Artificial Insemination is a breeding technique by injecting semen into the female genital tract by using Artificial Vagina. The process of collecting semen, bulls can experience of stress which the effect can be affect in reproduction process. This study aims to prove that the increased levels of HSP 70 and cortisol in bull’s serum after collecting semen as an indicator of stress in cattle. Blood serum used for ELISA (Enzyme-Linked Immunosorbent Assay) test using Bovine-HSP 70 Test Kit and Bovine Cortisol Test Kit then the result read by ELISA reader. The result showed that no significant differences. The conclusion from this study was that elevated levels of HSp 70 and cortisol levels were not significant, so it is suggested further research on the increased levels of HSP 70 and cortisol levels to the manufacture of frozen semen for artificial insemination.



Keywords : Bull, HSP70, Cortisol, Semen Qualit

Budi Utomo

Pudji Srianto

Rebecca Mauriella

Universitas Airlangga Repository


Veterinaria Medika 
Vol 10, No . 2, Juli 2017 
Veterinaria Medika memuat tulisan ilmiah dalam bidang Kedokteran Hewan dan Peternakan. 
Terbit pertama kali tahun 2008 dengan frekuensi terbit tiga kali setahun pada bulan 
Pebruari, Juli dan Nopember. 
Susunan Dewan Redaksi 
Ketua Penyunting: 
Widjiati 
Sekreta ris : 
Lucia Tri Suwanti 
Bendaha ra: 
Hani Plumeriastuti 
Iklan dan Langganan  : 
Budi Setiawan 
Penyunting Pelaksana : 
Imam Mustofa 
Mustofa Helmi Effendi 
Sri Hidanah 
Suherni Susilowati 
Gracia Angelina Hendarti 
Penyunting Teknis : 
Djoko Legowo 
A1amat Redaksi : Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga 
Kampus C Unair  Jl.Mulyorejo Tel. (031) 5992785-5993016 Surabaya 60115 
Fax (031) 5993015 E-mail :vetmed_u a@yahoo.com 
Rekening  : BNI Cabang Unair No Rek. 0112443027 (Hani Plumeriastuti) 
Veterinaria Medika diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Hewan 
Universitas Airlangga 

131
Vol.10, No.2, Juli 2017Veterina Medika
Kadar Heat Shock Protein 70 dan Kortisol pada Serum Sapi Pejantan Sebelum dan 
Sesudah Pengambilan Semen
Level of Heat Shock Protein 70 and Cortisol in Bull’s Serum Before and After 
Collecting Semen
Rebecca Mauriella1, Pudji Srianto2, Budi Utomo2
1Program  Magister Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga 
 2Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga 
Kampus C Unair, Mulyorejo Surabaya 60115
Telp. 031-5992785 Fax. 0315993015
Email: veterinaria.medika@gmail.com
Abstract
Artificial Insemination is a breeding technique by injecting semen into the female 
genital tract by using Artificial Vagina. The process of collecting semen, bulls can 
experience of stress which the effect can be affect in reproduction process. This study aims 
to prove that the increased levels of HSP 70 and cortisol in bull’s serum after collecting 
semen as an indicator of stress in cattle. Blood serum used for ELISA (Enzyme-Linked 
Immunosorbent Assay) test using Bovine-HSP 70 Test Kit and Bovine Cortisol Test Kit 
then the result read by ELISA reader. The result showed that no significant differences. 
The conclusion from this study was that elevated levels of HSp 70 and cortisol levels 
were not significant, so it is suggested further research on the increased levels of HSP 70 
and cortisol levels to the manufacture of frozen semen for artificial insemination.
Keywords : Bull, HSP70, Cortisol, Semen Quality
Pendahuluan
Bioteknologi reproduksi peternakan 
menggunakan teknik inseminasi buatan 
saat ini banyak dilakukan untuk mening-
katkan populasi ternak serta mengurangi 
ketergantungan import. Inseminasi bua-
tan adalah bioteknologi reproduksi yang 
digunakan untuk mengatasi keterbatasan 
jumlah pejantan unggul dan dapat diman-
faatkan untuk meningkatkan kapasitas re-
produksi pejantan secara maksimal. In-
seminasi buatan adalah teknik perkaw-
inan dengan cara menyuntikkan semen ke 
dalam saluran kelamin betina dengan 
menggunakan alat buatan manusia. 
Teknologi ini bertujuan untuk menguran-
gi jumlah penyebaran penyakit reproduk-
si, peningkatan mutu genetik ternak, serta 
peningkatan populasi dan produksi ter-
nak. Keberhasilan teknologi ini dapat 
dipengaruhi oleh banyak faktor seperti 
kualitas semen beku yang digunakan, 
pengencer, waktu equilibrasi, teknik 
pembekuan dan penanganannya serta 
kualitas semen segar adalah faktor-faktor 
yang juga mempengaruhi kualitas semen 
beku (Hafes, 2000).
132
Rebecca Mauriella, Pudji Srianto, Budi Utomo. Kadar Heat Shock Protein 70 dan Kortisol....
Saat dilakukan pengambilan semen, 
sapi dapat mengalami tingkat stres yang 
diakibatkan oleh proses pengambilan 
semen, handling sapi dari kandang menuju 
kandang jepit dan proses pengambilan 
semen. Stres fisik disebabkan oleh pada 
saat pengambilan semen dan darah sapi 
sedangkan pada stres psikologi misalnya 
depresi atau tekanan (Hole, 1981).
Stres panas pada sapi pejantan dapat 
menurunkan kualitas semen selama de-
lapan minggu setelah pejantan mendapat 
perlakuan stres panas (Muin dkk, 2013). 
Stres merupakan suatu kondisi ketidakn-
yamanan non-spesifik yang mengakibat-
kan berbagai hal yang kurang mengun-
tungkan, antara lain : penurunan imuni-
tas, kegagalan reproduksi, penurunan bo-
bot karkas, hingga kematian hewan. Se-
lama ini kondisi stres hewan diketahui 
dengan mengukur kadar kortisol baik 
dalam darah, saliva, feses maupun urin. 
Pengukuran kadar secara hormonal meru-
pakan suatu cara yang dianggap mahal 
dan kurang praktis. Penggunaan pada kit 
tertentu bahkan mempunyai batas waktu 
penggunaan sehingga pemeriksaan he-
wan stres tidak banyak dilakukan.
Salah satu indikator stres adalah HSP 
70.  Heat Shock Protein (HSP) merupakan 
suatu protein yang terbentuk akibat adanya 
pemicu stres terutama yang berasal dari 
peningkatan suhu lingkungan. Keadaan 
ini akan menginduksi pembentukan HSP 
yaitu suatu protein yang dihasilkan karena 
adanya Heat Shock Respons (HSR). HSR 
merupakan suaturespon berbasis genetik 
yang berfungsi untuk menginduksi gen-
gen yang memberi kode pada molecular 
chaperon, protease serta protein-protein 
lain yang penting dalam mekanisme 
pertahanan dan pemulihan terhadap 
jejas selular yang berhubungan dengan 
masalah pada pelipatan protein. HSR juga 
merupakan suatu tanggapan sel terhadap 
berbagai macam stresor baik yang 
bersifat fisiologis maupun yang berasal 
dari lingkungan. Apabila terjadi stres 
berat akan mengakibatkan kerusakan 
dan kematian sel. Kemampuan sapi 
menghadapi stres mempengaruhi proses 
reproduksi pada sapi tersebut (Muin dkk, 
2013).
Berdasarkan permasalahan di atas 
maka perlu dilakukan pemeriksaan kadar 
Heat Shock Protein 70 (HSP 70) dan kadar 
kortisol dalam darah sebagai indikator 
stres pada sapi pejantan sebelum dan 
sesudah dilakukan pengambilan semen 
guna untuk mengetahui adanya stres pada 
sapi pada proses pengambilan semen. 
untuk membuktikan bahwa terjadi stres 
akibat proses pengambilan semen sapi 
pejantan.
Materi dan Metode Penelitian 
Penelitian ini merupakan jenis 
penelitian eksperimental laboratoris 
dengan menggunakan Rancangan Acak 
Lengkap. Penelitian ini menggunakan 
serum sapi pejantan yang diambil 
sebelum pengambilan semen dan sesudah 
pengambilan semen serta semen segar 
untuk memeriksa kualitas semen secara 
makroskopis dan mikroskopis.
Analisis Data 
Rancangan penelitian yang 
digunakan adalah Rancangan Acak 
Lengkap. Variabel yang diamati adalah 
kadar HSP 70 dan kortisol. Data hasil 
penelitian dianalisis menggunakan Uji T 
dan dilanjutkan dengan Wilcoxon apabila 
terdapat perbedaan pada perlakuan. 
Analisia data menggunakan perangkat 
lunak Statistical Program for Social 
Science.
Hasil dan Pembahasan 
Hasil pemeriksaan kadar HSP 70 
pada serum sapi pejantan saat sebelum 
dan sesudah pengambilan semen yang 
diambil pada sore hari di bulan Maret 
dan Agustus terjadi peningkatan yang 
tidak signifikan tampak dari tidak 
didapatkannya perbedaaan yang nyata 
pada peningkatan kadar HSP70 sebelum 
dan sesudah pengambilan semen. Hal 
133
Vol.10, No.2, Juli 2017Veterina Medika
ini disebabkan karena pada sore hari 
kondisi lingkungan menjadi semakin 
dingin sehingga tidak menimbulkan 
stres yang diakibatkan oleh panas. Bulan 
Maret merupakan bulan yang tergolong 
musim penghujan, namun demikian 
tidak berpengaruh terhadap stres akibat 
pengambilan semen. Bulan Agustus 
merupakan bulan yang tergolong musim 
kemarau, namun pada bulan ini masih 
terjadi hujan dengan curah yang sedikit 
dengan demikian tidak menimbulkan 
stres pada proses pengambilan semen.  
Hal ini membuktikan bahwa pada 
saat pengambilan semen pada sore 
hari di bulan Maret dan Agustus tidak 
menyebabkan stres pada sapi pejantan 
walaupun pengambilan semen dilakukan 
di dua musim, yaitu musim penghujan 
dan musim kemarau. Hal ini dapat 
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti 
kondisi musim dengan curah hujan yang 
tidak tinggi, kondisi musim kemarau 
yang tidak terlalu panas, kondisi kandang 
yang bersih, operator pengambil semen 
dan darah sudah berpengalaman, sapi 
sudah terbiasa dengan handling saat sapi 
digiring ke kandang jepit dengan cara 
ditarik, serta jalan yang sudah dilalui 
setiap hari.
Hasil penelitian kadar HSP 70 yang 
didapat sejalan dengan penelitian Mao 
et al (2008) yang menyatakan bahwa 
stres dapat memicu ekspresi HSP 70 
dalam darah yang mengakibatkan tubuh 
beradaptasi lebih awal terhadap stres 
sehingga meningkatkan kemampuan 
tubuh untuk menghadapi stres dalam hal 
ini adalah proses pengambilan semen.
Hasil pemeriksaan kadar kortisol 
pada serum sapi jantan sebelum dan 
sesudah pengambilan semen yang 
dilakukan di bulan Maret dengan kondisi 
musim penghujan mengalami perubahan 
yang tidak signifikan. Hal ini nampak 
dari tidak didapatkannya perbedaan yang 
nyata pada peningkatan kadar kortisol 
sebelum dan sesudah pengambilan semen 
dengan tidak adanya penurunan kualitas 
semen saat dilakukan pemeriksaan 
makroskopis dan mikroskopis. 
Hasil yang berbeda nyata pada kadar 
kortisol sebelum dan sesudah pengambilan 
semen di bulan Agustus dengan kondisi 
musim kemarau menunjukkan bahwa 
sapi pejantan mengalami tingkat stres 
akibat perubahan musim. Hal ini dapat 
terjadi karena pada bulan agustus, sapi 
pejantan mendapatkan suhu lingkungan 
yang cukup panas yaitu berkisar antara 
32-340C. Pengaruh musim seperti suhu 
tinggi bergantung pada jenis sapi pejantan 
termasuk hubungannya dengan volume 
semen, konsentrasi semen dan motilitas 
semen (Mathevon et al., 1998). 
Mathevon et al (1998) menyatakan 
bahwa karakteristik semen sapi 
pejantan bisa berbeda tiap spesies baik 
muda maupun dewasa. Bahkan dapat 
berpengaruh dengan menurunnya 
kualitas semen pada sapi pejantan muda. 
Dalam penelitian ini tidak ditemukan 
adanya pengaruh pada kualitas semen 
diperkirakan karena sapi pejantan yang 
digunakan adalah jenis sapi pejantan 
golongan usia dewasa.
Kesimpulan 
1. Tidak terjadi peningkatan kadar 
HSP 70 pada serum sapi pejantan 
sesudah proses pengambilan semen.
2. Tidak terjadi peningkatan kadar 
Kortisol pada serum sapi pejantan 
sesudah proses pengambilan semen.
Daftar Pustaka
Hafez, E.S.E. 2000. Semen Evaluation. 
In Reproduction in Farm Animals. 
7th Ed. Lea and Febiger. Philadel-
phia. 363-375.
Hafez, E.S.E. 2000. Reproduction In 
Farm Animals. 7Th Ed. Maryland. 
Lippincott Wiliams and Wilkins. 
USA. 1-12.
Hole J.W. 1981. Human Anatomy and 
Phsycology. 2nd. Ed. Dubuque-
Lowa. WCB. 213.
134
Rebecca Mauriella, Pudji Srianto, Budi Utomo. Kadar Heat Shock Protein 70 dan Kortisol....
Mao, S.H., J.QDong., X.Z. Song., M.L. 
Duan and F.H. Liu. 2008. Effect of 
Anti-Stress Pulvis from Chinese 
Herb on Expression of Heat Shock 
Protein 70 in Pig Liver. J. Beijing 
Univ. Agric. 23(1): 50-53.
Mathevon, M., M. Buhr dan J.C.M. 
Dekkers. 1998. Environmental, 
Management and Genetic Factors 
Affecting Semen Production in 
Holstein Bulls. J. Dairy Science. 
81 :3321-3330.


Level of Heat Shock Protein 70 and Cortisol in Bull's Serum Before and After Collecting Semen

http://repository.unair.ac.id/90783/1/Bukti%20C%2025%20Kadar%20Heat%20Shock%20Protein%20.....pdf

Level of Heat Shock Protein 70 and Cortisol in Bull's Serum Before and After Collecting Semen

Abstract

Similar works

Full text

Available Versions

Universitas Airlangga Repository

Universitas Airlangga Repository