Nabi Muhammad Saw dalam perspektif Esoteris Seyyed Hossein Nasr

Abstract

Dalam beberapa dekade terakhir ini, pemahaman manusia—baik muslim maupun non-muslim—terkait pribadi agung Nabi Muhammad saw tengah mengalami degradasi. Degradasi ini tejadi bersamaan dengan tumbuh suburnya atau dominasi modernisme atas manusia Barat dan pengaruhnya yang demikian besar terhadap umat muslim. Degradasi ini dapat dilihat dari banyaknya karya, pernyataan-pernyataan di media massa serta diskusi-diskusi yang tanpa segan-segan mereduksi kepribadian mulia Nabi Muhammad saw menjadi sekadar manusia biasa, bahkan tanpa wibawa layaknya seorang nabi. Satu hal yang sulit ditolak bahwa sejak lahirnya modernisme, kecenderungan untuk mengkaji nabi sebatas dari sisi historis dan lahiriah(eksoteris)nya semakin besar. Dan justru inilah kelemahan terbesar dari kebanyakan karya mutakhir tentang Muhammad. Kontras dengan kebanyakan penelitian di bidang yang sama, penelitian yang mengangkat pemikiran Seyyed Hossein Nasr ini tidak lain berupaya untuk tidak mengikuti mainstream modernisme, dan sebaliknya berupaya untuk menelusuri pengertian Muhammad yang substansial. Pengertian nabi yang demikian ini dirumuskan dalam dua pertanyaan utama. Pertama, bagaimana Nabi Muhammad saw dalam pengertiannya yang esoteris dipahami dan dideskripsikan oleh Nasr? Kedua, bagaimana pandangan Nasr tentang integrasi kehidupan spiritual (batin) dan lahiriah Nabi Muhammad saw? Untuk memenuhi tujuan di atas, pendekatan yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif-analitis. Pendekatan ini merupakan usaha untuk menguraikan secara teratur seluruh pemikiran Nasr tentang Nabi Muhammad saw, yakni dengan melacak seluruh pemikiran terkait Nabi Muhammad saw dalam karya-karyanya atau pun komentar-komentar dari para pemikir lain tentang pemikiran atau perspektif Nasr tentang Muhammad, sehingga kemudian dapat dideskripsikan seluruh data yang diperoleh dan dibahas secara lebih teliti. Hasilnya, dari penelitian ini diperoleh suatu kesimpulan bahwa dalam pemikiran Nasr, Nabi Muhammad saw merupakan manusia dengan derajat spiritual tertinggi; manusia luar biasa yang ia sebut sebagi insân kâmil. Dan lantaran insân kâmil dihasilkan dari perjuangan aktif—dengan penyucian diri dan melatih serta mendisiplinkan jiwa, oleh karena itu, beliau sejatinya merupakan prototipe spiritualitas Islam yang seharusnya diikuti oleh para pengikutnya

    Similar works