Usaha Jamu Tradisional Di Desa Sumber Pinang Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember

Abstract

Jamu telah menjadi bagian budaya dan kekayaan alam Indonesia dan hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010 menunjukkan bahwa penggunaan jamu oleh masyarakat Indonesia lebih dari 50%. Jamu biasanya disajikan secara tradisional dalam bentuk cairan, serbuk seduhan, dan pil. Satu jenis jamu yang disusun dari berbagai tanaman obat yang jumlahnya antara 5 – 10 macam, bahkan bisa lebih. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Walaupun demikian, jamu harus memenuhi persyaratan keamanan dan standar mutu. Jamu hanya dapat dikonsumsi sebagai mencegah, mengurangi atau mengatasi keluhan yang dialami seseorang, bukan menyembuhkan suatu diagnosa penyakit. Secara umum, jamu dibedakan menjadi dua yaitu yang bertujuan untuk menjaga kesehatan dan yang dimanfaatkan untuk mengobati keluhan penyakit. Jamu adalah obat tradisional yang bahan bakunya simplisia yang sebagian besar belum mengalami standarisasi dan belum pernah diteliti, bentuk sediaan masih sederhana berwujud serbuk seduhan, rajangan untuk seduhan, dan sebagainya. Simplisia yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat jamu tradisional sangat banyak dan beragam. Komposisinya sangat ditentukan oleh jenis jamu tradisional yang akan dihasilkan. Kualitas bahan baku/simplisia akan sangat menentukan kualitas jamu yang dihasilkan. Oleh karena itu, pemilihan bahan baku yang berkualitas baik sangat penting untuk diperhatikan. Alat produksi yang paling dibutuhkan oleh mitra kami adalah mesin penggiling simplisia, Hal ini disebabkan oleh banyaknya waktu yang tersita untuk menghancurkan simplisia, karena alat yang digunakan masih sangat sederhana, yaitu blender dengan kapasitas produksi yang sangat rendah yaitu 5-8 kg/hari. Sedangkan jumlah blender yang digunakan hanya berjumlah dua buah blender saja. Dari gambaran tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa proses produksi pada usaha jamu ini kurang efektif, karena banyak menyita waktu. Hal tersebut disebabkan oleh terbatasnya sarana yang ada, seperti alat penggiling simplisia yang masih tradisional. Oleh karena itu, produktivitas usaha ini akan meningkat apabila mitra dibantu dengan alat-alat yang sesuai dengan keperluannya. Mitra sangat membutuhkan alat dan mesin yang dapat meningkatkan proses produksinya menjadi lebih efektif dan efisien, yaitu mesin penggiling simplisia. Kegiatan pelatihan juga dibutuhkan oleh mitra yang meliputi pelatihan pemasaran agar wilayah distribusi produk mitra semakin luas dengan jumlah pelanggan yang semakin banyak. Solusi yang ditawarkan adalah : 1) Pembuatan alat produksi meliputi mesin penggiling simplisia, 2) Pelatihan manajerial meliputi pelatihan pemasaran

    Similar works