Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari arti diagnostik indeks peroksida terhadap kejadian lesi aterosklerosis
pada tikus putihjantan ras Sprague Dawley. Enam puluh ekor tikuS putihjantan ras Sprague Dawley berat 150g- 200g
digunakan dalam penelitian ini. Tikus dibagi secara random dalam 4 kelompok, masing-masing 15 ekor. Tikus
kelompok pertama diberikan ransum basal (normal), tikus kelompok kedua diberi ransum yang mengandung kadar
kolesterol tinggi (4,5% kolesterol), tikus kelompok ketiga diberi ransum yang mengandung kadar lemak tinggi (20%
lemak), sedangkan tikus kelompok keempat diberi ransum aterogenik yang mengandung kadar lemak dan kolesterol
tinggi (20% lemak dan 4,5% kolesterol). Pada minggu ke empat, 5 ekor tikus dari masing-masing kelompok diambil
secara acak untuk koleksi sample darah guna pemeriksaan kadar Thio Barbituric Acid Reactive Substance (TBARS)
dan Total Antioxidant Statuse (TAS). Organ jantung diambil untuk pemeriksaan histopatologi dengan pengecatan
hematoksilin eosin guna mengetahui ada tidaknya lesi aterosklerosis serta melihat perubahan lain yang mungkin
terjadi. Perlakuan yang sarna diulang setelah 8 dan 16 minggu pemberian ransum. Hasil pemeriksaan terhadap kadar
TBARS menunjukkan bahwa kadar TBARS tertinggi terjadi pada kelompok yang mendapatkan ransum lemak tinggi
selama 16minggudan memberikankadar rerataTBARS4,752:I::2,174 mol/L.Antioksidantertinggiterjadipada
kelompok yang mendapatkan ransum kolesterol tinggi selama 16minggu, yaitu sebesar 1,080:1:: 0,154 mmol/L. Lesi
aterosklerosis terjadi pada tikus kelompok III yang diberi ransum lemak tinggi setelah pemberian selama 8 dan 16
minggu. Lesi ini terjadi pada indeks peroksida 6,042 dan 17,471. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa : 1.
Ransum lemak tinggi yang diberikflnselama 8-16 minggu pada tikus Sprague Dawley jantan mampu menginduksi lesi
aterosklerosis. 2. Lesi aterosklerosis pada tikus Sprague Dawley jantan terbentuk pada saat indeks peroksida mencapai
6,04. Nilai indeks peroksida dapat digunakan sebagai indikator awal terjadinya lesi aterisklerotik. 4. Variasi individu
terhadap kejadian aterosklerosis bisa terjadi karena adanya faktor genetik