Pemanfaatan Cabai Merah Afkir dalam Pembuatan Bubuk Cabai Merah (Capsicum annuum L.) (Kajian : Proporsi Cabai Merah Segar : Cabai Merah Afkir dan Waktu Blansing)

Abstract

Cabai merah memiliki banyak kandungan gizi, diantaranya energi, protein, lemak, kabohidarat, kalsium, vitamin A, vitamin B1, dan vitamin C. Jumlah kandungan vitamin C pada cabai mengalahkan buah-buahan segar seperti mangga, nanas, pepaya, atau semangka. Cabai merah memiliki karakterisktik yang mudah rusak, menyusut, dan cepat busuk setelah masa panen sehingga menyebabkan banyak cabai merah yang terbuang percuma meskipun sebenarnya cabai tersebut masih dapat dimanfaatkan (cabai merah afkir). Oleh karena itu, diperlukan suatu metode untuk memanfaatkan cabai afkir tersebut. Salah satu cara pemanfaatan cabai afkir tersebut adalah dengan cara pengeringan untuk dijadikan bubuk cabai merah dengan ditambahkan cabai merah segar dengan proporsi tertentu. Bahan baku cabai merah segar yang digunakan berciri-ciri masih segar, berwarna merah, tangkainya berwarna hijau, dan tidak ada cacat. Sedangkan untuk cabai merah afkir dipilih cabai yang berwarna orange kemerah-merahan, cacat, tangkainya berwarna coklat, buahnya layu, dan tekstur agak lembek. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi cabai merah segar dan cabai merah afkir yang tepat serta pengaruh waktu blansing terhadap sifat fisik dan kimia bubuk cabai merah dengan memanfaatkan cabai merah afkir dalam pembuatan bubuk cabai merah. Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 2 faktor dan 3 ulangan. Faktor I adalah proporsi cabai merah segar : cabai merah afkir, dengan perbandingan 75% : 25%, 50% : 50%, dan 25% : 75%. Faktor II adalah waktu blansing, yang terdiri dari 2 faktor yaitu waktu blansing selama 5 menit dan waktu blansing selama 10 menit. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan Analisis Sidik Ragam (ANOVA). Apabila terdapat beda nyata dilakukan uji BNT dengan taraf 5% dan dilanjutkan dengan uji lanjut DMRT (Duncan’s Multiple Range Test) apabila terdapat interaksi pada kedua perlakuan. Pemilihan perlakuan terbaik menggunakan metode De Garmo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan proporsi cabai merah segar : cabai merah afkir dan waktu blansing memberikan pengaruh nyata terhadap kandungan vitamin C dan karotenoid, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap warna (tingkat kecerahan, kemerahan, dan kekuningan), kadar air, rendemen, dan daya serap air. Interaksi antara perlakuan proporsi cabai merah segar : cabai merah afkir dan waktu blansing tidak memberikan pergaruh yang nyata. Perlakuan terbaik bubuk cabai merah diperoleh pada perlakuan proporsi cabai merah segar 75% : cabai merah afkir 25% dan waktu blansing 10 menit yang memiliki parameter fisik dan kimia sebagai berikut : vitamin C 33,60 mg/100g, karotenoid 564,81 µg/100g, kecerahan warna (L+) 39,92, kadar air 4,32%, rendemen 16,82%, dan daya serap air 16,36%

    Similar works