Beberapa produsen tas berpendapat kemunculan gadget mempengaruhi peningkatan penjualan tas. Ditambah lagi, inovasi pada desain tas dengan konsep etnik memberikan daya tarik tersendiri dalam pasar lokal. Biasanya konsep ini memanfaatkan material dengan nilai Indonesia sebagai material utama. Namun hal ini tentunya perlu memperhatikan perkembangan tren yang terus berubah. Tren gaya tribal etnik 2012 yang bersifat ornamental dan filosofis menjadi konsep dasar perancangan. Dari berbagai jenis kain Indonesia, tenun merupakan salah satu material dengan “nilai Indonesia” yang dilirik pasar lokal maupun Internasional. Salah satunya kain ikat Sasak-Lombok yang menjadi material utama perancangan. Eksisting tas tenun gadget lokal memiliki masalah pada aspek estetika dan ergonomi. Dalam aspek estetika beberapa tas tenun lokal dengan gaya etnik terlihat kurang menarik yakni dari segi peletakan motif maupun perpaduan dengan material lain. Sedangkan dalam aspek ergonomi, tas tenun di pasar lokal kurang memperhatikan Kenyamanan dalam menggunakan tas. Dari permasalahan tersebut, perancangan difokuskan pada aspek estetika ikat sasak dan ergonomi penggunaan tas. Tujuan dari perancangan ini yaitu untuk meningkatkan potensi pengrajin tenun suku sasak Lombok dan pengrajin tas Indonesia. Konsep yang ditawarkan yaitu desain dengan gaya tribal etnik yang memiliki fungsi modular agar dapat menggunakan kedua benda gadget secara bersamaan maupun terpisah. Hasil perancangan berupa prototype material ikat sasak berjumlah 4 buah jenis shoulder bag dan backpack untuk pria maupun wanita