Tidak diizinkan karya tersebut diunggah ke dalam aplikasi Repositori Perpustakaan Universitas.Latar Belakang: Hiperurisemia dan gout adalah penyakit inflamasi “ideal”, dan terkait dengan sejumlah penyakit metabolik: tekanan darah, ateriosklerosis, diabetes, strok, dan gangguan fungsi ginjal. Studi tentang hiperurisemia dan gout dengan latar-belakang suku-bangsa berbeda di Indonesia belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi hiperurisemia dan gout pada komunitas etnik Kao, Tobelo, Galela dan Loloda di Kabupaten Halmahera Utara.
Metode: Data prevalensi hiperurisemia dan gout diperoleh melalui dua pendekatan yaitu studi terhadap data rekam medis 150 pasien tahun 2016 dan penelitian langsung (kuesioner dan pemeriksaan kesehatan pada 240 responden yang dipilih secara acak dari 4 etnik Halmahera Utara). Analisis statistik untuk uji Chi-square dan Kruskal Wallis menggunakan program SPSS versi 16.0. Nilai p (p value) kurang dari 0,05 dianggap signifikan secara statistik.
Hasil: Prevalensi hiperurisemia, gout akut dan gout kronis berdasarkan jumlah pasien yang teridentifikasi di puskesmas dan rumah sakit di Halmahera Utara masing- masing adalah 100%, 72% dan 1,3%. Sedangkan prevalensi hiperurisemia dan gout akut berdasarkan hasil pemeriksaan langsung pada populasi etnik Halmahera Utara adalah 60% dan 27,5% secara berturut-turut. Pada komunitas etnik risiko hiperurisemia mulai terdeteksi pada usia dibawah 30 tahun dan gout umumnya diatas usia 30 tahun.
Kesimpulan: Prevalensi hiperurisemia relatif tinggi pada populasi etnik asli Halmahera Utara. Hanya ditemukan 3 individu yang menderita podagra, sementara tidak ditemukan gout topus pada komunitas etnik asli.Background: Hyperuricemia and gout is an "ideal" inflammatory disease associated with the number of metabolic disease: blood pressure, arteriosclerosis, diabetes, stroke, and kidney dysfunction. The study of hyperuricemia and gout against the background of different ethnic group in Indonesia has been done very limitedly. This study aims to determine the prevalence of hyperuricemia and gout in ethnic communities of Kao, Tobelo, Galela and Loloda in North Halmahera.
Method: Prevalence data of hyperuricemia and gout obtained through two approaches, medical records of 150 patients in 2016 and field research (questionnaires and health examinations on 240 randomly selected respondents from 4 of ethnic groups in North Halmahera). Statistical analysis for Chi-square and Kruskal Wallis test using SPSS version 16,0. The p value of less than 0,05 was considered to be statistically significance.
Result: The prevalence of hyperuricemia, acute gout and chronic gout based on the number of patients identified in health centers and hospitals in North Halmahera was 100%, 72% and 1,3%, respectively. While the prevalence of hyperuricemia and acute gout based on the results of health examinations on North Halmahera ethnic population was 60% and 27,5% respectively. The risk of hyperuricemia was detected before 30 years old and gout was generally over 30 years old in the ethnic groups.
Conclusion: The prevalence of hyperuricemia was relatively high in the native ethnic population in North Halmahera. Only 3 of people with podagra had been found in the native ethnic groups. However, there is no case of individual with tophaceous gout
