Struktur Penyajian Iringan Adegan Gara-Gara Dalam Wayang Kulit Purwa Gaya Yogyakarta Versi Habirandha

Abstract

Wayang kulit purwa gaya Yogyakarta terbentuk pada tahun 1822-1855, hal itu terbukti dengan adanya kitab purwakanda yang di susun oleh K.G.P.A.A Mangk:u Bumi. Kitab yang berisi lakon (cerita wayang) tersebut dijadikan pakem lakon wayang kulit gaya Yogyakarta. Untuk menjaga keutuhan pakem tersebut, pada tanggal 27 Juli 1925 Sri Sultan Hamengku Buwono VII mendirikan kursus dalang yang diberi nama Habirandha. Tujuan didirikan Habirandha tersebut adalah untuk menjaga pakem pedalangan gaya Yogyakarta agar nilai-nilai yang terkandung di dalamnya tidak pudar ditelan jaman. Habirandha sebagai yayasan kursus dalang milik kraton yang sampai saat ini masih tetap konsisten menjaga nilai-nilai pedalangan dan pakem wayang kulit gaya Yogyakarta agar tetap terjaga keberadaannya. Tulisan ini mengkaji struktur dalam penyajian adegan gara-gara. Gara-gara versi Habirandha disajikan dalam jejer ketiga yang dirangkai penyajiannya dalam patet sanga. Dimulai dengan suluk lagon laras slendro patet sanga, kandha oleh dalang, keluarnya para punakawan yang diiringi dengan gending-gending yang telah dibakukan dan diakhiri dengan para punakawan menghadap pada satria yang diasuhnya yang lazim disebut dengan seba. Semuanya tersaji secara struktural menurut aturan yang baku bagi pedalangan versi Habirandha dan menjadi cirikhas pedalangan gaya Yogyakarta versi Habirandha

    Similar works