Latar belakang:
Perdarahan intracerebral merupakan jenis stroke terbesar kedua. Kejadian
stroke yang ada di RSUD dr. Soetomo Surabaya Indonesia adalah sebesar 1.434
kasus pada tahun 2015 dengan 419 pasien (29%) diantaranya mengalami
perdarahan spontan intracerebral. Data yang terpublikasi dalam hubungan antara
perubahan kadar kortisol dan perdarahan cerebri spontan tidak cukup kuat dan
masih menimbulkan konflik.
Material dan Metode:
17 pasien (9 wanita dan 8 pria) dimasukkan ke Departemen Bedah Saraf
RSUD dr. Soetomo Surabaya Indonesia dari bulan Agustus 2016 sampai Juni
2017 untuk membentuk kelompok studi dalam penelitian prospektif ini. Kriteria
inklusi adalah usia 17-60 tahun. Kriteria eksklusi adalah usia kurang dari 17 tahun
dan lebih dari 60 tahun, kelainan endokrin, cedera ekstrakranial, perdarahan
akibat aneurisma dan AVM dan kelainan metabolik. Pasien dilakukan
pemeriksaan CT Scan awal untuk mendiagnosa adanya ICH. Semua pasien
dilakukan evaluasi hormon kortisol basal dalam 24 jam pertama masuk rumah
sakit. Sampel darah diambil pada pukul 6 pagi keesokan harinya dan diulang di
hari ke 7 pada pasien yang masih bertahan. Kondisi klinis pasien dihitung
menggunakan NIHSS. Penilaian dilakukan saat pasien datang dan hari ketujuh.
Hasil:
Sebagian besar pasien tidak mengalami perubahan Skor NIHSS hari ke-1
dan hari ke-7. Didapatkan satu pasien yang mengalami perbaikan dari kelompok
berat ke sedang dan satu pasien mengalami perbaikan dari kelompok sangat berat
ke sedang. 13 pasien (76.5%) mengalami kematian setelah hari ke-7 dan 4 pasien
(23.5%) meninggalkan rumah sakit dengan kondisi hidup. Terdapat korelasi pada
semua variable yang diperiksa menggunakan pearson correlation test. Disini
menunjukan bahwa kadar kortisol hari ke-1, kadar kortisol hari ke-7, skor NIHSS
hari ke-1 dan skor NIHSS hari ke-7 saling memiliki korelasi yang signifikan satu
sama lain. Tidak terdapat perbedaan antara rata-rata nilai kortisol hari pertama
pada kelompok pasien meninggal dan hidup. (p>0.05), rata nilai kortisol hari
ketujuh pada kelompok pasien meninggal dan hidup. (p>0.05), dan rata-rata skor
NIHSS hari ke pertama pada kelompok pasien meninggal dan hidup. (p>0.05).
Akan tetapi terdapat perbedaan antara rata-rata skor NIHSS hari ke ketujuh pada kelompok pasien meninggal dan hidup. (p<0.05). Tidak terdapat hubungan
signifikan antara kadar kortisol hari ke-7 dengan mortalitas terdapat korelasi yang
signifikan antara skor NIHSS hari ke-7 dan mortalitas.
Kesimpulan:
Studi ini mengukur hubungan dan signifikansi antara variable yang telah
dipaparkan sebelumnya. Perdarahan intraserebral spontan merupakan salah satu
bagian dari perjalanan kelainan patologis sebelumnya yang dialami pasein.
Variabel kadar kortisol hari ke-1, kadar kortisol hari ke-7, skor NIHSS hari ke-1,
skor NIHSS hari ke-7, dan mortalitas saling memiliki korelasi satu sama lain
dengan kekuatan yang beragam. Namun bila masing-masing variabel kadar
kortisol dan skor NIHSS dikorelasikan dengan mortalitas, hanya korelasi skor
NIHSS hari ke-7 dan mortalitas yang signifikan secara statistik