Gerwani: Kisah tapol di Kamp Plantungan

Abstract

Historiografi perempuan Indonesia hingga kini terkadang masih terasa semacam repertoar gelap dan cenderung stigmatis. Dinamika emansipasi dan instrument politik menjadi ranah yang sering kali masih sensitif dalam menelaah progresivitas peran dan gerakan perempuan itu sendiri. Salah satu memori yang masih melekat tetapi cenderung menjadi reportase gelap adalah upaya rekonstruksi historiografi tahun 1965 menjadi penulisan utuh (bukannya seperti serpihan atas beberapa tafsir). Tafsir yang melekat dan sampai sekarang menjadi keyakinan tunggal adalah pendistorsian terhadap organisasi Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani). Peran organisasi perempuan ini telah ditahbiskan oleh negara melalui teks-teks hingga seluloid film sebagai stereotip perempuan yang kurang bermoral dan terlibat dalam Peristiwa 30 September 1965. Studi Saskia E Wierenga dan Katherine E Mc Gregor menunjukkan betapa wacana tunggal kekuasaan telah melakukan stigmatisasi terhadap lembaga Gerwani. Deskripsi tunggal yang dibenarkan instrument negara tersebut menumbuhkan proses anarki kekuasaan yang mencuatkan kekerasan simbolik

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions