Pembuatan Prototipe Pengering Gabah Radiasi Inframerah dengan Menggunakan Pengaturan Fuzzy Logic

Abstract

Perkembangan produksi gabah kering giling dalam beberapa tahun terakhir ini menurut Bulog mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Namun demikian keadaan diatas tidak ditunjang dengan proses penanganan pasca panen dengan baik. Akibatnya banyak gabah rusak akibat salahnya penanganan pasca panen atau sebab alam lain seperti iklim yang tidak menentu. Untuk itu diperlukan perbaikan penanganan pasca panen salah satunya adalah dengan mengembangkan pengering radiasi infra merah. Satu keunggulan sistem pengering ini adalah tidak terpengaruh cuaca. Namun demikian beberapa kelemahan dari sistem pengering yang ada adalah sangat sulit untuk mengendalikan kestabilan suhu dan penurunan kadar air. Terlalu cepat penurunan kadar air akan mengakibatkan pengerasan permukaan gabah sehingga beras dapat pecah. Untuk itu diperlukan pengaturan yang cerdas agar dapat mengendalikan suhu ruang pengering dan penurunan kadar air pada ruang pengering. Suatu metode yang diusulkan adalah menggunakan pengaturan suhu ruang pengering dengan menggunakan fuzzy logic. Dalam fuzzy logic, input pengatur didapat dari suhu dan kelembaban ruang pengering, yang kemudian digunakan untuk mengatur pemanasan lampu infra merah dan exhaust fan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen. Eksperimen dilakukan dengan membandingkan pengeringan buatan berbasis radiasi inframerah pada ruang pengering (ukuran 1 m x 1 m x 1.5 m) dengan tipe flat-bed dyer dan jenis gabah yang sama. Pengambilan data dilakukan dengan dua cara pengaturan yakni menggunakan pengaturan manual on-off dan pengaturan fuzzy logic. Pada pengaturan on-off, sebuah set poin suhu ditetapkan terdahulu. Apabila mencapai suhu tercapai maka lampu inframerah dan fan dimatikan. Pengaturan ini dilakukan secara otomatis dengan menggunakan mikrokontroler ATMega-32 dan sensor SHT-10 sebagai sensor suhu dan kelembaban. Untuk menghindari kerusakan range suhu yang diberikan untuk menghidupkan adalah -0.5o/+1.5oC. dari set poin 40oC. Sedangkan pada fuzzy logic range yang digunakan adalah -0.4o/+0.2oC dari set poin yang sama. Hal ini disebabkan karena pada fuzzy logic pengaturan intensitas cahaya dan kelembaban dapat dilakukan sehingga memungkinkan lampu untuk tidak sepenuhnya padam dan menghindari kerusakan pada lampu. Pengambilan sample data gabah dilakukan setiap 30 menit pada kedua pengaturan tersebut sampai dengan pengeringan mencapai 14% wb (standar SNI) dicapai. Kecepatan mencapai kadar gabah 14% wb ini digunakan sebagai acuan efektif tidaknya pengaturan fuzzy digunakan dalam pengeringan ini. Selain itu berbandingan kualitas gabah juga digunakan dengan membandingkan beras kepala yang retak. Dari hasil penelitian ini didapatkan pengering gabah dengan radiasi infra merah berpengatur fuzzy logic lebih baik dibandingkan pengaturan on-off. Dari waktu pengeringan didapati dengan menggunakan pengaturan fuzzy logic pengeringan dapat lebih cepat 20-30% dari pengaturan manual. Selain itu pengaturan fuzzy logic ini dapat secara efektif mengurangi persentase beras kepala yang retak rata-rata akibat pengeringan dengan perbandingan untuk pengaturan fuzzy logic dan pengaturan manual masing-masing adalah 11.5%:18.5%. Dengan demikian dapat disimpulkan pengaturan fuzzy logic secara efektif dapat digunakan sebagai alternatif cara untuk mempercepat pengeringan gabah dan memperbaiki kualitas gabah hasil pengeringan

    Similar works