Balinese society is a pluralistic society consisting of various religions, tribes and customs. Pluralism societies do not only exist in urban areas but also in villages where there has been a mix of population which originally consisted of only one ethnicity and religion, but with social media and highly advanced transformations, population migration has occurred so that a pluralist society has been formed, as in the case of Pegayaman Village. Sukasada District, Buleleng Regency. The life of a pluralistic society in general often results in friction/conflict. To maintain the harmony of the community, it is necessary to carry out community service by carrying out counseling about pluralism. The community service program is one of the Tri Dharma Programs in Higher Education that must be implemented by academics. Through this dedication, academics implement their knowledge to the community so that an understanding of religious pluralism in a good Pegayaman community is maintained for the next generation. For this reason, the support and participation of traditional and religious leaders as well as the local government is needed so that a harmonious community life in Pegayaman Village remains in harmony and harmony

Hadriani, Ni Luh Gede

Mahardika, Gede

Indonesian

Jurnal STAHN MPU Kuturan Singaraja

CARAKA  ISSN 2798-6853 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat      Vol. 3 No. 2 Tahun 2023 ISSN 2798-6853 158  PENYULUHAN PLURALISME  KEHIDUPAN BERAGAMA  DALAM MASYARAKAT SEBAGAI STRATEGI MENUJU  MASYARAKAT HARMONI   Oleh Ni Luh Gede Hadriani1, Gede Mahardika2   STAHN. Mpu Kuturan Singaraja Email :  luhgedehadriani@gmail.com, guru_mawan@yahoo.com  ABSTRACT Balinese society is a pluralistic society consisting of various religions, tribes and customs. Pluralism societies do not only exist in urban areas but also in villages where there has been a mix of population which originally consisted of only one ethnicity and religion, but with social media and highly advanced transformations, population migration has occurred so that a pluralist society has been formed, as in the case of Pegayaman Village. Sukasada District, Buleleng Regency. The life of a pluralistic society in general often results in friction/conflict. To maintain the harmony of the community, it is necessary to carry out community service by carrying out counseling about pluralism. The community service program is one of the Tri Dharma Programs in Higher Education that must be implemented by academics. Through this dedication, academics implement their knowledge to the community so that an understanding of religious pluralism in a good Pegayaman community is maintained for the next generation. For this reason, the support and participation of traditional and religious leaders as well as the local government is needed so that a harmonious community life in Pegayaman Village remains in harmony and harmony. Keywords: Counseling, Pluralism, Religious Life, Harmony  I. PENDAHULUAN   Bali merupakan  salah satu bagian pulau yang ada di Indonesia dan sangat terkenal sampai kemancanegara karena pariwisata budayannya yang begitu unik. Terkenalnya pulau Bali sampai ke mancanegara tidak hanya karena pariwisata budaya tetapi juga karena penduduknya yang pluralisme yang terdiri dari berbagai suku, agama, etnis dan budaya. Keragaman suku, budaya, agama dan etnis di pulau Bali sampai sekarang hidup berdampingan hidup rukun saling menghormati satu dengan yang lainnya sehingga tercipta kedamaian dan ketentraman. Keragaman budaya, agama, suku, etnis dan agama merupakan kekayaan bangsa Indonesia yang tidak ternilai harganya. Keberagaman ini harus di rawat dan dijaga sehingga nantinya anak cucu kita dapat mewariskan budaya tersebut.    Desa Pegayaman merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng Provinsi Bali yang masyarakatnya mayoritas beragama Islam. Keberagaman yang dimiliki  Desa Pegayaman, merupakan bentuk pluralisme yang ada di Desa ini. Keberagaman harus tetap terjaga dengan baik untuk menghindari perpecahan sehingga dapat merugikan masyarakat seperti halnya adanya konflik akibat dari perbedaan pemahaman antara suku/etnis terhadapa suatu budya, adat dan agama. Ibaratkan seperti CARAKA  ISSN 2798-6853 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat      Vol. 3 No. 2 Tahun 2023 ISSN 2798-6853 159  hutan dimana dalam hutan terdapat berbagai macam pohon, kalau pohon tersebut terjadi gesekan akibat tertiup angin kencang maka tidak tutup kemungkinan  akan terjadi kebakaran  yang akan membakar hutan tersebut. Oleh sebab itulah maka  untuk membuat situasi keadaan yang menyejukan, damai, tenang, bahagia dan jauh dari konflik/kekerasan maka seluruh komponen baik dari kalangan masyarkat dalam hal ini entni/suku yang ada maupun pemerintah bersama-sama bertanggung jawab menjaga  keharmonisan  dalam masyarakat  ( warta, Santiawan 2020). Terkait dengan hal tersebut diatas maka pengabdian tentang pluralism di Desa Pegayaman  oleh Prodi S2 Ilmu Agama dan Kebudayaan perlu dilaksanakan untuk tetap menjaga  keharmonisan serta meningkatkan keharmonisan kehidupan dalam masyarakat yang majemuk. Desa  Peyaman merupakan salah satu desa  di Kabuapetn Buleleng dengan luas wilayah 1.584 ha, terdiri dari  5 (lima) banjar dinas yaitu Banjar Dinas Timur Jalan, Banjar Dinas Barat Jalan, Banjar Dinas Kubu, Banjar Dinas Amerta Sari, dan Banjar Dinas Kubu Lebah. Dengan batas batas wilayah sebelah utara berbatasan  dengan   Desa Pegadungan,   sebelah selatan berbatasan dengan Desa Pancasari, di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Silanjana dan sebelah  Barat berbatasan dengan Desa Gigit. Jumlah penduduk  Desa Pegayaman sekitar 7.038 jiwa  dengan rincian jumlah laki-laki 3.551 jiwa dan perempuan  3.487 orang, penduduk yang beragama Islam 6.192, kemudian diikuti oleh  Umat Hindu 657 jiwa dan umat Kristen 3 Jiwa.  Dari data tersebut penduduk  yang beragama Islam paling banyak mendiami Desa Pegayaman. Masuknya agama Islam ke Kabupaten Buleleng khususnya Desa Pegayaman tidak bisa lepas dari “Babad Buleleng”. Kehadiran masyarakat Pegayaman di Kabupaten Buleleng bermula ketika raja Buleleng, Panji sakti menaklukkan Kerajaan Blambangan pada tahun 1587 (Punia & Nugroho, 2022). Penempatan prajurit Islam-Jawa di wilayah pegayaman bertujuan sebagai tameng sekaligus sebagai tapal batas wilayah kekuasaan Kerajaan Buleleng dengan kerajaan mengwi (Napsiah dalam Punia & Nugroho, 2022). Raja Bone Sulawesi Selatan pada tahun 1850 terdampar di pinggir utara Buleleng akibat derasnya arus laut yang pada saat itu hendak menuju pulau Jawa. Raja Bone yang menghadap ke Raja Buleleng dan diterima dengan baik dan ditawari untuk menetap di Desa Pegayaman dan mereka menerimannya (Budarsa, 2015). Desa pegayaman hingga kini di diami oleh tiga etnik terdiri dari Suku Jawa, Suku Bali, dan Suku Bugis. Sejak jaman dahulu kehidupan ketiga etnik samapi di Desa Pegayaman berjalan dengan damai, rukun dan mampu saling menjaga toleransi satu sama lainnya. Untuk menjaga kerukunan antara etnis, suku, dan agama di Desa Pegayaman Prodi S2 Ilmu Agama dan Kebudayaan Pascasarjana STAHN Mpu Kuturan Singaraja mengadakan pengabdian masyarakat dengan mengambil tema “Pluralisme  Kehidupan Beragama  Dalam Masyarakat Sebagai Strategi Menuju  Masyarakat    Harmoni”. Pengabdian masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pentingnya meningkatkan Prularisme dalam kehidupan beragama untuk menghindari gesekan-gesekan yang mengakibatkan timbulnya benih-benih terjadinya komplik di dalam masyarakat. Penyuluhan tentang pluralisme di Desa Pegayaman  betujuan untuk meningkatkan  wawasan kepada  masyarakat tentang keberagaman yang ada di desanya, keberagaman yang kita milki ini adalah  anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa oleh sebab itu  semua pihak CARAKA  ISSN 2798-6853 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat      Vol. 3 No. 2 Tahun 2023 ISSN 2798-6853 160  harus bertanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan keberagaman ini jangan sampai terjadi perpecahan akibat dari perbedaan agama dan budaya. Karen kita  adalah satu yaitu Bangsa Indonesia meningkatkan  dalam kitab sutasoma disebutkan Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Magruwa yang artinya berbeda-beda tetapi kita satu, Vasudewa Khutum Bhakam artinya kita adalah besaudara. Semboyan-semboyan inilah harus kita pegang sehingga hidup selaras antar sesamanya bisa terwujud.   II. PEMBAHASAN  2.1 Tahapan  Pelaksanaan Pengabdian  Pelaksananaan kegiatan pengabdian ini diawali dengan pembentukan tim Panitia, Narasumber dan peserta. Panitia kegiatan dilaksanakan oleh  para dosen Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja,  narasumber  juga dari para dosen STAHN. Mpu Kuturan Singaraja dan dari tokoh  Umat Muslim. Peserta pengabdian    berasal dari tokoh-tokoh masayakat Desa Pegayaman  yaitu dari para tokoh Umat Muslim, dan para   tokoh adat  Umat Hindu  Desa Adat Amertasari serta para pejabat pegawai Desa Pegayaman. Metode yang digunakan dalam pelaksanaan pengabdian di Desa Pegayaman adalah  dengan penyuluhan tentang  pluralisme  dalam kehidupan masyarakat, tanya jawab/diskusi terhadap hal-hal yag dialami oleh masyarakat, serta melaksanakan pendampingan.  Pelaksanaan pengabdian masyarakat di awali dengan memberikan penyululuhan kepada masyarakat   Desa Pegayaman , tahap kedua dilaksanakan tanya jawab dan pedampingan   sebagai kelompok binaan  Program Study Ilmu Agama dan Kebudayaan.  2.2 Hasil Pengabdian  Pelaksanaan pengabdian masyarakat oleh Prodi Ilmu Agama dan Kebudayaan S2 Pascasarjana STAHN Mpu Kuturan Singaraja di Desa Pegayaman dilaksanakan mulai tanggal 25 - 26 Mei 2023 dengan tema “ Pluralisme Kehidupan Beragama dalam Masyarakat di DesaPegayaman”. Kegiatan dilaksanakan  di Kantor Desa Pegayaman, Kecamatan Sukasada Kabupaten Buleleng. Kegiatan di buka oleh Bapak Direktur Pascarjana STAHN Mpu Kuturan Singaraja. Prebekel Desa Pegayaman dalam sambutannya menyampaikan bahwa sangat mendukung kegiatan pengabdian masyarakat yang dilaksanakan di Desannya. Dalam sambutannya juga Prebekel Desa Pegayaman menyampaikan pentingnya masyarakat untuk menjaga kerukunan umat beragama di Desa Pegayaman untuk menciptakan rasa aman. Antosiasme masyarakat dalam mengikuti pengabdian masyarakat terlihat dari terpenuhinya undangan dari panitia. Menurut masyarakat Desa Pegayaman yang mengikti kegiatan tersebut bahwasannya kita harus menjaga pulau Bali agar tetap aman dan tentram, karena pulau Bagi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terkenal sampai kemancanegara sebagai tujuan wisata.      CARAKA  ISSN 2798-6853 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat      Vol. 3 No. 2 Tahun 2023 ISSN 2798-6853 161  Gambar 1 :  Nara sumber dan peserta pengabdian Sumber : Dok. Panitia Pengabdian Masyarakat  Setelah acara di buka oleh Bapak Dirktur Pascasarjana  dilanjutkan dengan pemberian materi tentang  pluralisme  oleh  Prof Nengah Bawa Atmaja dan  Dr. Wayan Gata M.Pd   yang didampingi oleh  Ni Luh Gede Hadriani, dan Gede Mahardika. Kegiatan ini bukan saja memberikan penyuluhan akan tetapi juga dilanjutkan  dengan tanya jawab, pendampingan diskusi terkait dengan  pluralisme.  Dalam kegiatan tersebut masih ada  masyarakat  belum paham  terkait adanya kekerasan dalam masyarakat  yang disebabkan oleh perbedaan paham dalam melaksanakan  ajaran agama,  budaya dan adat istiadat. Disinilah tim penyuluh memberikan  penyuluhan dan pendampingan sehingga masyarakat menjadi mengerti. Masyarakat  yang pluralism pasti ada saja gesekan yang  terjadi, namun gesekan tersebut  tidak sampai menyebabkan permusuhan apalagi korban jiwa dan harta benda, ini bisa direndam karena masyarakat Bali memiliki ajaran yang sangat universal yang bisa dilaksanakan oleh berbagai golongan yang ada di wilayah Bali yaitu ajaran Tri Hita Karana.   Tri Hita Karana merupakan  ajaran yang memiliki filosifi yang sangat tinggi yaitu bagaimana kita bisa hidup harmoni dengan alam, hidup  saling menghormati, toleransi satu dengan yang  lainnya dan selalu sujud bhakti kehadapan Tuhan Yang Maha Esa. Ajaran-ajaran inilah yang selalu dijadikan pedoman oleh Umat Hindu di Bali dalam menjalankan hidup bermasyarakat terutama  ajaran Tri Hita karana di bidang pawongan dan palemahan bisa diimplementasikan dalam masyarakat pluralis. Dalam pengabdian ini,  juga memberikan penyuluhan tentang  tata krama pergaulan  dalam masyarakat pluralis, tatakrama yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat  ini  harus  tetap dijaga, kalau tidak dijaga  juga  akan bisa menimbulkan gesekan/konflik, terutama dalam pergaulan anak muda yang memilki jiwa muda. Secara umum masing -masing suku, etnis pasti memilki  landasan-landasan atau pedoman-pedoman  dalam pergaulan. Seperti tata krama dalam pergaulan Umat Hindu yang disebut dengan Catur Paramita yaitu 1) Maitri (kasih sayang); 2) Karuna  ( saling menolong); 3) Upeksa (keselarasan); dan 4) Mudhita (membuat orang lain senang). Ajaran Catur Paramita yang berlandaskan cinta kasih dengan semua mahkluk ciptaan Tuhan  yang semata-mata membuat ketentraman, kerukunan, dan akhirnya kebahagiaan  bagi umat manusia. Dalam masyarakat pluralisme pemahaman terhadap  CARAKA  ISSN 2798-6853 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat      Vol. 3 No. 2 Tahun 2023 ISSN 2798-6853 162  ajaran kasih sayang, tolong menolong , saling menghormati  perlu di tanamkan dan ditingkatkan. Untuk menumbuhkan rasa saling menghormati  tradisi diskusi, bersilahturahmi/saling mengunjugi,  tradisi ngejot  perlu dipertahankan dan diwariskan kepada generasi penerus kita. Hubungan kehidupan bermasyarakat  di Bali  telah diatur  dalam Awig-awig desa adat. Awig-awig desa adat  inilah yang  mengatur hak dan kewajiban daripada masyarakat desa adat, baik masyarakat pendatang maupun masyarakatm lokal. Untuk menjaga keharmonisan tersebut masyarakat yang pluralis  perlu di perkenalkan  adat dan budaya masyarakat  setempat, dengan demikian akan dapat menumbuhkan rasa memiliki sehingga  kehidupan  masyarakat menjadi  teratur  dan  tujuan untuk mencapai  kehidupan yang  harmoni antara sesamanya dapat tercapai.  Seperti masyarakat Desa Pegayaman yang menjungjung tinggi adat dan budaya setempat.Masyarakat mematuhi aturan  yang dikeluarkan oleh  desa adat dan pemerintah,  baik pemerintah pusat maupun daerah.  Pada kesempatan itu narasum dari tokoh muslim Bapak Drs Ketut  Muhamad Suharto mengatakan dalam  Al-Qur an surat Alhujurit ayat ;13 mengatakan “ Hai sekalian manusia kamu semua  aku ciptakan dalam bersuku-suku , berbangsa-bangsa , tidak lain hanyalah  untuk saling kenal mengenal, kemudian  dalam Hadist Nabi  menyebutkan berbeda-beda itu adalah Rakhmat bagimu. Ini artinya bahwa Tuhan menciptakan perbedaan untuk kita  bersatu , saling menghormati dan menghargai bukan saling menghujat dan menjatuhkan.  Gambar 2: Para narasumber memberikan materi Dok. Panitia Pengabdian Masyarakat             Muhamad Suharto  juga mengatakan,  masyarakat  Pegayaman  penduduknya sebagian besar beragama Islam dalam  kehidupan kesehariannya  menggunakan budaya Bali, menggunakan nama identitas Bali seperti  Wayan, Made, Nyoman dan Ketut dan juga dalam berpakain. Artinya kesadaran masyarakat Pegayaman dalam  menerima perbedaan tersebut sudah baik, kehidupan masyarakat seperti inilah sangat  perlu  dipertahankan  sehingga kehidupan yang harmoni dalam masyarakat  terwujud.  Untuk tetap terwujud suatu kehidupan yang harmoni, maka pihak yang terkait seperti dari perangkat desa, petngakat Kecamatan, bahkan Pemerintah Kabupaten, Penguru Purum Komunikasi Umat Beragama   secara rutin melsaksanakan pemebinaan  dalam masyarakat yang pluralis.    CARAKA  ISSN 2798-6853 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat      Vol. 3 No. 2 Tahun 2023 ISSN 2798-6853 163  III. SIMPULAN  Dari pelaksanaan pengabdian masyarakat di Desa Pegayaman dapat disimpulkan sebagai berikut :  a) Adanya  penerimaan dan pemahaman masyarakat  Desa  Pegayaman  yang pulralisame ,  terhadap perbedaan agama, suku, dan adat istiadat. b) Adanya  implementasikan   nilai-nilai  budaya Bali  dalam kehidupan masyarakat pluralism di Desa Pegayaman.  IV. SARAN a) Masyarakat Bali  yang pluralisme sangat rentan dengan gesekan/konflik, maka pengabdian  kepada masyarakat tentang   pluralism perlu dilaksanakan  secara rutin untuk menghindari konflik  antar masyarakat  b) Pengabdian  kepada masyarakat merupakan salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi, untuk itu, dukungan  sarana dan prasarana dalam pengabdian  perlu di tingkatkan.  DAFTAR  PUSTAKA :  Ahmad Abdul Rochim. 2023. Seminar  Penguatan Pluralitas Mahasiswa  pendidikan Guru  Sekolah Dasar  dengan Proyek  Online Research Volume 2 (1) (2023). Dewie Brima Atika dkk. 2022.  Pluralisme sebagai Sikap Sadar; Memaknai Bersama Nilai Kebangsaan  dalam Organisasi Ekstra  Kampus  di Bandar Lampung  Vol 4 No 4 2022 hal 1046-1054  Koentjaraningrat. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta : Djambatan Laksanto Utomo. 2017. Hukum Adat. Depok : PT Raja Grafindo Persada  Nottingham, Elizabeth K. 1992. Agama dan Masyarakat. Jakarta : Rajawali Press. Sarlan, M. 2008. Islam di Bali Sejarah Masuknya Agama Islam Ke Bali. Bidang Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Kanwil Depertemen Agama : Provinsi Bali. Sumaryono, E. 1993. Hermeneutika Sebuah Metode Filsafat. Yogyakarta : Kanisius  Suriyaman Mustari Pide A. 2017. Hukum Adat Dahulu Kini dan Ajan Datang. Jakarta : PT Kharisma Putra Utama. Punia, I Nengah & Nugroho, Wahyu Budi. 2022. Pola dan Strategi Akulturasi Masyarakat Islam-Jawa dengan Hindu-Bali di Desa Pegayaman Bali Utara. Jurnal Kajian Bali. Volume 12 Nomor 2. Oktober 2022 Ujang Mahadi.2017. Komunikasi Antarbudaya Strategi Membangun Komunikasi Harmoni pada Masyarakat Multikultural. Pustaka Pelajar Yogyakarta . Ujan Andre Ata dkk. 2009. Multikulturalisme Belajar Hidup Bersama dalam Perbedaan. Jakarta :  PT Indek Permata Puri Media.  CARAKA  ISSN 2798-6853 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat      Vol. 3 No. 2 Tahun 2023 ISSN 2798-6853 164  Warta, I Nyoman & Santiawan, I Nyoman. 2020. Kebhinekaan  Implementasi Moderasi Beragama di Tengah Keberagaman Indonesia. Proseding Seminar Nasional. Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten Jawa Tengah. Hal.61-71 Windia dkk. 2016. Pengantar Hukum Adat Bali. Denpasar : Lembaga Publikasi dan Dokumtasi Fak Hukum Unud   Windia P Sudantra Ketut. 2016. Pengantar Hukum Adat Bali. Denpasar : Lembaga Publikasi dan Dokumtasi Fak Hukum Unud Windia P Sudantra Ketut . 2013. Penuntun Penyuratan Awig-awig Desa Pakraman. Bali : Majelis Utama Desa Pakrama. 

Penyuluhan Pluralisme Kehidupan Beragama Dalam Masyarakat Sebagai Strategi Menuju Masyarakat Harmoni

https://jurnal.stahnmpukuturan.ac.id/index.php/caraka/article/view/3767/2427

Penyuluhan Pluralisme Kehidupan Beragama Dalam Masyarakat Sebagai Strategi Menuju Masyarakat Harmoni

Abstract

Similar works

Full text

Available Versions

Jurnal STAHN MPU Kuturan Singaraja