari usaha hidroponik di Kota Payakumbuh dan Kabupaten Lima Puluh Kota. Sebelum penelitian, semua usaha hidroponik di daerah penelitian sudah diobservasi, dipetakan dan didata. Metode yang digunakan mencakup survei dan wawancara dengan petani hidroponik yang dipilih secara purposive sampling. Kategori responden dalam penelitian ini adalah petani yang berusaha hidroponik dalam lima tahun terakhir (2019 sampai 2024). Data dianalisis secara deskriptif kualitatif, menggunakan kerangka kerja manajemen risiko berdasarkan ISO 31000; 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh petani hidroponik berada dalam usia produktif dan memiliki tingkat pendidikan menengah hingga tinggi, namun menghadapi kendala dalam pengelolaan keberlanjutan usaha. Peta risiko yang disusun menyoroti risiko utama yang perlu diatasi. Risiko budidaya terkait potensi organisme pengganggu tanaman perlu dikurangi dan dicarikan strategi penanggulangannya. Risiko manusia mengidentifikasi bahwa ada potensi mulai berkurangnya minat petani dalam usaha hidroponik yang memerlukan tindakan segera dan/atau transfer risiko. Hal ini menegaskan pentingnya pemahaman mendalam terhadap risiko usaha hidroponik untuk mengembangkan strategi yang efektif dalam mendukung keberlanjutan dan pertumbuhan sektor ini di wilayah penelitian. Penelitian ini memberikan kontribusi signifikan dalam pengembangan kebijakan dan program yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan petani hidroponik dan ketahanan pangan lokal
Analisa Faktor Internal dan Strategi Pemasaran Pemanfaatan Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Bakar Alternatif Terbarukan
Pemanfaatan tempurung kelapa sebagai bahan bakar alternatif terbarukan memiliki potensi besar dalam mendukung keberlanjutan energi dan pengurangan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor internal yang memengaruhi pemanfaatan tempurung kelapa serta merumuskan strategi pemasaran yang efektif dalam meningkatkan daya saing produk berbasis biomassa ini. Pendekatan pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dimana analisis data kualitatif untuk memahami faktor eksternal (seperti regulasi, pasar, dan lingkungan) dan analisis kuantitatif untuk perencanaan operasional. Selain itu, pendekatan kuantitatif dengan metode survei digunakan untuk mengumpulkan data dari pelaku industri, petani kelapa, serta konsumen potensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang berperan signifikan meliputi ketersediaan bahan baku, efisiensi produksi, serta kualitas produk yang memenuhi standar ramah lingkungan. Berdasarkan hasil analisis, strategi pemasaran yang direkomendasikan mencakup peningkatan kesadaran konsumen melalui edukasi tentang manfaat bahan bakar berbasis tempurung kelapa, optimalisasi saluran distribusi, serta penerapan strategi harga yang kompetitif. Dengan implementasi strategi yang tepat, pemanfaatan tempurung kelapa sebagai bahan bakar alternatif dapat lebih diterima di pasar dan berkontribusi dalam pengembangan energi berkelanjutan
Strategi Daya Saing Ekspor Pala Indonesia di Uni Eropa
Indonesia merupakan negara pengekspor pala ke dunia dengan salah satu tujuan utamanya adalah ke Uni Eropa. Penelitian ini memiliki tujuan yaitu menganalisis daya saing dan strategi untuk mempertahankan ekspor pala Indonesia di Uni Eropa. Pada penelitian ini jenis pala yang di analisis dengan kode Harmonized System (HS) 090811 (Nutmeg, neither crushed nor ground). Penelitian ini menggunakan alat analisis yaitu Indeks Spesialisasi Perdagangan (ISP), Revealed Comparative Advantages (RCA), Export Product Dynamic (EPD), dan X-Model Potential Export Products. Hasil perhitungan terhadap analisis ISP dengan nilai rerata yaitu 0,9806 yang menunjukkan Indonesia cenderung sebagai negara eksportir pala. Hasil analisis perhitungan RCA > 1, bahwa pala memiliki keunggulan komparatif yang kuat untuk ekspor Indonesia di Uni Eropa. Hasil analisis EPD menunjukkan bahwa secara keseluruhan pala Indonesia tergolong “faliing star” pada ekspor di Uni eropa. Analisis x-model menunjukkan bahwa pala Indonesia memiliki potensi pengembangan pasar tergolong “potensial” di Uni Eropa. Daya saing pala Indonesia dengan kompetitor ekspor utama di Uni Eropa menunjukkan pada analisis daya saing dengan RCA bahwa ekspor pala Indonesia masih di bawah Sri Lanka, untuk analisis EPD dinamika pertumbuhan ekspor pala Indonesia sama dengan Sri Lanka yaitu “falling star”, namun masih terendah dibandingkan India, Belanda dan UEA. Untuk potensi pengembang pasar ekspor Indonesia sama dengan Sri Lanka, India, dan Belanda yaitu “potensial”, sedangkan UEA termasuk potensi “optimis”. Adapun strategi yang dapat dilakukan kedepan untuk menghadapi daya saing ekspor pala di Uni Eropa antara lain: 1. Aspek teknis budidaya; 2. Aspek regulasi; 3. Aspek dukungan pemerintah
Analisis Pendapatan Peternak Itik Petelur Sistem Pemeliharaan Intensif Di Nagari Koto Baru, Kecamatan IV Nagari, Kabupaten Sijunjung
Itik sebagai salah satu unggas peliharaan dapat berperan sebagai sumber penghasilan, membuka lowongan pekerjaan dan sumber protein hewani baik dari daging maupun telurnya. Berdasarkan data statistik kabupaten Sijunjung, produksi telur itik tahun 2017 sebesar 403.510 kg, tahun 2018 mengalami penurunan dengan jumlah produksi sebesar 97.902 kg, tahun 2019 produksi telur itik mengalami peningkatan dengan jumlah 100.424 kg, pada tahun 2020 produksi telur mengalami penurunan kembali dengan jumlah 67.973 kg, dan pada tahun 2021 produksi telur itik mengalami peningkatan dengan jumlah produksi sebesar 144.767 kg. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui biaya produksi, pendapatan, Break Event point (BEP), dan efesiensi usahatani peternak itik petelur sistem pemeliharaan intensif di Nagari Koto Baru. Jenis penelitian menggunakan Analisis deskriptif. Metode penelitian adalah analisis kuantitatif untuk memperoleh informasi biaya produksi, investasi, penerimaan, pendapatan, serta tingkat efesiensi usaha peternak. Responden adalah semua peternak dengan sistem pemeliharaan intensif di nagari yaitu sebanyak 5 orang dengan jumlah 3.100 ekor ternak. Rata-rata penerimaan peternak adalah sebesar Rp.428.586.000/tahun, rata-rata pendapatan peternak adalah sebesar Rp.121.899.968/tahun, Break Event Point (BEP) peternak itik petelur sistem pemeliharaan intensif di Nagari Koto Baru dari 3.100 ekor itik petelur rata-rata adalah 10.225 butir/bulan dengan total 112.696 butir/tahun, rata-rata BEP harga adalah sebesar Rp.1.893/butir, rata-rata BEP penerimaan peternak adalah sebesar Rp.3.873.555/bulan dengan total Rp.46.482.663/tahun, dan rata-rata R/C ratio peternak adalah sebesar 1,3 yang berarti layak dilaksanakan
Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Barat
Nilai PDRB Provinsi Sumatera Barat bisa dipengaruhi oleh sejumlah variabel, termasuk tenaga kerja pertanian, investasi pertanian, ekspor pertanian dan impor pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis variabel-variabel yang memengaruhi PDB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Barat dan untuk memberikan gambaran tentang penyerapan tenaga kerja, investasi, ekspor, dan impor sektor pertanian. Penelitian ini menggunakan data time series dari BPS Provinsi Sumatera Barat tahun 2015-2023. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan kuantitatif, uji f dan uji t menggunakan analisis regresi linier berganda dengan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tenaga kerja pertanian di Provinsi Sumatera Barat mengalami penurunan dari tahun 2016-2017. Sejumlah besar tenaga kerja meninggalkan pekerjaan dan bekerja di pabrik atau jenis bisnis lainnya. Investasi di industri pertanian Provinsi Sumatera Barat mengalami penurunan dari tahun 2015- 2023. Ekspor pertanian Provinsi Sumatera Barat meningkat dengan baik. Hasil pertanian di Sumatera Barat meningkat seiring dengan permintaan konsumen, yang menyebabkan peningkatan ekspor dari industri pertanian. Impor sektor pertanian Provinsi Sumatera Barat akhir-akhir ini mengalami penurunan, karena pasokan lokal mampu memenuhi permintaan, sedangkan impor masyarakat meningkat akibat gagal panen dan bencana alam yang mengakibatkan turunnya hasil pertanian. Variabel tenaga kerja (X1) tidak ada pengaruh terhadap PDRB Pertanian Harga Konstan (Y), Variabel Investasi (X2) ada pengaruh terhadap PDRB Pertanian Harga Konstan (Y), Variabel Ekspor (X3) ada pengaruh terhadap PDRB Pertanian Harga Konstan (Y) dan Variabel Impor (X4) tidak ada pengaruh terhadap Harga Konstan (Y)
Model Rantai Nilai Agribisnis Cabai Di Kabupaten Kolaka Timur
Permasalahan agribisnis cabai di Kabupaten Kolaka Timur dihadapkan pada sejumlah tantangan seperti fluktuatifnya harga cabai, belum terintegrasinya hubungan antar pelaku, rantai pemasaran yang panjang menyebabkan harga yang dibayar oleh konsumen maupun produsen memiliki perbedaan signifikan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi model rantai nilai agribisnis cabai. Sampel petani dalam penelitian ini berjumlah 3 orang, dipilih secara purrposive dari 3 kecamatan yang merupakan sentra pengembangan cabai di Kabupaten kolaka Timur yakni Kecamatan Aere, Tinondo dan Tirawuta. Sampel pedagang cabai di Kabupaten Kolaka Timur berjumlah 2 orang yang ditentukan berdasarkan metode snowball sampling. Metode analisis yang digunakan adalah pendekatan rantai nilai Porter. Hasil penelitian menunjukkan rantai nilai cabai di Kabupaten Kolaka Timur melibatkan tiga pihak utama yakni petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Hasil analisis berdasarkan pendekatan Porter menunjukkan pelaku utama yang terlibat dalam rantai nilai cabai adalah petani, pedagang pengumpul dan pedagang pengecer. Aktivitas utama yang dilakukan oleh petani berkaitan dengan budidaya cabai sampai pemasaran ke pedagang. Sedangkan aktivitas utama yang dilakukan oleh pedagang pengumpul dan pedagang pengecer memiliki karakteristik yang hampir sama mulai dari pembelian cabai, sortasi dan penjualan. Aktivitas pendukung petani antara lain lahan kepemilikan sendiri, modal sendiri, menyewa tenaga kerja dari luar keluarga disamping tenaga kerja keluarga serta penggunaan teknologi yang masih sederhana. Aktivitas pendukung pedagang pengumpul dan pengecer memiliki karakteristik yang hampir sama mulai dari modal mandiri yang terbatas, memanfaatkan tenaga kerja keluarga serta teknologi sederhana. Efisiensi pemasaran diperoleh pada saluran pemasaran pedagang pengumpul yang menjual cabai ke perusahaan tambang dengan keuntungan Rp 16.130/kg.
Analisa Keberlanjutan Usaha Tani Kopi Rakyat di Nagari Tabek Sirah Kecamatan Talamau
Nagari Tabek Sirah, Kecamatan Talamau merupakan salah satu Nagari menghasilkan kopi rakyat dengan luasan mencapai 80ha dari total luasan yang ditanamai kopi 899ha. Produksi kopi dan harga kopi baik di nasional ataupun internasional dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap keberlanjutan usahatani kopi rakyat. Kebutuhan kopi semakin meningkat dengan perubahan gaya hidup. Mutu dan kualitas kopi menjadi nilai jual suatu produk. Tujuan Penelitian mendapatkan informasi keberlanjutan dan mendapatkan indikator yang dapat meningkat usahatani rakyat di Nagari Tabek Sirah Kabupaten Pasaman Barat. Penelitian ini menggunakan kuesioner, dengan sampel pengamatan 30 orang petani usaha tani kopi dan pihak terkait dalam pengambilan data. Metode survey dan secara sengaja (purposive)menjadi metode penelitian. Dimensi ekologi, sosial dan kelembagaan, ekonomi dan teknologi yang akan dilakukan simulasi dan dianalisis dengan menggunakan program Rapfish yang telah dimodifikasi. Hasil analisis berdasarkan simulasi Rapfish terhadap keberlanjutan usaha tani kopi rakyat Nagari Tabek Sirah adalah 40,87%. Nilai rata-rata keberlanjutan menunjukkan kurang berkelanjutan sehingga diperlukan perbaikan dengan skala prioritas terhadap indikator yang sensitif yang ada dalam masing-masing dimensi. Ekologi yaitu sistem pemeliharaan tanaman kopi, ketinggian tempat, kesesuaian tata guna lahan, tingkat pemanfaatan lahan, peralatan pengolahan lahan, pengelolaan lahan, Ekonomi yaitu kontribusi terhadap pendapatan petani, kelayakan finansial, Sosial yaitu keanggotaan kelompok tani, Kelompok tani perkebunan, umur pekerja yang berkerja di bidang perkebunan kopi, frekuensi penyuluhan dan pelatihan. Teknologi yaitu teknis pengeringan kopi, pengendalian hama dan penyakit, pemangkasan pada tajuk tanaman, sortasi terhadap biji kopi, pemecahan kulit buah dan pelepasan kulit tanduk