Banjir di sebagain besar kota di nI dosensia hampir seallu terulang dan
cenderung meningkat, baik frekuensi, luas, kedalaman, maupun durasinya. Faktor utama
yang mempengaruhi terjadinya banjir adalah bertambahnya penduduk yang tidak
diimbangi dengan ketersediaan sarana dan prasarana perkotaan sehingga tidak ada
keteraturan dalam pemanfaatan lahan. Kota Sampit, merupakan ibu Kota Kabupaten
Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah berkembang di kawasan tepian Sungai Mentaya,
yang kondisi tata airnya terpengaruh pasang-surut muka air sungai. Kerusakan lingkungan
menyebabkan terjadinya kenaikan limpasan permukaan. Perkembangan kondisi sosial
masayarakat kota menghadirkan dampak berkurangnya kapasitas system drainase. Kedua [24]
hal ini menyebabkan terjadinya banjir berupa genangan rutin di sejumlah kawasan penting,
termasuk Rumah Sakit dan Rumah Dinas Bupati. Penelitian dilakukan untuk mencari
strategi terbaik, dan dilakukan dengan jalan optimasi daerah layanan dengan orientasi
memaksimalkan pemanfaatan kapasitas sistem drainase utama yang telah ada. Hasil
analisis menunjukkan bahwa mayoritas sistem drainase utama harus ditingkatkan
kapasitasnya, kecuali Sungai Pamuatan yang kondisinya sudah terrawat. Pengaruh pasang
surut Sungai Mentaya diatasi dengan pemasangan Pompa dan Pintu Satu Arah pada hilir
Sungai Baamang, Sungai Pamuatan, dan Sungai Mentawa. Untuk menangani masalah
genangan air di sejumlah lokasi, diperlukan pengerukan dan perbaikan sistem drainase
sekunder. Pemeliharaan harus dibarengi dengan upaya peningkatan kesehatan lingkungan
berbasis partisipasi masyarakat