Intervensi Koroner Perkutan Primer untuk Infark Miokard Elevasi ST di Pusat Jantung Pemula di Indonesia: 100 pasien pertama

Abstract

Background: The benefits of Primary percutaneous coronary intervention (PCI) for ST elevation myocardial infarction (STEMI) have been demon-strated, but most studies were conducted in experienced centres in western world. Experience, logistics and patient characteristics may differ in other parts of the world, particularly in a starting center.Methods: Data on all consecutive STEMI patients treated with primary PCI in Cinere hospital, Jakarta, Indonesia were collected in a prospective database.Results:,Between July 2006 and December 2008, a total of 100 patients with STEMI were treated by primary PCI. Mean age was 56.9 ±10.4 years (range 37-82), 88% was male. Mean time between onset of chest pain and admission was 369 ± 388 minutes. The mean time between admission and balloon inflation was 258 minutes. Before PCI, 50% of patients had TIMI 0 flow. After primary PCI 94% of patients had TIMI 2/3 flow. There were no deaths in the catheterisation room, and no emergency coronary bypass surgery was needed as a result of PCI complications. Mean left ventricular ejection fraction as measured by echocardiography after 1 day was 48 ± 12 %.Conclusions: Outcome after primary PCI at a starting center is excellent in this series. Primary PCI was effective in restoration of TIMI flow, without complications. Time delay between symptom onset, admission and balloon inflation was long and all efforts should be encouraged to shorten this.Latar belakang: Manfaat Intervensi perkutan primer (IKP) untuk Infark Miokard Elevasi ST (IMEST) telah terbukti, namun-demikian kebanyakan penelitian mengenai ini di laksanakan dipusat layanan jantung yang berpengalaman di dunia barat, Pengalaman , logistik dan karakteristik pasien mungkin berbeda di belahan dunia ini, terutama di pusat yang baru mulai.Metode: Seluruh data pasien konsekutif dengan IMEST yang ditangani dengan IKP primer di pusat jantung Cinere , Jakarta, Indonesia dihimpun melalui seperangkat data yang dilaksanakan secara propekstif.Hasil: Antara Juli 2006 dan Desember 2008, dari seluruh jumlah 100 pasien dengan IMEST yang ditangani dengan IKP primer. Rerata usia adalah 56,9 tahun ± 10,4 tahun (berkisar 37-82 tahun), 88 % diantaranya adalah pria. Rerata waktu antara onset nyeri dada dan masuk rumah sakit adalah 369 ± 388 menit. Rerata waktu antara masuk rumah sakit dengan inflasi balon adalah 258 menit. Sebelum IKP, 50 % pasien dengan aliran TIMI 0. Setelah IKP primer 94 % pasien memperoleh aliran TIMI 2/3. Tidak ada kematian didalam ruang kateterisasi maupun diperlukan tindakan bedah graft pintas arteri koroner yang gawat akibat komplikasi dari IKP. Rerata fraksi ejeksi yang diukur dengan ekokardiografi setelah 1 hari adalah 48±12 %.Kesimpulan: Hasil akhir yang diperoleh setelah IKP primer pada pusat jantung yang baru dimulai adalah baik pada serial ini. IKP primer efektif dalam memeperbaiki aliran TIMI, tanpa komplikasi. Keterlambatan waktu antara permulaan gejala, saat masuk dan inflasi balon masih panjang dan segala usaha harus diupayakan untuk memendekan waktu ini

    Similar works