Mufasir selalu berusaha sepenuh tenaga dengan mengamati berbagai permasalah yang ada di umat, lalu mencari solusi untuk mententramkan setiap jiwa yang resah dan geulisah akibat lika-liku hidup yang penuh tantangan dan mengajak
pada kebaikan dan menyelami makna dibalik pesan-pesan ilahi yang termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an. M. Fethullah Gulen dalam tafsirnya, yaitu ‘Adhwâ` Qur’âniyyah Fî Samâ`
Al-Wijdân, dia menafsirkan ayat-ayat Allah dengan kemampuan yang dimilikinya dalam menafsirkan Al-Qur’an, dengan metode dan corak penafsirannya, sehingga membentuk karakteristik penafsiran yang khas dari seorang pemikir, penulis,
tokoh pendidikan, Mubaligh, penggagas toleransi dan dialog beragama di Turki. Selain tafsir, banyak sudah kiprah M. Fethullah Gulen dalam bidang Agama, sosial, politik, dan, kerukunan umat beragama, dan pendidikan ala Gulen sendiri
yang sudah diadopsi oleh beberapa negara di dunia. Beliau adalah seorang ulama besar yang bisa menginspirasi banyak orang diseluruh dunia terutama di Turki.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penafsiran M. Fethullah Gulen dalam tafsirnya ‘Adhwâ` Qur’âniyyah Fî Samâ` Al-Wijdân yang diidentifikasi dari karakteristik tafsir melalui periodesasi, bentuk, metode, corak, sistematika tafsir, sifat mufasir, dan bentuk penulisan tafsir. Penelitian ini bertujuan untuk memperkenalkan pemikiran-pemikiran Tafsir M. Fethullah Gulen dalam tafsirnya.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (conten Analisys) dan tehnik studi kepustakaan untuk menganalisis kitab tafsir ‘Adhwâ` Qur’âniyyah Fî Samâ` Al-Wijdân sebagai data primer dan dilengkapi buku-buku penunjang lainnya yang relevan dengan masalah yang diteliti sebagai data sekunder. Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisis.
Berdasarkan analisis dapat diambil kesimpulan bahwa tafsir ‘Adhwâ` Qur’âniyyah Fî Samâ` Al-Wijdân ini menggunakan akal untuk menafsirkan ayat ayat nya atau disebut dengan tafsir Bi al Ra’yi. Metode yang digunakan adalah metode Maudhu’i, karena dalam kitab ini M. Fethullah Gulen, tidak memberi sub
judul pada ayat yang ditafsirkan setelah nama surat dan mengambil satu ayat utuh atau beberapa ayat secara parsial dalam menafsirkannya