Berdasarkan data statistik (BPS, DKI 1979-1995), pada awal perkembangannya tahun
1951 sampai tahun 1971, pertumbuhan penduduk Jakarta mencapai 4,4% setiap tahunnya,
1980-1990 pertumbuhan sebesar 2,4% dan tahun 1990-1995 menjadi 2,07%.
Melihat perkembangan wilayah DKI Jakarta yang berkembang cepat, sebagai
akibatnya diperlukan penambahan ruang atau penambahan kawasan, sedangkan di lain pihak
lahan yang tersedia terbatas. Pembangunan fisik kota yang dilakukan adalah pembangunan
Sentra Primer Baru Timur (SPBT) di wilayah Jakarta Timur. Indikator perkembangan
pembangunan SPBT bukan hanya dilihat dari dampak fisik dan non fisik tetapi juga dilihat
dari fungsi manajemen pemerintahannya/Badan Pengelola kawasan SPBT tersebut. Fungsi
manajemen Badan Pengelola Pembangunan SPBT meliputi perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian, dimana ketiga unsur tersebut tidak berjalan dengan baik sehingga keterpaduan
pembangnan sulit diciptakan. Hal tersebut dapat dilihat dari realisasinya, pembangunan yang
dilaksanakan baru mencapai 15%, bahkan hasil pembangunannya jauh tertinggal bila
dibandingkan dengan kembarannya yang berada di barat, yaitu Sentar Primer Baru Barat
(SPBB).
Permasalahan-permasalahan tersebut di atas tidak lepas dari kurang optimalnya fungsi
Badan Pengelola Pembangunan SPBT baik pada perencanaan, pengimplementasian, maupun
pengawasannya, sehingga akan memunculkan pertanyaan penelitian (Research Question)
sebagai berikut: “Bagaimana fungsi Badan Pengelola Pembangunan Sentra Baru Primer
Timur (SPBT) terhadap perkembangan SPBT itu sendiri berdasarkan fungsi
manajemennya?”
Tujuan dari penelitian ini adalah mengkaji fungsi-fungsi Badan Pengelola
Pembangunan Sentra Pembangunan Baru Timur (SPBT) baik pada perencanaan,
pengimplementasian, maupun pengawasan terhadap perkembangannya.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptifeksploratif
dengan pendekatan survai. Sementara itu, teknik analisis yang digunakan adalah
paduan antara kuantitatif dan kualitatif. Teknik analisis kuantitatif yang digunakan antara
lain: Distribusi Frekuensi, Analisis Korelasi, dan Analisis Faktor. Sedangkan jumlah
responden yang dijadikan sampel sebanyak 100 orang dengan menggunakan teknik simple
random dan quota sampling.
Kesimpulan dari penelitian ini antara lain adalah: Pembangunan SPBT oleh Badan
Pengelola Pembangunan mampu meningkatkan kepadatan penduduk di Kelurahan Pulo
Gebang dan Kelurahan Penggilingan. Ketersediaan dan kelengkapan fasilitas merupakan
penyebab masyarakat memilih untuk tinggal di kawasan SPBT tersebut.
Mengenai fungsi manajemen BPP SPBT, dapat dikatakan bahwa fungsi tersebut belum
semuanya terkait secara kuat dan dijalankan dengan baik dan optimal oleh pemerintah.
Sementara itu, pengelompokkan fungsi manajemen yang telah dilakukan terlihat adanya
perbedaan antar aktor pembangunan (BPP SBPT, Investor, dan Masyarakat) dalam
mengelompokkan fungsi ke dalam kelompok yang mempunyai kontribusi terhadap
perubahan yang terjadi SPBT. Perbedaan tersebut dapat dibaca sebagai kesenjangan
persepsi antar aktor pembangunan SPBT yang merupakan indikator kekurangpaduan antar
aktor pembangunan SPBT