This article aims to analyze the role of multiliteracies-based pedagogy in enhancing students' speaking skills in the context of 21st-century education. The study is driven by the increasing demands of communication across digital media and global settings, which require students to possess adaptive, multimodal, and context-aware speaking competencies. Employing a qualitative descriptive literature review method, this research synthesizes findings from 26 relevant national and international scholarly articles that explore the intersection of speaking skills and multiliteracy approaches. The analysis reveals that multiliteracy strategies—such as digital storytelling, telecollaboration, podcasting, digital comics, and virtual reality—significantly improve students' verbal fluency, confidence, and expressiveness in diverse learning environments. These approaches also benefit students with special educational needs and foster inclusive, culturally responsive communication practices. However, the implementation of multiliteracies in classrooms is still challenged by limited digital infrastructure, insufficient teacher training in media-integrated instructional design, and unequal access to educational technology. In light of these challenges, this study recommends systemic support through teacher professional development, broader access to digital learning tools, and curriculum reform that accommodates flexible, learner-centered, and media-rich instructional models. The integration of multiliteracies into mainstream education is expected to cultivate a generation of learners who are capable of speaking effectively, critically, and creatively across platforms and in various global contexts.Artikel ini bertujuan untuk menganalisis peran pendekatan multiliterasi dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa di era pendidikan abad ke-21. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh meningkatnya tuntutan komunikasi lintas media dan globalisasi yang memerlukan kemampuan berbicara yang adaptif, multimodal, dan kontekstual. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan pendekatan kualitatif deskriptif, yang mengkaji 26 artikel ilmiah nasional dan internasional yang relevan dengan topik keterampilan berbicara dan pedagogi multiliterasi. Hasil analisis menunjukkan bahwa strategi multiliterasi seperti digital storytelling, telecollaboration, podcast, komik digital, dan virtual reality dapat meningkatkan keberanian, ekspresi lisan, serta kefasihan berbicara siswa dalam berbagai konteks pendidikan. Pendekatan ini juga terbukti efektif untuk mendukung siswa dengan latar belakang khusus dan mendorong komunikasi yang lebih inklusif serta berbasis budaya. Meskipun demikian, implementasi multiliterasi masih menghadapi tantangan berupa keterbatasan infrastruktur digital, rendahnya kompetensi guru dalam desain pembelajaran berbasis media, serta kesenjangan akses teknologi antar siswa. Berdasarkan temuan ini, disarankan agar pemerintah dan lembaga pendidikan memberikan pelatihan profesional bagi guru, memperluas akses teknologi pendidikan, dan menyusun kurikulum yang fleksibel serta responsif terhadap kebutuhan komunikasi abad ke-21. Integrasi multiliterasi ke dalam sistem pendidikan secara menyeluruh diharapkan dapat membentuk generasi pembelajar yang mampu berbicara secara efektif, kritis, dan kreatif dalam berbagai platform dan situasi global