research

Waria dan Usaha-Usahanya dalam Menghadapi Kekerasan di Kota Surakarta

Abstract

MUKTAMAR PADHIYANI, SKRIPSI DENGAN JUDUL WARIA DAN USAHAUSAHANYA DALAM MENGHADAPI KEKERASAN DI KOTA SURAKARTA. FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK, UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA, Surakarta, 2008 : 115 Halaman. Penelitian ini bertujuan untuk, mengetahui bentuk-bentuk kekerasan yang dialami waria dan usaha-usaha mereka dalam menghadapi kekerasan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teori interaksi simbolik yang diketahui dengan cara mereka berperilaku, mereka menyuntik silikon di daerah dagu, payudara, mulut, dan cara mereka berbicara dengan kemayu. Metode yang digunakan yaitu studi kasus. Lokasi penelitian yang dilakukan penulis, yaitu di daerah sepanjang city walk depan Stadion Sriwedari, dan di daerah Kandang Sapi Surakarta. Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan, yaitu dengan teknik observasi, wawancara, perekaman dengan tape recorder dan dokumentasi. Untuk kesahsihan data, penulis menggunakan triaggulasi data dan trianggulasi metode. Data yang diperoleh disuatu waktu dicek dan diperiksa kembali pada kesempatan yang lain. Dengan mengulang pertanyaan yang sama. Selain itu, peneliti akan membandingkan hasil wawancara dengan hasil pengamatan. Hasil dari penelitian ini yaitu, mereka mempunyai masa kecil yang hampir sama, dari kecil suka bermain dengan perempuan dan suka bermain dengan permainan yang pada umumnya dikenal sebagai permainan perempuan, seperti : rumah-rumahan, boneka, dan lain-lain, sering memakai pakaian perempuan, suka berdandan dengan bersembunyi, bertambah usianya mereka menyukai sesama jenis (laki-laki). Setelah dewasa, mereka memutuskan untuk menjadi waria, dengan menyuntik silikon di bagian dagu, mulut, hidung, dan payudara. Setiap harinya berdandan dengan pakaian perempuan. Waria dengan pendidikan yang rendah, dan tidak mempunyai kemampuan, mereka hanya terjun dan bekerja sebagai PSK Waria yang hidup dengan keluarga dan masyarakat, ada yang bisa menerima keberadaan dari mereka, tapi ada juga yang menolak tidak mau tinggal sekampung atau satu rumah dengan waria. Sikap penolakan yang dilakukan keluarga atau warga masyarakat, bisa berupa cemoohan, dikucilkan, bahkan melakukan tindak kekerasan. Kekerasan yang sering dialami oleh waria yaitu pertama, kekerasan fisik yang berupa ditampar, ditendang bahkan ada yang mencolek (pelecehan seksual). Kedua, kekerasan non fisik (psikologis) seperti diejek, dicacai maki, dan lainnya (yang tidak dilakukan dengan fisik). Dan ketiga, kekerasan ekonomi, misalnya pada waktu bekerja, karena mencari pekerjaan yang formal sulit, dengan pendidikan yang rendah, waria bekerja sebagai PSK dan siap untuk melayani tamu/pelanggannya untuk berhubungan seks, dari kekerasan ekonomi sendiri yaitu tamu/pelanggan mereka setelah melakukan hubungan seks, mereka tidak membayar waria-waria tersebut, bahkan ada yang ditampar, atau ditendang. Bahkan, kekererasan ekonomi yang dilakukan oleh suami (orang lakilaki yang tinggal bersama waria, dan diakui suaminya)

    Similar works