Drug use study for acute respiratory infection in children under 10 years of age

Abstract

Iwan Dwiprahasto - Studi penggunaan obat untuk infeksi saluran pernafasan akut pada anak usia kurang dari 10 tahun Latar Belakang: Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak dan menjadi penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada anak khususnya di Negara-negara sedang berkembang. Penyakit ini diderita oleh hamper 50% Balita. Meskipun umumnya disebabkan oleh virus dan bersif at dapat sembuh sendiri, berbagai studi menemukan bahwa penggunaan antibiotika secara kefiru sangat sering terjadi untuk mengatasi penyakit ini.. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola peresepan untuk ISPA pada anak oleh dokter umum di praktek swasta. Metoda: Rancangan studi ini adalah cross sectional. Subyek penelitian adalah dokter praktek umum dan seluruh apotik di wilayah provinsi DIY. Data pasien dan pengukuran kecepatan respirasi dikumpulkan dari tempat praktek swasta sedangkan data mengenai peresepan obat diperoleh dari seluruh apotik yang terdapat di Provinsi DIY. Hasil: Seluruh apotek dan sebagian besar dokter umum praktek swasta ikut serta dalam penelitian ini. Jumlah rata-rata obat yang diberikan kepada anak dengan ISPA mencapai 3,74. Obat yang paling sering diresepkan adalah antibiotika disusul oleh parasetamol, ibuprofen, chlorpheniramine maleate, fenobarbita, vitamin C, dekstromtorfan, gliseril guaiakolat, deksametason, prednison, vitamin-B6, efedrin HCL, vitamin B1, and vitamin B2. Medication error sangat sering terjadi. Lebih dari 60% anak dengan ISPA mendapat obat dalam dosis yang tidak tepat, yaitu berlebih (27.51%) atau kurang (41,12%). Pemberian obat dalam sediaan yang tidak tepat ditemukan pada 24.07% resep. Penelitian ini juga menemukan bahwa lebuh dari seperlima penderita ISPA mendapat obat untuk frekwensi pemberian yang keliru. Faktor yang mendorong dokter untuk meresepkan antibiotika pada ISPA antara lain adalah demam, kecepatan respirasi lebih dari normal, dan gejala batuk pilek lebih dari 2 hari. Simpulan: ISPA pada anak sering diterapi secara tidak tepat. Medication error juga sering terjadi dalam penatalaksanaan ISPA di praktek swasta. Sudah saatnya dokter umum mulai meningkatkan mutu peresepan dengan senantiasa mendasarkan pada bukti-bukti ilmiah terbaru

    Similar works