HUBUNGAN ANTARA CULTURAL BELIEF PADA BULAN SAFAR DENGAN KECEMASAN MASYARAKAT MELAYU DI DESA TANJUNG MEDANG

Abstract

Ritual mandi safar disebut juga dengan safaran oleh masyarakat Melayu ini merupakan sebuah tradisi adat yang dilaksanakan tepat pada minggu akhir bulan safar. Istilah bulan safar dikenal dengan bulan Capuk dalam artian dipercayai adanya musibah dan malapetaka didalamnya, menjadi sumber awal kecemasan atas kesalamatan masyarakat pada bulan tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara ilmiah hubungan antara cultural belief pada bulan safar dengan kecemasan masyarakat Melayu. Subjek penelitian ini seluruh kepala keluarga di Desa Tanjung medang dengan rentang usia 26-60 tahun. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan angket, Instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel pada penelitian ini yaitu skala cultural belief pada bulan safar dan skala kecemasan masyarakat Melayu dengan setiap instrumen memiliki empat alternatif jawaban. Hasil analisis data menggunakan teknik korelasi product moment menggunakan bantuan program komputer SPSS 20.00 for windows. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan koefisien korelasi sebesar 0,736 pada taraf signifikansi 0,000, lebih kecil dari 0,05 (p≤0,05), jadi hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima. Dengan kata lain ada hubungan yang signifikan antara cultur belief pada bulan safar dengan kecemasan masyarakat Melayu di Desa Tanjung Medang. Dengan melihat R diketahui bahwa cultural belief pada bulan safar memberi pengaruh 41,4% terhadap kecemasan masyarakat Melayu. Jika ditinjau berdasarkan aspek pada variabel cultural belief pada bulan safar, terlihat dari nilai empirik memberikan pengaruh yang besar terhadap kecemasan yakni 37,5%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara cultural belief pada bulan safar. Kata Kunci: Cultural Belief pada Bulan Safar, Kecemasa

    Similar works