Kesejahteraan subjektif bagi pasangan suami istri merupakan salah satu
hal yang penting dalam menciptakan keluarga yang harmonis, karena dalam suatu
pernikahan jika dilihat dari kebersamaan pasangan suami istri terdapat dua
kategori, yakni pasangan suami istri yang tinggal serumah (Proximal Marriage)
dan pasangan suami istri yang tinggal jarak jauh (Long Distance Marriage).
Kesejahteraan subjektif yang tinggi tidak begitu saja ada pada pasangan suami
istri baik yang tinggal serumah maupun jarak jauh, melainkan sebuah proses,
pemahaman, dan penerimaan diri bagi setiap individu, dalam hal ini pasangan
suami istri yang tinggal serumah maupun pasangan suami istri yang tinggal jarak
jauh. Semakin baik pasangan suami istri yang tinggal seruamh maupun jarak jauh
dalam memahami dan menerima keadaan keluarganya dalam situasi apapun, maka
semakin tinggi pula kesejahteraan subjektif pasangan tersebut. Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui perbedaan kesejahteraan subjektif ditinjau dari
kebersamaan pasangan suami istri.
Subjek penelitian ini adalah pasangan suami istri di Desa Kuto, Kecamatan
Kerjo, Kabupaten Karanganyar, baik pasangan yang tinggal serumah maupun
pasangan yang tinggal jarak jauh dengan menggunakan teknik snow ball
sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu skala kesejahteraan subjektif yang
terdiri dari dua bagian yaitu SWLS (The Satisfaction With Life Scale) dan PANAS
(Positive Affect Negative affect Scale). Teknik analis data menggunakan uju beda
atau t-test.
Berdasarkan hasil analisis dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan
kesejahteraan subjektif pasangan suami istri baik yang tinggal serumah maupun
yang tinggal jarak jauh dengan t sebesar 0,164 dengan signifikansi 0,870 (p
>0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rerata empirik kesejahteraan
subjektif pasangan suami istri baik yang tinggal serumah maupun jarak jauh
berada pada tingkat yang sama yaitu sedang, dengan nilai 100,27 (Serumah) dan
99,72 (LDM)