Pengaruh Ketinggian Media Air Laut Terhadap THC (Total Haemocyte Count) dan DHC (Differential Haemocyte Count) Hemosit Tiram (Crassostrea cucullata) Pada Bak – Bak Percobaan

Abstract

Tiram merupakan hewan intertidal yang banyak mengalami paparan bahan pencemar dari wilayah pasang surut. Hemosit banyak digunakan sebagai indikator stres lingkungan dan status kesehatan bivalvia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan hemosit yang terjadi pada tiram C. cucullata pada skala laboratorium, dilaksanakan pada bulan Januari 2015. Sampel tiram yang berukuran ±6 cm diambil dari Perairan Dalegan, Gresik. Ketinggian air pasang dan surut pada habitat alami tiram dengan pasang tertinggi 70cm dan surut terendah 0cm. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimental disusun dalam rancangan percobaan RAL. 3 sampel tiram diberi 3 perlakuan ketinggian (0cm, 35cm dan 70cm) masing-masing 3 kali ulangan. Parameter pendukung yang diukur yakni suhu, salinitas, pH, DO dan TOM sebelum dan sesudah perlakuan. THC tiram C. cucullata yang diambil dari Perairan Dalegan 153±5,7x104 sel/ml. THC tiram setelah diberi perlakuan perendaman 0cm 80±2,84x104 sel/ml, 35cm 13,27±0,23x104 sel/ml dan 70cm 12,40±1,51x104 sel/ml. Tiram yang diberi ketinggian di 35cm terbanyak memproduksi THC. Pemberian ketiga perlakuan tersebut dapat menurunkan THC tiram dari perairan Dalegan karena pada perlakuan tersebut dilakukan perendaman dengan menggunakan air laut steril. Pengamatan DHC diidentifikasi ada dua jenis sel yakni hyalinosit dan granulosit. Sel hyalinosit yang diambil dari perairan Dalegan sebesar 31,85±8,98% menunjukkan jumlah lebih sedikit daripada saat diberi perlakuan perendaman ketinggian 0cm, 35cm dan 70 cm yang hasilnya berturut-turut 61,57±5,61%; 62,63±7,00%; 66,39±3,76%. Pada ketinggian 0cm terbanyak memproduksi hyalinosit karena tiram berada pada udara terbuka dan tidak mendapatkan tekanan dari media air laut. Sel granulosit yang diambil dari Perairan Dalegan 64,4±3,8% menunjukkan hasil lebih banyak pada hasil pada saat diberi perlakuan perendaman ketinggian 0cm, 35cm dan 70cm berturut-turut sebesar 33,61±3,76; 37,37±7,00%; 38,43±5,61%, tiram pada ketinggian 35cm terbanyak memproduksi granulosit karena tiram masih terbiasa dengan habitat alaminya yang berada pada lingkungan yang tercemar ketika proses pasang surut sehingga diperlukan granulosit yang lebih banyak untuk pertahanan tubuh melalui fagositosis. Pada penelitian ini H0 diterima dan H1 ditolak yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengaruh antara ketinggian media air laut dengan THC dan DHC tiram C. cucullata baik hyalinosit maupun granulosit. Pada ketiga perlakuan tersebut menunjukkan tiram hanya mengenali material asing yang masuk ke tubuhnya, yang dilihat dari persentase hyalinosit yang lebih banyak daripada granulosit. Sebaliknya ketika tiram berada pada perairan Dalegan lebih banyak memproduksi sel granulosit yang digunakan untuk proses fagositosis dalam mempertahanankan tubuh dari material asing yang masuk ke tubuhnya, agar tiram dapat bertahan pada kondisi yang tidak menguntungkan tersebut. Hasil pengukuran kualitas air suhu berkisar 25-310C, salinitas 34-36 ppt, pH 8-8,5, DO 5,40-7,84 mg/l, dan TOM 18,33-48,03 mg/l. Jumlah hemosit tiram yang tinggi pada penelitian ini menunjukkan bahwa pada perairan tersebut dalam kondisi tercemar, oleh karena itu perlu dilakukan pengawasan dan pengendalian lebih lanjut terhadap pencemaran di perairan Dalegan, Gresik agar pada saat pasang beban pencemar dapat berkuran

    Similar works