Usia 1-3 tahun adalah usia rawan temper tantrum, anak-anak belum
terampil mengungkapkan keinginan dan kebutuhannya dengan jelas. Akibat yang
ditimbulkan temper tantrum cukup berbahaya, misalnya anak yang
melampiaskan kekesalannya dengan cara berguling-guling dilantai yang keras
dapat menyebabkan anak cedera. Penelitian ini dilakukan ntuk mengetahui
hubungan pola asuh dengan kejadian temper tantrum pada anak usia toddler di
Dukuh Pelem, Kelurahan Baturetno, Banguntapan, Bantul Tahun 2015. Metode
pada penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan pendekatan cross
sectional. Sampel yang digunakan 41 responden dengan teknik sampling yang
digunakan total sampling. Analisis menggunakan Pearson product moment. Hasil
penelitian menunjukkan pola asuh orangtua masih cenderung kurang baik, cuek
saat anak menangis, kurang memuji, masih membandingkan anak, menegur
dengan keras, tidak meminta pendapat anak. Sedangkan kejadian temper tantrum
yang sering terjadi adalah merengek, menangis, dan menjerit. Nilai signifikansi
Pearson Product Moment sebesar 0,027 (p < 0,05), sehingga ada hubungan pola
asuh orangtua dengan kejadian temper tantrum pada anak usia toddler dengan
keeratan hubungan sebesar 0,344 menunjukkan keeratan rendah. Simpulan pada
pnelitian ini ada hubungan pola asuh dengan kejadian temper tantrum pada anak
usia toddler di Dukuh Pelem, Kelurahan Baturetno, Banguntapan, Bantul Tahun
2015. Saran Orangtua dapat memberikan pengasuhan dengan kasih sayang,
menciptakan aturan yang wajar, konsisten, memberikan tanggung jawab, menjadi
model yang baik, memuji anak, sehingga dapat mengurangi perilaku temper
tantrum