Keberadaan Jembatan layang Pasupati menjadi bagian terpenting dalam jalur transportasi primer di
Kota Bandung. Dampak pembangunan jembatan layang Pasupati pada tahun 1999, yaitu terbentuknya
ruang terbuka publik di bawah jembatan layang tersebut. Awalnya ruang terbuka publik tersebut
adalah permukiman informal padat penduduk, yang kemudian direlokasi dengan alasan keamanan.
Ruang terbuka publik di bawah jembatan layang Pasupati dianggap sebagai peluang oleh warga
sekitar karena keterbatasan ruang publik yang tersedia di permukiman padat tersebut. Berbagai upaya
sederhana dilakukan oleh warga sekitar dalam mengoptimalkan fungsi ruang publik tersebut.
Meskipun terdapat larangan dan arahan dari Pemerintah Kota Bandung dalam memanfaatkan ruang
terbuka publik tersebut. Adanya beberapa anggapan bahwa ruang terbuka publik tersebut perlu
dipertahankan sebagai ruang terbuka publik serbaguna yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan
warga. Dalam makalah ini berusaha untuk mendiskripsikan upaya warga dalam mempertahankan
ruang terbuka publik tersebut. Upaya yang dilakukan untuk mempertahankan ruang terbuka publik
tersebut yaitu dengan melakukan kegiatan (aktivitas) secara kontinyu dan tertib. Kegiatan yang dipilih
dilatarbelakangi oleh kondisi fisik dan non fisik permukiman padat tersebut. Terdapat keterkaitan
antara jenis kegiatan (aktivitas) yang dilakukan warga dalam mempertahankan ruang terbuka publik
dengan latar belakang kondisi fisik dan non fisik permukiman padat tersebut