Selama masa kanak-kanak hingga dewasa, ribuan perilaku baru telah dipelajari. Seperti saat balita, maka seseorang mulai belajar berjalan, makan ataupun meminta sesuatu yang di inginkan. Lanjut sebagai masa anak-anak, maka seseorang mulai belajar menggosok gigi sendiri, mengendarai sepeda dan melakukan banyak aktifitas yang agak berbahaya. Kemudian selama masa sekolah dasar, maka seseorang mulai mengenal tulisan, berhitung, bermain olahraga ataupun berpikir sedikit lebih luas. Sebagai remaja, maka seseorang mulai belajar mengendarai sepeda motor, berkencan, ber-organisasi ataupun melakukan suatu perbuatan untuk menjadi pusat perhatian.
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui asumsi-asumsi dasar yang menjadi pusat pandangan behavioris tentang belajar, bagaimana seseorang dapat menjelaskan dan memahami dengan baik hubungan antara remaja pria dan teori behavioris serta strategi apa yang bisa digunakan untuk membantu siswa memperoleh perilaku-perilaku akademik dan sosial yang baik.
Metode yang digunakan ialah metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi-deskriptif dengan teknik behaviorisme (stimulus-respons).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya strategi dari pendekatan behavioristik yang diterapkan di sekolahnya, keluarganya serta temannya terbukti mampu mengurangi sedikit kenakalan dari remaja pria tersebut. Ketika ditanya hal apa yang membuatmu tidak mencoret dinding sekolah lagi? Ibuku telah mempedulikanku lagi.
Kata Kunci : remaja pria, pencari perhatian, perceraia