research

MODEL KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Model Komunikasi Antar Budaya Dikawasan Ampel Surabaya)

Abstract

ALI ZAINAL ABIDIN. MODEL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang model komunikasi antarbudaya dikawasan Ampel Surabaya) . Berangkat dari penelitian terdahulu tentang Model komunikasi lintasbudaya dalam resolusi konflik berbasis pranata adat melayu dan Madura di Kalimantan Barat yang ditulis oleh Yohanes Bahari (FKIP Universitas Tanjungpura) dan melihat minimya konflik yang terjadi dikawasan Ampel meskipun didalamnya terdapat empat suku beda budaya dengan tingkat derajat perbedaan yang cukup besar pula baik dari segi agama, ras, budaya, dan kebiasaan. Suku- suku tersebut adalah Jawa, Madura, Arab, dan Cina penulis tertarik untuk meneliti bagaimana penerapan model komunikasi antarbudaya Gudykunst dan Kim pada empat suku berbeda budaya yang tinggal dikawasan Ampel Surabaya Menurut Gudykunst dan kim terdapat empat hal yang mempengaruhi proses komunikasi antarbudaya, yaitu cultural (budaya), sosiocultural, psikocultural, dan faktor eksternal lingkungan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif, yaitu jenis penelitian yang berisi tentang paparan dengan tidak melibatkan kalkulasi angka (Kuncoro : 2003). Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis domain ( mencari gambaran umum informan ), taksonomi ( menjabarkan lebih rinci ), dan kultural ( mencari hubungan yg relevan dengan judul ). Dimulai dari analisis berbagai data yang terhimpun dari suatu penelitian, kemudian bergerak ke arah pembentukan kesimpulan kategori atau ciri-ciri umum tertentu. Hasil wawancara dengan enam narasumber yang merupakan anggota dari tiap suku mayoritas yang tinggal dikawasan Ampel yakni Arab, Jawa, Cina, Madura dan dari penerapan model gudykunst dan kim peneliti menemukan tiga faktor utama yang menyebabkan kerukunan dikawasan Ampel yakni Agama, bahasa, dan saling berbagi kebaikan, Berdasarkan hasil analisa data dapat disimpulkan pula bahwa model komunikasi antarbudaya Gudykunst dan Kim pada empat suku beda budaya yang tinggal dikawasan Ampel Surabaya dapat berjalan dengan efektif karena setiap orang dikawasan ini mampu menyesuaikan dirinya dengan budaya setempat. Filter eksternal menurut Gudykunst dan Kim yakni lingkungan juga mendukung proses akulturasi empat budaya tersebut. Penelitian ini masih jauh dari sempurna untuk memberikan gambaran seutuhnya tentang keberagaman suku dan budaya dikawasan Ampel maka dari itu diharapkan adanya penelitian selanjutnya untuk melengkapi dan penerapan model Gudykunst dan Kim ini juga bisa diaplikasikan didaerah lain. Kata Kunci : Model Komunikasi, Suku, Ampe

    Similar works