ABSTRACT:The auditor should have eminence audit judgment to support their assignment This research aims to provide empirical evidence that self-efficacy, experience, level of education, and skepticism have an impact on audit judgment. The population are auditors who had carried out post-clearance audit assignments. This research uses a quantitative approach by testing the theories and hypotheses that have been prepared. Ordinary least square (OLS) linear regression as an analytical model is used in this study. Results show that experience and education level have no impact on audit judgment, whereas self-efficacy and skepticism have a positive and significant impact on audit judgment. Efforts to improve self-efficacy and auditor skepticism are urgently needed. The coefficient of determination describes the variation of variables of self-efficacy, experience, level of education, and skepticism able to explain the variation of audit judgment variables by 51%. The remaining 49% is explained by other variables not involved in this study. Future studies may enhance with other variables and employ in-depth interview methods.Keywords: audit judgment, experience, level of education, post-clearance audit, self-efficacy, skepticism, post-clearance audit ABSTRAK:Auditor seyogyanya memiliki kemampuan audit judgment yang berkualitas guna mendukung penugasannya. Tujuan penelitian adalah memberikan bukti empiris bahwa efikasi diri, pengalaman, tingkat pendidikan, dan skeptisisme memiliki pengaruh terhadap audit judgement. Populasi dalam penelitian ini adalah auditor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang pernah melakukan post clearance audit. Ini merupakan pendekatan kuantitatif yang menguji teori serta hipotesis yang telah disusun. Riset ini menggunakan regresi linear ordinary least square (OLS) sebagai model analisis. Hasil studi memperlihatkan pengalaman dan tingkat pendidikan tidak berpengaruh pada audit judgement, namun efikasi diri dan skeptisisme berpengaruh signifikan pada audit judgement. Implikasinya DJBC perlu memberikan perhatian khusus terhadap berbagai upaya dalam peningkatan efikasi diri dan skeptisisme auditor. Tulisan ini adalah pengembangan beberapa penelitian sebelumnya namun dalam konteks pengujian untuk jenis audit ketaatan. Nilai koefisien determinasi menggambarkan variasi variabel efikasi diri, pengalaman, tingkat pendidikan, dan skeptisisme dapat menjelaskan variasi variabel audit judgement sebesar 51%. Sisanya sebesar 49% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diujikan dalam tulisan ini. Dengan adanya keterbatasan waktu pada penelitian ini diharapkan mendorong penelitian berikutnya untuk dapat menyertakan beberapa variabel lain yang relevan dan melengkapinya dengan metode in-depth interview.Kata Kunci: bea dan cukai, efikasi diri, pengalaman, skeptisisme, tingkat pendidika