research

Gambaran Kemudahan Memperoleh Air dan Sarana Penyimpanan Air terhadap Kasus Dbd di Kota Semarang, Kabupaten Wonosobo dan Kabupaten Jepara

Abstract

ENGLISHHow to get clean water and habits of people to keep the water in the containers before it is used for household purposes is the potential to become a breeding site of Aedes aegypti mosquitoes. The purpose of this study is to determine the relation of water supply and water storage method with the occurrence of DHF cases. Research was conducted in Semarang city, Jepara and Wonosobo regencies. Results showed that 82.5% of the public in the survey area is easy to obtain water for domestic use year-round. When compared with the number of DHF cases found in that area easy to get more water has more sufferers (83.6% of cases) than in areas difficult to get water during the dry season (16.4%). From the test results with the Chi square statistic (X2) showed no significant correlation between DHF cases with the ease of obtaining water for daily needs throughout the year, with P> 0.05. 60.7% of the public already has a reservoir container closed, 17.5% and amounted to an open reservoir container, 18.4% of all people who have no water (direct from the source). From the statistical test showed that there was significant relationship between DHF cases with ownership of water reservoir with a P <0.05. People who have more water reservoirs affected by the DHF cases compared to people has no water reservoirs for domestic use. Most people have no trouble obtaining water for domestic use year round and most also have a water storage fasilities for household purposes, then the 3M program (drain, cover and bury) must remain fixed emboldened by seeing the potential of local communities for conservationINDONESIACara memperoleh air bersih dan kebiasaan masyarakat dalam menyimpan air pada tempat penampungan air sebelum digunakan untuk keperluan rumah tangga merupakan tempat potensial untuk menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk Aedes aegypti. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keterkaitan ketersediaan air bersih dan cara penyimpanan air dengan terjadinya kasus DBD. Penelitian akan dilakukan di Kota Semarang, Kabupaten Jepara dan Kabupaten Wonosobo. Hasil penelitian diketahui bahwa 82.5% masyarakat di wilayah survei mudah dalam memperoleh air untuk keperluan rumah tangga sepanjang tahun. Apabila dibandingkan dengan jumlah kasus DBD yang ditemukan bahwa daerah yang mudah memperoleh air lebih banyak penderitanya (83.6% kasus) daripada daerah yang sulit memperoleh air pada musim kemarau (16.4%). Dari hasil uji statistic dengan Chi square (X2) ternyata tidak ada hubungan yang bermakna antara kasus DBD dengan kemudahan memperoleh air untuk kebutuhan sehari-hari sepanjang tahun, dengan P>0.05. Sebesar 60.7% masyarakat sudah mempunyai wadah tandon tertutup, 17.5% wadah tandon terbuka dan sebesar 18.4% saja masyarakat yang tidak mempunyai penampungan air (langsung dari sumber). Dari hasil uji statistik diketahui bahwa ada hubungan yang bermakna antara kasus DBD dengan kepemilikan penampungan air dengan P<0.05. Jadi penduduk yang mempunyai penampungan air lebih banyak terkena kasus DBD disbanding yang tidak mempunyai penampungan air untuk keperluan rumah tangga. Sebagian besar penduduk tidak mengalami kesulitan memperoleh air untuk keperluan rumah tangga sepanjang tahun dan sebagian besar juga mempunyai sarana penampungan air untuk keperluan rumah tangga, maka program 3M (menguras, menutup dan mengubur) harus tetap tetap digalakkan dengan melihat potensi yang dimiliki masyarakat setempat untuk kelestariannya

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions

    Last time updated on 28/11/2017