Permintaan pasar yang semakin meningkat terhadap ikan lele mendorong
dilakukannya peningkatan jumlah produksi ikan lele. Untuk memenuhi
permintaan pasar yang semakin meningkat, perlu adanya upaya untuk
menciptakan teknik tertentu agar ikan lele dapat dikembangbiakkan dan
diproduksi sebanyak mungkin di luar musim ikan lele tersebut memijah. Salah
satu usaha untuk memenuhi permintaan pasar adalah dengan cara
meningkatkan produksinya tanpa harus menunggu musim ikan lele tersebut
memijah yaitu dengan teknik kawin suntik yang dilanjutkan dengan mempercepat
waktu penetasannya. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan
informasi tentang teknik mempercepat penetasan embrio ikan lele dumbo
(Clarias sp).
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biologi dan Reproduksi Ikan,
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang pada bulan
April - November 2009. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh
pemberian enzim tripsin dengan lama perendaman yang berbeda terhadap laju
penetasan embrio ikan lele dumbo (Clarias sp).
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan teknik pengumpulan data melalui observasi selama penelitian.
Rancangan percobaannya menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 4 perlakuan, 1 kontrol dan 3 kali ulangan. Perlakuan yang digunakan
adalah pemberian perlakuan perendaman embrio menggunakan enzim tripsin
dengan lama perendaman 2 menit , 2,5 menit, 3 menit dan 3,5 menit. Parameter
utama yang diamati adalah persentase tingkat penetasan embrio serta parameter
penunjang adalah kualitas air, yang terdiri dari suhu, pH dan oksigen terlarut.
Berdasarkan pengamatan selama penelitian diperoleh data untuk fase
perkembangan embrio diperoleh hasil yaitu pada fase morula dan blastula
embrio berkembang 100%, baik embrio yang diberi perlakuan maupun embrio
yang tidak diberi perlakuan (kontrol). Pada fase gastrula jumlah rata-rata embrio
yang berkembang untuk perlakuan 2 menit sebanyak 91,14%, 91,10% untuk
perlakuan 2,5 menit, 83,94% untuk perlakuan 3 menit, 90,16% untuk perlakuan
3,5 menit dan pada kontrol berkembang sebanyak 92,31%. Pada fase
organogenesis jumlah perkembangan embrio rata-rata pada perlakuan
perendaman 2 menit yaitu 75,40%, perlakuan 2,5 menit sebanyak 78,41%,
76,25% untuk perlakuan 3 menit, 73,15% untuk perlakuan 3,5 menit dan untuk
kontrol berkembang sebanyak 89,11%.
Pada tingkat daya tetas didapat jumlah embrio yang menetas pada
perlakuan perendaman 2 menit sebesar 55,23%, 53,16% untuk perlakuan 2,5
menit, 49,88% untuk perlakuan 3 menit, 43,21% untuk perlakuan 3,5 menit dan
kontrol jumlah embrio yang berhasil menetas sebanyak 75,36%. Untuk tingkat
kelulushidupan data yang diperoleh adalah 32,27% untuk perlakuan 2 menit,
untuk perlakuan 2,5 menit sebanyak 20,52%, 15,08% untuk perlakuan 3 menit
vi
dan sebanyak 7,97% pada perlakuan 3,5 menit sedangkan pada kontrol
mencapai 56,12%. .
Dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa perlakuan perendaman
embrio menggunakan enzim tripsin dengan lama perendaman 2 menit
merupakan perlakuan terbaik (dilihat dari persentase kelulushidupan
perkembangan embrio, tingkat daya tetas dan kelulushidupan larva). Sedangkan
untuk waktu penetasan tercepat pada perlakuan perendaman dengan lama
waktu 3,5 menit