Dalam penelitian ini dilakukan pengolahan daun gambir muda, sedang, dan tua menjadi gambir dengan dua cara yaitu cara basah (perebusan-pengepresan-pengendapan-pengeringan) dan cara kering (pengeringan- penghancuran-penyeduhan-pengambilan padatan-pengeringan). Hasilnya menunjukkan bahwa daun muda menghasilkan rendemen produk gambir paling tinggi baik pada pengolahan basah maupun kering. Pada pengolahan basah, untuk daun muda, sedang, dan tua secara berurut-urut memberikan rendemen sebesar 10,03±0,11, 9,46±0,15, dan 9,03±0,19 %. Selanjutnya, rendemen produk dengan pengolahan cara kering dari daun muda, sedang, dan tua adalah 7,15±0,32, 6,82±0,32, dan 6,13±0,18 %. Namun demikian, senyawa yang termasuk dalam golongan fenolik, seperti; ekstrak polifenol, total fenol, (+)-katekin paling tinggi pada daun sedang. Pada pengolahan basah, ekstrak polifenol (dengan etil asetat), total fenol, dan (+)-katekin pada daun sedang secara berurut-urut adalah 64,96±0,41 %, 51,08±0,17 %, dan 39,17 % dan pada pengolahan kering adalah 62,73±1,14%, 50,10±0,1 %, dan 16,90%. Selain itu, pada pengolahan basah, produk dan ekstrak polifenol dari daun sedang menghasilkan sifat antibakteri (dinyatakan sebagai diameter daerah hambat, DDH) terhadap Staphylococcus aureus paling tinggi, yakni 6,89±0,10 mm dan 9,45±0,25 mm. Pengolahan kering memiliki DDH lebih rendah yaitu 5,39±0,10 mm dan 6,39±0,10 mm. Baik produk maupun ekstrak polifenol tidak menghambat Escherichia coli