ABSTRAK
Pertambahan jumlah penduduk yang terus menerus dan meningkatnya kebutuhan akan ruang
menyebabkan tingginya permintaan akan lahan. Sifat lahan yang statis dan terbatas
mengakibatkan adanya kompetisi dalam penggunaan lahan, sehingga mempengaruhi tinggi
rendahnya harga lahan khusunya di wilayah perkotaan. Teori William Alonso menyebutkan bahwa
penggunaan lahan dan harga lahan memiliki hubungan yang saling bergantung satu sama lain
dimana penggunaan lahan ditentukan oleh kemampuan membayar lahan dengan harga paling
tinggi. Untuk menutupi harga lahan yang mahal maka lahan dapat dimanfaatkan secara optimal
yaitu dengan memaksimalkan intensitas pemanfaatan lahan walaupun sebenarnya intensitas
pemanfaatan lahan sudah diatur oleh pemerintah setempat. Kawasan Segitiga Emas Kota
Semarang merupakan bagian dari BWK I yang merupakan salah satu pusat pertumbuhan di Kota
Semarang. Kawasan ini dibatasi oleh Jalan Pemuda- Jalan Pandanaran- Jalan Gajahmada. Jenis
Penggunaan lahan pada kawasan ini juga sangat beragam namun di dominasi oleh toko dan retail
modern. Hal itu sangatlah wajar mengingat lokasinya yang dibatasi oleh jalan sehingga memiliki
fungsi ekonomis agar dapat memberikan pendapatan yang lebih untuk menutupi harga lahannya.
Kawasan Segitiga Emas Kota Semarang juga memiliki harga lahan yang paling tinggi di Kota
Semarang. Dengan tingginya harga lahan pada kawasan ini, maka pengguna lahan berusaha
untuk dapat memanfaatkan lahan secara optimal. Berdasarkan hal tersebut maka diambil
penelitian mengenai bagaimana pengaruh jenis penggunaan dan intensitas pemanfaatan lahan
terhadap harga lahan di Kawasan Segitiga Emas Kota Semarang?
Penelitian ini menggunakan analisis statistic deskriptif untuk melihat hubungan antara jenis
penggunaan lahan terhadap harga lahan, analisis spasial untuk mengolah data peta dan analisis
regresi linear berganda dengan bantuan perangkat lunak SPPS 18 untuk melihat pengaruh antara
intensitas pemanfaatan lahan yang terdiri atas KDB, KLB dan GSB terhadap harga lahan.
Pada akhir penelitian ini didapatkan bahwa jenis penggunaan lahan toko & retail modern serta
permukiman dengan jenis rumah tunggal memiliki keterkaitan paling besar terhadap harga lahan
sebesar 34,94% dan 31,66% dan variabel intensitas lahan yang berpengaruh secara signifikan
terhadap harga lahan di Kawasan Segitiga Emas Kota Semarang hanya KDB saja. Sedangkan,
KLB dan GSB tidak berpengaruh secara signifikan. Variabel intensitas pemanfaatan lahan secara
bersama-sama memiliki pengaruh terhadap harga lahan sebesar 12,9%, sementara 87,1%
dipengaruhi oleh faktor lain.
Maka dapat disimpulkan bahwa pada Kawasan Segitiga Emas Kota Semarang karakteristik harga
lahan tinggi sebagian besar dimiliki oleh jenis penggunaan lahan toko dan retail modern & pusat
perbelanjaan dengan nilai Intensitas pemanfaatan lahan yang beragam. Secara umum 3 variabel
intensitas pemanfaatan lahan memiliki pengaruh terhadap harga lahan. Namun, apabila dilihat
secara lokasional seperti pada koridor Jalan Pemuda, Jalan Pandanaran dan Jalan Gajahmada
ditemukan bahwa terdapat perbedaan variabel yang paling berpengaruh terhadap harga lahan
dimana variabel KLB dan GSB lebih mempengaruhi harga lahan pada Koridor Jalan Pemuda yakni
sebesar 17,5%. Variabel KDB dan KLB pada Koridor Jalan Pandanaran dan Gajahmada juga lebih
mempengaruhi harga lahan yakni berturut-turut sebesar 20,6% dan 11,1% Sedangkan, pada
wilayah tengah dari Kawasan Segitiga Emas harga lahannya lebih dipengaruhi oleh KLB dan GSB.
Kata Kunci : Penggunaan Lahan, Intensitas Pemanfaatan Lahan, Harga Laha