Analisis Semantik terhadap makna kata nikmat dan berbagai derivasinya dalam Alquran

Abstract

Nikmat adalah sesuatu yang baik dan berlebih dari apa yang telah dimiliki sebelumnya. Maka kita dapat lihat modal apa yang dimilki manusia ketika belum hadir di dunia ini, tak memiliki apapun. Jika demikian, keberadaannya di bumi merupakan nikmat atau suatu penambahan dan kelebihan. Pada kenyataannya manusia sering mengeluh atas apa yang dimilkinya karena merasa kekurangan dalam hal kenikmatan. Mereka pada hakikatnya tidak mengetahui dan mengenal nikmat apa saja yang telah Allah anugrahkan kepada mereka. Tujuan penelitian ini secara khusus untuk mengetahui makna dasar kata ni’mat, medan semantik dan makna relasionalnya dalam Alquran serta untuk mengetahui implikasi makna kata ni’mat tersebut dalam kehidupan. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, yang berbentuk library research (penelitian kepustakaan), metode analisis deskriptif, dan pendekatan semantik Toshihiko Izutsu. Adapun langkah-langkah yang ditempuh adalah mencari berupa teori semantik Toshihiko Izutsu, mengumpulkan ayat-ayat, menggunakan pendekatan semantik dalam memaknai kata ni’mat dan kesimpulan. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa makna dasar dari kata ni’mat adalah anugrah, kemewahan, kesenangan, harta dan kebajikan. Adapun Medan semantik kata ni’mat di dalam Alquran diantaranya Allāh, Banī Isrāīl, dzikr, syukr, insān, ta’uddū, ittaqū, faḍl, syarr, kufr, rizq, ḍurr, Rabb, syahīdā, ḍall, majnūn, jazā, tamm, sāliḥ, khasyya, ṣirāth, jannah, hudā, īmān, abrār dan nabī. Kemudian medan semantik tersebut direlasikan dengan kata ni’mat menghasilkan konsep makna kata ni’mat dalam Alquran yang terdiri dari lima aspek, yaitu hakikat pemberi nikmat adalah Allah Swt. diantara orang-orang yang telah diberi nikmat adalah para Nabi, para siddiqin, orang-orang yang mati syahid, orang-orang shaleh, orang-orang yang diselamatkan Allah bersama Nabi Nuh, keturunan Nabi Ibrahim dan Israil, dan juga orang-orang telah Allah beri petunjuk dan telah Allah pilih diberikan kenikmatan bertujuan agar manusia bisa melaksanakan apa yag diperintah-Nya dan menjauhi apa yang dilarang-Nya. Sikap manusia sendiri terhadap nikmat itu ada yang bersyukur dan ada pula yang kufur. Kata nikmat dalam Alquran juga menggambarkan keadaan surga yang penuh kenikmatan

    Similar works