Keberhasilan budidaya ikan gurami (Osphronemus gouramy) di IBAT
Pandaan harus ditunjang dengan manajemen yang baik serta metode yang benar di
dalam proses produksinya. Keberhasilan dalam produksi harus ditunjang oleh
lingkungan yang baik, ketersediaan benih yang berkesinambungan dan
ketersediaan pakan yang berkualitas. Mengingat ketersediaan pakan dalam usaha
budidaya menyerap biaya mencapai 60% dari biaya produksi, maka perlu adanya
upaya penekanan biaya untuk penyediaan pakan. Oleh karena itu, perlu upaya
menggali potensi bahan lokal yang ada di IBAT Pandaan untuk dapat digunakan
sebagai bahan pakan buatan sendiri tanpa mengandalkan pakan hasil produksi
pabrik yang harganya mahal. Pembuatan pakan dengan menggunakan bahan lokal
ini, diharapkan dapat menekan biaya produksi untuk penyediaan pakan.
Pelaksanaan praktek kerja lapang dilaksanakan di Instalasi Budidaya Air
Tawar Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. pada tanggal 23
Januari- 23 Februari. Kerja Lapang ini adalah metode deskriptif dengan
pengambilan data primer dan sekunder. Pengambilan data dilakukan dengan
carapartisipasi aktif, observasi, wawancara, dan studi pustaka.
Pemberian pakan dilakukan mulai dari kuning telur ikan yang habis, Artemia
diberikan 15 ml per akuarium dengan ukuran 100 x 55 40 cm. Artemia diberikan
karena memilki ukura yang sesai pada bukaan mulut larva dan merupakan
zooplankton. Tahap pendederan dibagi menjadi 2 yaitu pendederan I dan II.
Pendederan I diberikan pakan cacing Tubifex per kolam dengan ukuran 68 m2 dan
pendederan II diberikan cacig Tubifex 25 gram setelah 7 hari ikan diuji dengan
diberikan pelet. Pelet diberikan 1 kg untuk kolam berukuran 354 m2. Pembesaran
ikan gurami dimulai mulai usia 5 bulan, ikan hanya makan pelet perhari 1,5 kg.
Ikan gurami memiliki pola makan omnivora. Selain makanan hewani, gurami makan tumbuhan berupa daun talas, daun pepaya, kangkung, dan juga rumput
halus.
Tujuan dari kegiatan ini agar pembudidaya gurami di IBAT Pandaan mampu
membuat pakan ikan lele sendiri dari bahan lokal, sehingga dapat menekan biaya
produksi yang akhirnya dapat mgeningkatkan pendapatannya. Agar petani dapat
membuat pakan sendiri, maka diperlukan transfer teknologi dalam pembuatan
pakan dengan mengunakan bahan lokal. Transfer teknologi tersebut dilakukan
memalui pelatihan pembuatan pakan dengan menggunakan bahan lokal dan
peralatan yang sederhana. Metode penerapan dilakukan dengan tahapan: 1.
Pengenalan Bahan Pakan Lokal, pada tahapan ini dikenalkan bahan lokal yang
dapat digunakan sebagai bahan untuk formula pakan buatan. 2. Pengenalan
Formulasi Pakan, metode formulasi pakan yang dikenalkan menggunakan metode
sederhana yaitu bujur sangkar dan metode lembar kerja. 3. Pembuatan Pakan,
pada tahapan ini dikenalkan tahapan membuat pakan, mulai menyiapkan bahan,
membuat adonan pelet sampai mencetak pelet dan penyimpanannya.
Hasil yang didapatkan setelah pemberian pakan yaitu nilai FCR 0,333 dan SR
pada pendederan I yaitu 83,37% dan pendederan II yaitu 80,36%. Nilai FCR
menunjukkan bahwa pakan yang diserap oleh tubuh termasuk baik karena nilai
FCR yang baik adalah dibawah 1. Nilai SR pada pendederan I dan II
menunjukkan bahwa tingkat kelulushidupannya tinggi, nilai SR yang baik yaitu
lebih dari 50%