research

PEMERIKSAAN FESES, KANTUNG EMPEDU, GAMBARAN MAKROSKOPIS HATI DAN KADAR HORMON REPRODUKSI PADA SAPI AKIBAT INFESTASI FASCIOLA GIGANTICA

Abstract

Suatu penelitian telah dilakukan yang bertujuan untuk mengetahui kaitan antara hormon reproduksi testosteron dan estrogen dengan parasit, mengetahui tingkat prevalensi Fasciolosis antara sapi jantan dan betina, mengetahui adanya telur Fasciola gigantica pada sapi Fasciolosis, dan melihat gambaran perubahan makroskopis hati hati yang ditemukan. Seratus empat puluh lima sampel sapi yang disembelih di Rumah Potong Hewan Banda Aceh yang terdiri dari 74 ekor sapi jantan dan 71 ekor sapi betina digunakan dalam penelitian ini. Dari sampel tersebut, 18 ekor sapi jantan dilakukan pemeriksaan hormon testosteron dan 18 ekor sapi betina dilakukan pemeriksaan estradiol. Semua sapi dilakukan pemeriksaan keberadan telur didalam feses dengan metode Borray sedangkan kantung empedu diperiksa endapan empedunya serta diamati gambaran makroskopis hati dan kantung empedu. Hasil menunjukkan bahwa konsentrasi hormon testosteron pada jantan dengan kategori negatif, ringan, dan berat masing-masing adalah 8,66 ng/ml, 31,83 ng/ml dan 53,3ng/ml, sedangkan konsentrasi hormon esradiol adalah 0,37 ng/ml, 0 ng/ml, dan 0,28ng/ml. Pemeriksaan hormon testosteron menunjukkan hasil berbeda nyata (P0,05). Intensitas telur F.gigantica dengan rataan jumlah telur/gram feses pada sapi jantan 3,04 dan betina 2,71 menunjukkan hasil tidak berbeda nyata (P>0,05). Prevalensi F. gigantica pada sapi yang diperiksa mencapai 42,8% dengan perincian 33,78% sapi jantan dan 52,11% sapi betina. Perubahan makroskopis pada hati dengan total keseluruhan sapi (80%) ditemukan pembentukan jaringan ikat yang tebal, abses, perubahan warna dan adanya cacing hati, sedangkan pada kantung empedu (6%) ditemukan cairan empedu yang berbau busuk, adanya batu empedu dan pembesaran kantung empedu. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah prevalensi fasciolosis pada sapi betina lebih tinggi daripada sapi jantan, namun intensitas telur per gram feses lebih tinggi pada sapi jantan dibanding dengan sapi betina. Prevalensi telur pada pemeriksaan feses lebih rendah daripada pemeriksaan kantung empedu. Sapi penderita fasciolosis juga mengalami perubahan pada hati yang diperiksa secara makroskopis. Selain itu, infestasi F.gigantica dipengaruhi oleh kadar hormon reproduksi, dimana sapi jantan memiliki kadar testosteron tinggi, sedangkan pada sapi yang kadar estradiol rendah

    Similar works