Dalam ajaran agama Hindu kita mengenal adanya upacara-upacara yadnya yang sering
dilakukan oleh umat Hindu dengan tujuan untuk melakukan persembahan kepada Tuhan (Sang Hyang
Widhi Wasa). Masyarakat Bali yang menganut ajaran agama Hindu pada umumnya melakukan pemujaan
dengan sarana seperti sesajen. Penggunaan media bunga, air, api, daun, buah, dan hewan dan sejenisnya
sebagai media persembahan, serta penambahan unsur-unsur Panca Maha Bhuta, yaitu lima unsur
kehidupan di alam semesta, seperti pertiwi (tanah), Apah (air), Teja (api), Bayu (angin), Akasa (ruang)
yang selalu melekat dalam Upakara Yadnya Hindu Bali.
Pujastuti merupakan suatu pemujaan secara tulus iklas. Kata pujastuti dilihat dari
pembendaharaan kata dapat dibagi 2 yaitu ; puja yang artinya pemujaan dan astuti yang artinya tulus iklas
jadi pujastuti sesuai dengan ajaran agama Hindu merupakan suatu persembahan atau pemujaan terhadap
Tuhan (Ida Sang Hyang Widhi Wasa) dengan tulus iklas.
Dari pandangan tersebut akhirnya penata penata mengangkat tentang pemujaan dengan
persembahan yadnya secara tulus iklas dan berbagai unsur kaidah upacara yadnya umat Hindu. Unsur
kaidah yadnya akan membentuk suatu sifat keadaan, suasana, pengkarakteran, dan berbagai unsur yang
terbentuk didalamnya kata pemujaan secara tulus iklas disesuaikan menjadi sebuah kata puja dan astuti,
yang kemudian ditransormasikan kedalam bahasa musik yaitu nada, tempo, ritme, dinamika, harmoni,
dan perubahan suatu tangga nada menjadi sebuah satu kesatuan komposisi yang utuh musik karawitan
Bali. Penata menyajikan garapan ini menggunakan seperangkat gamelan Gong Kebyar berbentuk ke
dalam kreasi pepanggulan.
Kata kunci: Pujastuti, Puja, Astut