research

SENI PERTUNJUKAN MODERN DI BALI: SEBUAH STUDI AWAL

Abstract

Pengantar Sebuah seni pertunjukan di bali didominasi uraian tentang seni pertunjukan klasik atau tradisioanal dan mengabaikan gejala pertumbuhan seni pertunjukan modern.Dua buku penting yang berisi etnografi budaya dan seni pertunjukan bali,masing-masing The Island of Bali(1937)karya Miguel Covarrubies dan Dance and Drama in Bali (1938)karangan duet intelektual Beryl de Zoete dan Walter Spies,sama-sama memfokuskan uraianya pada anatomi,keberadaan,arti dan fungsi seni pertunjukan tradisional.Artikel ini merupakan usah awal untuk menelusuri keberadaan seni pertunjukan modern di bali.Studi awal ini dilaksanakan dengan meneliti teks media masa yang terbit di bali tahun 1920-an,seperti Surya Kanta (1925-1927)dan Bali Adnyana (1925-1929),khususnya yang mengimformasikan tentang pagelaran seni pertunjukan modern. Kesenian Bali dan Seni Pertunjukan Modern Berly de Zoete dan Walter Spies dan juga Covarrubias dalam bukunya tidak membedakan antara seni (pertunjukan)modern dan tradisional.ini terjadi karena mereka hanya menguraikan satu bentuk kesenian yaitu seni tari dan drama yang berkembang di masyarakat,yang berkaitan erat dengan adat agama,tradisi masyarakat bali.kategorisasi terhadap seni pertunjukan di bali bukannya tidak pernah dibuat sama sekali.Sejumlah pengamat barat,dengan dasar pemikiran dan sudut pandang yang berbeda-beda,menggolongkan seni pertunjukan Bali berdasarkan pendekatan yang paling dasar (lumbrah)yaitu oposisi binary (dua jenis yang berlawanan).konsep oposisi-binari tentu saja tidak paripurna,buktinya hasil kategori yang dibuat sering tumpang tindih.Untuk sebuah pertunjukan,para pengamat bisa memberikan labal yang bereda atau berlawanan. Pertunjukan Modern Zaman Kolonial dan Kritik Pers Sudah sejak lama dibantah bahwa modernisasi bukanlah westernisasi,dan hal-hal yang modern bukan identik dengan barat.akan tetapi,dalam kasus Indonesia,atau bali khususnya pada zaman colonial ,ide-ide modern,perilaku dan produk modern dominan muncul sebagai hasil pengaruh barat,dalam hal ini pemerintahan colonial belanda.Walaupun benar bahwa proses modernisasi di bali awal abad ke 20 tidak bisa dikatakan sebagai westernisasi atau belandanisasi,pemicu kearah itu banyak ditentukan oleh politik colonial belanda,terutama politik etis,politik pribumi(putra agung 1969,1972,1983;Djelantik 1997;Parker 2000;Darma Putra 2000c) Seni Pertunjukan Modern bukan Fenomena Baru Mengingat sandiwara atau tonil atau komidi yang berbahasa melayu,berbusana gaya eropa yang dipentaskan pemuda pelajar bali tahun 1920-andan 1930-an adalah genre seni pertunjukan modern atau teater,maka jelas informasi yang mengatakan teater di bali bermula tahun 1967 tidak bisa diterima

    Similar works