Analisis Risiko Supply Chain pada Beras dalam Kemasan dengan Menggunakan Metode House of Risk (HOR) di PT Pangan Masa Depan

Abstract

PT Pangan Masa Depan (PMD) adalah perusahaan yang bergerak dalam usaha penggilingan dan pengolahan beras. PT PMD terletak di desa Karang mulya kecamatan Kandanghaur Kabupaten Indramayu. Pada tahun 2020 hingga 2022 PT PMD tidak dapat memenuhi target produksi yang sudah ditentukan. Hal tersebut disebabkan karena kelangkaan gabah karena persaingan antara produsen beras dalam kemasan, dan PT PMD juga hanya memiliki satu supplier sehingga tidak ada pilihan supplier lain ketika supplier utama tidak dapat memenuhi permintaan gabah perusahaan. Selain kendala ketersediaan gabah, PT PMD juga mempunyai kendala terkait mesin dan kelistrikan yaitu mengalami mati listrik ketika melakukan produksi dengan jumlah besar yang menyebabkan terhentinya proses produksi sehingga hasil produksi dari perusahaan berkurang. Oleh karena itu, pada penelitian ini akan dilakukan identifikasi risk event yang berpotensi muncul pada aliran supply chain, risk agent apa saja yang menyebabkan risiko tersebut terjadi, hubungan antar risk event dengan risk agent, serta bagaimana strategi yang dapat digunakan PT Pangan Masa Depan untuk menangani risiko yang berpotensi muncul pada aliran supply chain. Penelitian ini menggunakan metode House of Risk (HOR) untuk mengelola risiko yang terdiri atas HOR fase 1 yang merupakan tahap identifikasi risiko dan HOR fase 2 yang merupakan tahap penanganan risiko. Data yang dibutuhkan sebagai input pada HOR fase 1 adalah identifikasi risk event, penilaian severity, identifikasi risk agent, penilaian occurrence, dan penilaian korelasi risk event dengan risk agent. Kemudian data-data tersebut akan digunakan untuk melakukan perhitungan nilai ARP (Aggregat Risk Potentials) sehingga dapat diketahui risk agent yang diprioritaskan untuk ke mudian diberikan strategi mitigasi. Data yang dibutuhkan sebagai input pada HOR fase 2 adalah identifikasi strategi mitigasi, penilaian korelasi strategi dengan risk agent, keefektifan strategi, dan tingkat kesulitan dalam menerapkan setiap strategi. Kemudian data-data tersebut akan digunakan untuk melakukan perhitungan nilai ETD (Effectiveness to Difficulty) sehingga dapat diketahui urutan strategi yang diprioritaskan dalam menangani risiko. Hasil penelitian ini yaitu pada HOR fase 1 diperoleh sebanyak 45 risk event dan 25 risk agent, kemudian dipilih sebanyak tujuh risk agent dengan nilai ARP tertinggi yang ketujuh risk agent tersebut adalah kelangkaan gabah (A6), banyaknya persaingan yang dialami supplier gabah ketika membeli gabah dari petani (A7), supplier terlambat mengirimkan gabah (A22), ketergantungan pada satu supplier gabah untuk semua tipe gabah (A10), kurang baiknya komunikasi dengan supplier gabah (A12). Pada HOR fase 2 didapatkan 6 strategi mitigasi yaitu mencari supplier baru dan menetapkan multisupplier (PA4), melakukan kerjasama dengan petani (PA2), membuat kontrak dengan supplier (PA3), membuka lahan untuk menanam gabah (PA1), membuat sistem informasi terintegrasi (PA5), pemberlakuan reward dan punishment (PA6)

    Similar works

    Full text

    thumbnail-image

    Available Versions