Masjid Dhirār dan masjid Taqwā dalam tafsir Al-Qur’an

Abstract

Kedatangan Nabi SAW di Madinah, membuat Abu Amir ar-Rahib merasa iri hati dan dendam karena penyebaran agama Nasrani semakin tidak mendapatkan tempat di hati masyarakat. Atas saran dan dukungan Heraclius Kaisar Romawi, Abu Amir ar-Rahib memerintahkan para pengikutnya untuk membangun sebuah masjid yang dimaksudkan sebagai strategi dan markas tipu daya mereka belaka untuk mengelabui umat Islam. Oleh sebab itu layak penulis kaji, bahwa tipu daya tersebut hingga saat ini seakan berubah dalam bentuk dan warna yang baru sesuai dengan meningkatnya sarana kotor musuh-musuh agama ini, yang lahirnya tampak membela dan menolong agama Allah tetapi hakikatnya justru merusak dan membuat ketidakjelasan atau mengambangnya bagi agama Islam sendiri. Untuk itu penulis sengaja ingin menjelaskan bagaimana masjid dhirār dan masjid yang dibangun atas dasar takwa dalam tafsir al-Qur’an serta bagaimana implikasi kedua masjid tersebut terhadap kondisi saat ini. Penulis sengaja ingin menggali tentang “Bagaimana makna masjid dhirār dan masjid yang dibangun atas dasar taqwa dalam tafsir al-Qur’an serta implikasi kedua masjid tersebut dalam kondisi kekinian”. Demi mendapatkan penjelasan yang detail, komprehensip serta mendalam mengenai permasalahan tersebut, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif melalui kepustakaan (Library research) yang bersifat literal dengan pendekatan sosio-historis pendapat para mufassir klasik ataupun kontemporer. Penulis menggunakan teknik analisis deskriptif analitis dengan mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan tema melalui hadist, pendapat tokoh lalu menganalisanya sesuai dengan konteks sekarang. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa masjid semestinya menjadi cermin keshalihan pribadi maupun sosial sebagaimana terekam jelas melalui Masjid Quba dan Masjid Madinah yang dibangun oleh Rasulullah Saw yang dibangun atas dasar takwa. Hal demikianlah yang melahirkan peradaban Islam yang madani, tidak mudah terpecah belah hanya karena perbedaan paham oleh kepentingan golongan atau individu tertentu yang keberadaannya jelas-jelas membawa pada dampak madharat yang nyata, seperti permusuhan, kekafiran atau niat busuk lainnya oleh para pembangunnya. Jika dalam wujud masjid saja harus dicegah, apalagi dalam wujud selain masjid, tentu harus lebih dicegah. Seyogyanya dapat diminimalisir dengan dialihfungsikan keberadaannya menjadi sarana umum yang lebih sesuai kebutuhan masyarakat yang ada, seperti dibuat bangunan sekolah, rumah sakit, atau nilai guna lainnya yang tidak mencederai agama ini

    Similar works