Suplementasi besi banyak dilakukan di Indonesia baik melalui program pemerintah maupun dikonsumsi sendiri oleh pengguna. Besi merupakan unsur mikro yang sangat dibutuhkan, tetapi juga memiliki efek prooksidan yang dapat memicu pembentukan reaktif oksigen spesies dan reaktif nitrogen spesies (ROS dan RNS), peroksidasi lipid dan stress oksidatif. Di sisi lain, banyak studi membuktikan hubungan tingginya kadar feritin dengan resistensi insulin atau kadar gula darah.
Penelitian ini bertujuan untuk mencari bukti apakah suplementasi besi yang diberikan akan menyebabkan peroksidasi lipid yang diukur dari kadar MDA dan memicu kejadian resistensi insulin serta melihat pengaruh kadar Hb awal terhadap kadar MDA.
Penelitian dilakukan dengan desain eksperimental pada tikus Rattus Norvegicus strain Wistar. Subjek penelitian sejumlah 32; dengan 16 ekor anemia dan 16 ekor normal. Masing-masing dibagi lagi dalam kelompok perlakuan dan kontrol secara acak. Suplementasi besi diberikan dengan dosis 5,04 mg/ 200 gram berat tikus selama 7 hari. Pengambilan data MDA, Hb, glukosa darah dan insulin puasa dilakukan secara pre dan post test. Pemeliharaan hewan coba, perlakuan dan pangambilan sampel darah dilakukan di Pusat Studi Pangan Gizi UGM Jogyakarta. Analisis statistik dilakukan dengan regresi linear dan independent T test.
Hasil penelitian menunjukkan kadar MDA paska suplementasi justru mengalami penurunan, baik pada kelompok yang dikondisikan anemia maupun yang tidak (-1,47 : -0,57; p=0.000). Hubungan kadar MDA paska suplementasi dengan resistensi insulin yang diukur dari kadar insulin dan glukosa puasa tidak bermakna (insulin puasa: p=0.731 dan glukosa puasa: p=0,826)
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan kadar MDA paska suplementasi tidak dapat dijadikan prediktor resistensi insulin. Perubahan kadar MDA dipengaruhi oleh kadar Hb awal sebelum suplementasi dilakukan