Pelem Festival merupakan salah satu festival berskala internasional yang diselenggarakan oleh SACPA (Sampang Agung Center for Performing Art) yang bertempat di Desa Pelem yaitu desa terpencil berada di ujung barat Kabupaten Pacitan. Festival tersebut pertama kali diselenggarakan pada tahun 2016 dan setelah 2 tahun dapat terselenggara lagi di tahun 2018. Pelem Festival dalam penyelenggaraannya dipimpin oleh seorang Direktur yaitu Agung Gunawan. Agung menggagas Pelem Festival bertujuan untuk membuka jaringan yang lebih luas dan sebagai ruang silaturahmi antar seniman dalam negeri maupun luar negeri juga sebagai ruang silaturahmi bagi masyarakat Desa Pelem. Pelem Festival menarik untuk diteliti karena merupakan festival berskala internasional, yang ternyata banyak peminatnya baik kalangan para seniman pendukung maupun masyarakat penonton. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode pengumpulan data melalui studi pustaka, observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode observasi menggunakan pendekatan partisipan observer yaitu pengamatan terlibat. Penyelenggaraan Pelem Festival memiliki kontribusi terhadap masyarakat yaitu, bagi seniman, bagi penonton, dan bagi masyarakat Desa Pelem itu sendiri. Salah satu kontribusinya adalah masyarakat Desa Pelem dapat mempelajari bahasa asing secara tidak langsung. Masyarakat Desa Pelem memiliki keterbatasan dalam berkomunikasi dengan seniman luar negeri tetapi masyarakat terus melakukan komunikasi dengan bahasa tubuh yang mudah dimengerti. Melalui bahasa tubuh, perlahan Masyarakat Desa Pelem juga mempelajari bahasa Inggris yang diucapkan para seniman luar negeri setelah memahami maksud dari bahasa tubuh masyarakat setempat saat berkomunikasi. Kata kunci: Pelem Festival, Kontribusi, Masyaraka