ANALISIS EFEKTIVITAS BETON BERTULANG BAMBU DENGAN STRAND BAMBOO WOVEN (SBW) PADA BANGUNAN AIR

Abstract

Bambu dengan nama botani Dendrocalamus Asper di Indonesia dikenal dengan nama bambu petung. Bambu jenis ini mempunyai rumpun agak rapat, dapat tumbuh di dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian 2000 m diatas permukaan air laut. Pertumbuhan cukup baik khususnya untuk daerah yang tidak terlalu kering. Warna kulit batang hijau kekuning-kuningan, batang dapat mencapai panjang 10-14 m, panjang ruas berkisar antara 40-60 cm, diameter 6-15 cm, dan tebal dinding 10-15 mm. Mekanisme interaksi antara bambu dengan pasta semen tidak cukup. Bambu mudah menyerap dan melepaskan air pada saat mengering, sehingga terjadi perubahan dimensi bambu. Hal tersebut juga terjadi ketika bambu diselimuti oleh pasta semen. Salah satu masalah dalam implementasi bambu sebagai tulangan beton adalah batang atau bilah bambu dapat menyerap air hinggi 25% pada 24 jam pertama, sehingga para peneliti menyarankan menggunakan bambu yang sudah tua atau melapisi bilah bambu dengan vernis, cat atau cairan aspal untuk mengurangi penyerapan air oleh bilah bambu. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa tipe anyaman empat sumbu kulit luar memperoleh kuat lentur tertinggi sebesar 1,73 MPa (umur 28 hari) pada kelompok penggunaan kulit luar bambu sebagai tulangan. Sedangkan tipe anyaman silang kulit dalam memperoleh kuat lentur tertinggi sebesar 3,27 MPa (umur 28 hari) pada kelompok penggunaan kulit dalam bambu sebagai tulangan. Secara umum kelompok penggunaan kulit dalam bambu sebagai tulangan lebih tinggi nilai kuat lenturnya dibandingkan penggunaan kulit luar bambu sebagai tulangan

    Similar works