Pegunungan vulkanik mempunyai peran yang sangat besar dalam siklus aliran air tanah.
Kapasitasnya sebagai daerah imbuhan, menjadikan bentang alam ini sebagai salah satu objek utama
dalam usaha perlindungan air tanah. Tingginya tingkat keanekaragaman formasi geologi, menjadikan
aliran air tanah di bentang alam ini memiliki keunikan tersendiri dibanding bentang alam yang lain.
Gunung Bromo merupakan salah satu gunungapi aktif di Indonesia. Lereng timur laut Gunung Bromo,
secara administratif berada di wilayah Kabupaten Probolinggo dan merupakan daerah penelitian
yang akan diulas dalam tulisan ini. Keberadaaan daerah penelitian yang berada di lereng
pegunungan vulkanik, ternyata tidak serta merta menjamin tercukupinya kebutuhan air bersih bagi
penduduk setempat. Berdasarkan data PDAM Kab. Probolinggo tahun 2013, terdapat tiga desa di
tiga kecamatan yang hampir setiap tahun mengalamai bencana kekeringan.
Dalam penelitian ini, digunakan pendekatan dengan pengamatan fisik geologi lapangan untuk
mengetahui hidrostratigrafi daerah penelitian, pengamatan hidrogeokimia air tanah untuk
mengetahui fasies air tanah, dan pengamatan isotop
2
H untuk mengetahui lokasi daerah imbuhan air
tanah. Dari hasil pengamatan ini, diketahui bahwa hidrostratigrafi lereng timur laut Gunung Bromo
sangat dipengaruhi oleh sejarah geologi Gunung Bromo yang mana pada sekitar 150.000 tahun yang
lalu mengalami letusan besar membentuk kaldera Ngadisari dan lembah Sapikerep. Hal ini
menyebabkan fasies air tanah pada daerah penelitian memiliki perbedaan dengan lereng Gunung
Bromo di sisi lain walaupun masih dalam satu zona fasies stratovulkanik. Selain itu, adanya daerah
rawan kekeringan di lokasi penelitian juga sangat berhubungan dengan material vulkanik akibat dari
letusan tersebu