research

Antimalarial Drug Evaluations: Namru-2 And Indonesian Partnership

Abstract

Meningkatnya insiden malaria di beberapa daerah tertentu terutama di Indonesia Bagian Timur disebabkan antara lain : P. falciparum telah resisten terhadap beberapa obat antimalaria, ditemukannya P. vivax resisten klorokuin, dan belum tersedianya vaksin yang efektif. Sehubungan dengan hal tersebut, dilakukanlah evaluasi obat antimalaria yang perlu dipertimbangkan dalam peningkatan pelaksanaan program. Obat antimalaria meflokuin, halofantrin dan beberapa derivat qinghaosu (artesunat dan artemeter) telah diuji coba klinik di Indonesia, dan memberikan efikasi yang cukup baik walaupun perlu dipertimbangkan kemungkinan efek samping dan resistensi atau rekrudesensi yang mungkin terjadi serta harganya yang relatif masih mahal. Obat antimalaria baru yang direncanakan akan diuji coba klinik adalah azithromycin, derivat primaquine WR 238605, atovaquone dan derivat qinghaosu lain. Dasar pengembangan pengobatan malaria adalah sebagai berikut: Meningkatkan atau memperbaiki efikasi pengobatan malaria tanpa komplikasi yaitu dengan mengembangkan kombinasi atau regimen obat antimalaria yang tersedia di Indonesia (klorokuin dan tetrasiklin/doksisiklin) atau dengan mempersiapkan obat antimalaria baru (derivat qinghaosu, atovaquone, azithromycin dan WR 238605).Mencari obat antimalaria baru alternatif yang efektif sebagai obat penyelamat untuk pengobatan malaria dengan komplikasi. Dengan melakukan evaluasi obat antimalaria ini, akan didapat data efikasi dan keamanan yang dapat membantu Departemen Kesehatan untuk menentukan obat pilihan di Indonesia. Selain itu juga dapat ikut membantu menanggulangi masalah malaria di dunia

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions

    Last time updated on 14/04/2017