Korelasi Kadar Liver-Type Fatty Acid Binding Protein (L-FABP) dan Beta Trace Protein (BTP) Serum Pada Pasien Cedera Ginjal Akut

Abstract

Cedera ginjal akut / Acute Kidney Injury (AKI) merupakan salah satu komplikasi serius yang sering muncul pada pasien kritis. AKI adalah salah satu dari kondisi patologis yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal. AKI berkaitan erat dengan meningkatnya angka mortalitas dan risiko untuk terjadinya chronic kidney disease (CKD). Insiden AKI di dunia didapatkan bahwa 20% pasien yang dirawat di rumah sakit mengalami AKI. Prevalensi AKI pada pasien kritis cukup tinggi yaitu sekitar 50% dan 30% diantaranya membutuhkan renal replacement therapy (RRT). Kematian akibat AKI pada pasien ICU dilaporkan lebih dari 50%. Studi di Asia menunjukkan insiden AKI di Asia Timur sebesar 19,4%; di Asia Selatan sebesar 7,5%; di Asia Tenggara mencapai 31,0%; Asia Tengah 9,0% dan 16,7% di Asia Barat. Sedangkan mortalitas pasien karena AKI sebesar 36,9% di Asia Timur, 13,8% Asia Selatan dan 23,6% di Asia Barat. Salah satu biomarker AKI adalah kreatinin serum, yang mempunyai sensitivitas 52,9% dan spesifisitas 85,7%. Sensitivitas dan spesifisitas kreatinin serum tersebut kurang baik karena kadar kreatinin serum dapat meningkat tanpa ada cedera nyata pada ginjal. Kadar kreatinin serum tidak berubah meski telah terjadi cedera tubulus akut karena adanya kompensasi peningkatan fungsi oleh nefron yang tersisa. Diagnosis AKI saat ini ditegakkan berdasarkan kriteria KDIGO dengan adanya peningkatan kreatinin serum yang kurang sesuai untuk menilai kerusakan ginjal karena peningkatan kreatinin serum baru terdeteksi setelah terjadi kerusakan ginjal. L-FABP (Liver type Fatty Acid Binding Protein) dan BTP (Beta Trace Protein) adalah protein berat molekul rendah yang dikatakan dapat menjadi biomarker yang ditemukan untuk diagnosis dini cedera ginjal akut. Jika didapatkan cedera ginjal akut maka kadar kreatinin serum, L-FABP dan BTP akan meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui perubahan kadar L-FABP serum dan BTP pada pasien sebelum dan saat terjadinya AKI sehingga L-FABP dan BTP dapat digunakan sebagai penanda terjadinya AKI. Metode penelitian ini adalah observasional longitudinal dengan subyek pasien yang diambil sampel sebelum dan sesudah terjadinya AKI (pre dan post-AKI). Sampel diambil saat awal sebelum terjadi AKI dan 48 jam kemudian saat terjadi AKI yang ditandai dengan adanya peningkatan kadar kreatinin serum ≥0,3 mg/dL. Kadar kreatinin serum diperiksa menggunakan metode enzimatik kolorimetrik dengan kreatininase, sedangkan L-FABP serum dan BTP dengan metode ELISA. Jumlah subyek penelitian adalah 40 orang, dengan jumlah total sampel 80 yaitu 40 sampel pre-AKI dan 40 sampel post-AKI. Hasil analisis dengan uji Wilcoxon menunjukkan terdapat perbedaan signifikan (p<0,001) antara kadar kreatinin serum, L-FABP, dan BTP sebelum dan saat terjadinya AKI. Kadar kreatinin serum, L-FABP dan BTP berubah atau mengalami peningkatan saat terjadi AKI. Uji korelasi Spearman menunjukkan terdapat korelasi positif dengan kekuatan sedang antara delta kreatinin dengan L-FABP (r= 0,558, nilai p<0,001) dan delta BTP dengan L-FABP (r= 0,587, nilai p<0,001). Terdapat korelasi positif dengan kekuatan korelasi yang sedang (moderate) yang signifikan antara kreatinin dan L-FABP dan antara BTP dengan L-FABP, sehingga jika terdapat kenaikan kreatinin dan juga kenaikan BTP maka akan terjadi kenaikan kadar L-FABP. Sedangkan korelasi antara delta kreatinin dengan BTP tidak signifikan (r= 0,263, nilai p-0,102). Hal ini dapat terjadi karena subjek penelitian ini kemungkinan mengalami gangguan fungsional di glomerulus sehingga menyebabkan penurunan fungsi ginjal yang menyebabkan peningkatan kreatinin serum namun tidak berkorelasi dengan BTP serum karena belum terjadi kerusakan secara struktural pada tubulus. Dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengetahui apakah terdapat kerusakan struktural pada sel tubulus proksimal yang dapat menyebabkan peningkatan BTP. Dapat disimpulkan bahwa kadar L-FABP serum dan BTP meningkat signifikan pada kondisi AKI, dan terdapat korelasi positif dengan kekuatan sedang pada kreatinin serum dan L-FABP, sehingga berpotensi menjadi marker untuk diagnosis AKI

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions