research

Konsep Tawakal Menurut Ibn Qayyim Al-Jauziah (W. 751 H/1352 M)

Abstract

Kajian utama dalam tesis ini adalah konsep tawakal menurut Ibn Qayyim al-Jauziyah (w. 751 H/1352 M) ,dengan konteksnya terhadap kehidupan seseorang.Tawakal dalam pandangan Ibn Qayyim merupakan buah dari pada ÊmÉn, islÉm dan ihsÉn. Ibn Qayyim al-Jauziah dalam penulisan kitab tasawufnya menggunakan konsep : (إياك نعبد وإياك نستعين), yaitu; penyerahan diri secara mutlak kepada Allah Swt, dan dalam menghendaki tawakal kepada-Nya, sebagai bagian yang tak terpisahkan dalam Islam. Ketika seorang sÉlik itu telah mencapai tingkatan tawakal, dia tidak secara serta merta bertawakal atau menyerahkan diri kepada Allah begitu saja, akan tetapi telah melewati usaha yang keras, dan tetap Allah lah yang berkehendak dengan segala sesuatu, menentukan mana yang terbaik bagi manusia walaupun kadang apa yang Allah kehendaki tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terungkap dalam pernyataan beliau dalam kitabnya MadÉrij al-SÉlikÊn “Tawakal adalah separuh dari agama dan inÉbah adalah separuh lainnya”. Tawakal sebagai penjabaran dari (إياك نعبد وإياك نستعين), dalam konsep Ibn Qayyim berlandaskan pada sumber-sumber dÊn al-islÉm yang suci dan murni. Oleh sebab itulah beliau rahimahullah mengajak kembali kepada mażhab salaf; orang-orang yang telah mengaji langsung dari Rasulullah Saw. Merekalah sesungguhnya yang dikatakan sebagai ulamÉ’ warašah al-anbiyÉ’ (pewaris para nabi) Øallallahu ‘alaihim wa salam. Beliau juga mengumandangkan batilnya mazhab taklid, sebagai pengikut madzhab Hanbali, kadang beliau keluar dari pendapat Hanabilah, dengan mencetuskan pendapat baru setelah melakukan kajian tentang perbandingan madzhab-madzhab yang masyhur. Pernyataan Ibn Qayyim ini menjelaskan bahwa tawakal bukan sikap mental fatalis, bukan pula sikap menafikan pemanfaatan sebab sebagai perantara kepada suatu tujuan. Maka, pernyataan-pernyataan di atas menunjukkan bahwa tawakal bersifat dinamis dan menimbulkan perbuatan. Maka seorang yang bertawakal harus dapat menerima hukum alam sebagai suatu kepastian yang dipedomani dalam berikhtiar. Menolak sunnatullah berarti menolak dan tidak berserah diri pada ketetapan Allah dan kepastianNya, yang demikian itu membatalkan tawakal. Tawakal merupakan amalan dan penghambaan hati dengan menyandarkan segala sesuatu itu hanya kepada Allah swt semata, percaya terhadap-Nya, berlindung hanya kepada-Nya dan ridha atas sesuatu yang menimpa dirinya, berdasarkan keyakinan bahwa Allah akan memberikannya segala ‘kecukupan’ bagi dirinya, dengan tetap melaksanakan ‘sebab-sebab’ serta usaha keras untuk dapat memperolehnya

    Similar works