Keanekaragaman Flora Pada Berbagai Tingkat Kepadatan Tanah Di Hutan Pegunungan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS)

Abstract

Degradasi hutan merupakan faktor pembatas dari keberlanjutan ekosistemyang menyebabkan penurunan kualitas tanah, keanekaragaman hayati (flora dan fauna), dan fungsinya sebagai penyedia kebutuhan pokok dan jasa lingkungan. Keberhasilan upaya restorasi hutan yang akan dilakukan di TNBTS perlu dimonitor dan dievaluasi, untuk itu dibutuhkan beberapa informasi kondisi awal baik dari aspek tanah dan keanekaragaman flora sebelum dilakukan restorasi. Tujuan penelitian ini adalah mengkaji keanekaragaman flora pada berbagai stadia pertumbuhan di berbagai tingkat kepadatan tanah di kawasan hutan degradasi dibandingkan dengan kawasan hutan utuh di TNBTS, sebagai baseline dari upaya restorasi kawasan. Penelitian dilaksanakan di TNBTS, Pasuruan, Jawa Timur tepatnya pada dua resort pengelolaan yaitu RPTN Coban Trisula dan RPTN Pananjakan. Pengambilan data dilakukan dari bulan September 2016 hingga Desember 2016. Rancangan yang digunakan adalah rancangan tersarang (Nested Sampling Design) dengan 3 faktor sumber keragaman (SK) yaitu jenis hutan (hutan degradasi dan hutan utuh), kelerengan (Lereng tengah dan bawah) dan kedalaman tanah (0 - 10 cm; 10 - 20 cm; 20 - 30 cm). Pengamatan diulang 4 kali pada 4 Kawasan Konservasi yang berbeda (KK1, KK4, KK5A, dan KK5B), sehingga total pengukuran sebanyak 16 plot dengan 48 sampel tanah. Variabel yang diukur dari aspek flora yaitu indeks nilai penting (INP), indeks keanekaragaman jenis (H), indeks kekayaan jenis (R) dan indeks kemereataan jenis (E) dan dari aspek tanah yaitu berat isi, berat jenis, porositas, ketahanan penetrasi tanah, C-organik dan pH tanah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa rata - rata indeks keanekaragaman jenis (H) di hutan degradasi lebih rendah jika dibandingkan dengan hutan utuh. Indeks H di hutan degradasi bervariasi tergantung dari stadia pertumbuhannya, untuk stadia semai tergolong „sedang‟(H‟=1,68), dan untuk stadia sapihan pancang dan pohontergolong „rendah‟ (H<1). Indeks H di hutan utuh tergolong „sedang‟ untuk stadia pertumbuhan semai, sapihan, pancang dan pohon (1<H<3). Di hutan degradasi, ada 3 jenis flora yang mendominasi yaituStyphellia javanica (stadia semai, INP=85%), pisang atau Musa paradisiaca (pancang, INP=193%), dan mentigen atau Vaccinium varingiaevolium (sapihan dan pohon, INP=147% dan 300%). Di hutan utuh didominasi oleh Eupatorium riparium (semai, INP=105%), Pilea melastomoides (sapihan, INP=146%),Pinanga coronata(pancang, INP=193%), dan Acacia decurrens (pohon, INP=287%).Tanah di kedua jenis hutan di TNBTS memiliki tingkat kepadatan yang rendah, BI tanah rata-rata 0,82 g cm-3, porositas tanah 63%, serta penetrasi tanah 0,10 MPa. Sekitar 20% penurunan jumlah jenis pohon di hutan TNBTS berhubungan dengan peningkatan penetrasi tanah (R=0,2101), namun hal tersebut tidak terjadi pada stadia semai, sapihan dan pancang

    Similar works